PENGERTIAN DAN HAKEKAT EXPLORASI



EKPLORASI


Istilah explorasi  khususnya dalam bidang pertambangan sering  mempunyai pengertian lain-lain. Istilah ini tidak hanya digunakan dalam pertambangan tetapi juga dalam kegiatan ilmiah, bahkan juga dalam bidang lain seperti kemiliteran.
Sebenarnya explorasi (exploration bah Inggris, exploratie bah Belanda.) mempunyai dua pengertian. Menurut kamus Webster pengertian explorasi adalah sebagai berikut:
1.    Melakukan perjalanan (di suatu kawasan yang tidak atau sedikit diketahui sebelumnya) untuk mempelajari gejala alam, penduduk dsb  (To travel in (a region previously unknown or little known) in order to learn about natural features, inhabitants etc) (Webster Dictionary)
2.    Mempelajari secara rinci, memerika secara teliti, menyelidiki (To look into closely, examine carefully, investigate (Webster Dictionary )

PENGERTIAN EXPLORASI SEBAGAI KEGIATAN ILMIAH
Kegiatan Ilmiah, Metoda Kegiatan Ilmiah/Teknis dan Tahapan Kegiatan Ilmiah/Teknis
Ada berbagai istilah yang sering dipergunakan secara keliru, seperti prospeksi,  explorasi, survey, reset, penelitian, penyelidikan, penyidikan, analisa,  dsb  Kita harus bisa membedakan antara Kegiatan Ilmiah/Teknis, dengan Metoda Ilmiah/Teknis yang digunakan dalam kegiatan itu serta Tahapan dari Kegiatan Ilmiah Teknis.nya sendiri.Peristilahan ini serring dikacaukan, seperti istilah survai ada yang mengertikannya sebagai kegiatan ilmiah dan ada juga yang mengertikannya sebagai tahapan dalam suatu kegiatan ilmiah, sedangkan suatu survai tidak lain adalah suatu metoda atau cara ilmiah untuk mendapatkan data. Demikianpun istilah expedisi yang sering dikelirukan dengan explorasi, padahal ‘expedition’ adalah aktivitas untuk mentransport barang dan personel dari suatu tempat ke tempat lain yang meliputi route, cara-cara, kendaraan, alat pengangkut, jadwal, logistik

Kegiatan Teknis Ilmiah
Kegiatan Ilmiah/Teknis hanya ada 3 jenis:
1.      Explorasi Ilmiah/Teknis (Scientific or Technical Exploration)
2        Riset atau Penelitian Ilmiah/Teknis (Scientific or Technical Research)
3.      Penyelidikan Ilmiah/Teknis (Scientific or Technical Investigation)

Dari segi tujuannya kegiatan ilmiah/teknologi dapat dibagi pula sebagai :
1.      Kegiatan Ilmiah Murni (Scientific Activity) dan
2.      Kegiatan Ilmiah Teknik (Technical, Engineering Activity)

Kegiatan Ilmiah Murni (Scientific Activities)
Tujuan dalam kegiatan ini murni untuk keingin-tahuan manusia, untuk menjelaskan gejala-gejala alam, dan kalau mungkin dapat meramalkannya. Kegiatan ilmiah murni ini dapat bersifat:
Penyelidikan Ilmiah (scientific investigation) : suatu aktivitas atau usaha untuk menyelesaikan masalah masalah, misalnya untuk kepentingan penyidikan krimimal, teknik dan tidak diharapkan akan memberikan sumbangan yang berarti terhadap khanazah ilmu pengetahuan
Penelitian Ilmiah (scientific research):, aktivitas ilmiah untuk menyelesaikan suatu masalah ilmiah yang diharapkan memberikan sumbangan terhadap khanazah ilmu pengetahuan, atau sering juga disebut berbobot ilmiah. Research sebenarnya sama dengan penyelidikan ilmiah, kecuali ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru yang  merupakan sumbangan.
Explorasi Ilmiah (scientific exploration): Aktivitas ilmiah untuk cari tahu suatu realm (daerah, wawasan, keadaan, ruang) yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya akan isinya Suatu explorasi ilmiah akan memberikan sumbangan terhadap khanazah ilmu pengetahuan. Explorasi tidak saya dilakukan disuatu daerah, dapat pula di kedalaman laut yang belum pernah dijelajah, ruang angkasa, bahkan dalam wawasan alam pikiran (exploration of the mind)

Kegiatan  Teknik Ilmiah
Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan data atau keberadaan suatu objek ekonomis serta sifat-sifatnya atau menyelesaikan suatu masalah yang berpengaruh pada suatu kegiatan ekonomis Bobot maupun metoda yang digunakan dalam kegiatan teknik kadang kala sama, malah sering lebih canggih daripada digunakan dalam riset, mengingat biaya yang tersedia untuk kegiatan yang mempunyai nilai ekonomi langsung.

Kegiatan Teknis Ilmiah ini dapat berrupa:
Explorasi Teknis:
Aktivitas teknis/ilmiah untuk cari tahu akan keberadaan suatu objek ekonomis teknik seperti suatu cebakan mineral di suatu realm, khususnya daerah, yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya akan objek tersebut secara pasti.. Tergantung dari objek explorasi ini maka explorasi dapat bersifat:
Explorasi Mineral (Mineral Exploration): objek pencaharian cebakan mineral
Explorasi Batubara (Coal Exploration)
Explorasi Minyak dan Gasbumi (Petroleum Exploration)
Explorasi Geoteknik (Geotechnical Exploration)
Selain itu explorasi teknis ini juga sering menggunakan istilah yang menunjukkan metoda explorasi yang digunakan
Explorasi Geologi Geological Exploration), istilah explorasi geologi sering juga digunakan jika metoda yang digunakan adalah metoda geologi
Explorasi Geofisika (Geophsyical Exploration), metoda-metoda geofisika, seperti survay seicmik, gravitas dsb.
Explorasi Geokimia (Geochemical Exploration), penggunaan metoda geokimia seperti stream sampling dsb.
Istilah-istilah ini digunakan sehubungan dengan istilah Prospeksi Geologi, Prospeksi Geofisika dan Prospeksi Geokimia, yang sudah jarang terdengar lagi.

Penyelidikan Teknis/Ilmiah
Ssuatu aktivitas teknis /ilmiah untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis maupun ilmiah yang hasilnya lebih ditujukan pada aplikasi keekonomian, seperti perbaikan suatu proses, efisiensi alat, efisiensi penambangan, serta tidak diharapkan merupakan sumbangan terhadap khanazah ilmi pengetahuan. Hasil suatu penyeledikan biasanya menghasilkan rekomendasi untuk tindak lanjut. Contoh: adalah penyelidikan geoteknik

METODOLOGI DAN METODA TEKNIS-ILMIAH
Peristilahan Metoda dan Teknologi Explorasi
Kita harus membedakan antara aktivitas teknik/ilmiah, seperti ‘research’, ‘exploration’, ‘investigation’ dsb dengan metoda penyelidikannya yang pada umumnya merupakan metoda cara mendapatkan atau mengumpulkan data yang merupakan bagian utama dari aktivitas teknis/ilmiah seperti research, penyelidikan, dan explorasi. Metoda pengumpulan atau mendapatkan data ini sekarang disebut metoda akwisisi data (data acquisition method). Pada umumnya tidak ada perbedaan antara metoda akwisi data untuk research, explorasi atau penyelidikan, sesuai dengan kepentingannya, malah adakalanya metoda akwisi data  jauh lebih canggih daripada research, malah research sering menggunakan data yang diakwisi untuk suatu program explorasi yang mempunyai pendanaan lebih baik. Metoda akwisi itu sering melibatkan peralatan yang canggih sehingga kita bisa bicara sebagai teknologi explorasi
Berbagai istilah metoda akwisisi data adalah:sebagai berikut:
Survey (topographic survey, aerial survey, geological survey, geophysical survey, gravity survey, airborn magnetic survey, landseismic survey, marine seismic survey),
Probing, Coredrilling,  Logging (geophysical well survey)

Teknologi Explorasi
Pada dasarnya semua kegiatan ilmiah/teknis adalah  untuk mendapatkan data dari gejala yang diketemukan serta yang dijadikan objeknya, kemudian memproses data itu sehingga menghasilkan  suatu pola-pola yang berarti dan mencoba menerangkan dengan menghubungan  gejala-gejala itu satu sama lain terhadap dengan sistim pengetahuan atau teori yang berlaku. Untuk ini maka ada dua hal dalam kegiatan ini:
1. Metoda Pengambilan Data. Mengamati gejala serta merekamnya sebagai data, kadangkala disebut akwisisi data, dan untuk ini terdapat berbagai cara mendapatkan data ini, a.l. pengamatan objek secara terbatas, melakukan suatu survai suatu daerah atau suatu  populasi. Pengambilan data ini dapat bersifat sederhana secara visual langsung,  dengan pengukuran lewat instrumen atau memalui pengambilan contoh untuk dianalisa di laboratorium ataupun dengan melakukan experimen di laboratorium maupun di lapangan. Dalam explorasi berbagai metoda pengambilan data ini disebut teknologi explorasi
2. Metodologi dalam memproses serta menafsirkan data-data itu sehingga  memberikan kesimpulan bagaimana menerangkan gejala yang dijadikan objek itu. Metodologi menyangkut cara berpikir atau cara-cara penalaran, yang sering juga menyangkut cara-cara pengambilan data yang diperlukan.

Tahapan Kegiatan Ilmiah:
Suatu kegiatan ilmiah, tertuama suatu kegiatan explorasi sering dilakukan secara bertahap. Tahap-tahapan ini sering adalah sebagai berikut:

Tahapan Pendahuluan
Persiapan atau perencanaan (Preparatory work,)
Pekerjaan Pendahuluan, Tinjau (Preliminary, reconnaissance dsb)
Tahapan Utama (Mainphase,)
Tahapan Rinci ( detail)
Tahapan Akhir
Rechecking, Validation

Adanya pentahapan ini terutama terjadi dalam suatu kegiatan explorasi teknis

Perisitilahan Tahapan dalam Explorasi:
Pengertain modern dari istilah explorasi dewasa dalam dunia pertambangan modern adalah merupakan keseluruhan aktivitas pencaharian dan penambahan cadangan dari mulai perencanaannya sampai pada tingkat produksi. Di masa yang lalu dibedakan antara istilah prospeksi dan explorasi, yaitu prospeksi berarti pelacakan sampai diketemukannya suatu prospek, sedangkan explorasi adalah aktivitas pembuktian suatu prospek menjadi cadangan. Istilah prospeksi sekarang ini nyaris hilang, tetapi pada beberapa manual PBB istilah ini digunakan sebagai salah satu tahapan dalam strategi explorasi. Peters (1979) malah sama sekali tidak menggunakan istilah ini, di mengenal Reconnaissance (strategic) stage dan Detail (tactical) Stage

PENGERTIAN ISTILAH EXPLORASI DALAM BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
Sebagai mana telah dibahas mengenai istilah explorasi sebagai salah satu kegiatan teknis-ilmiah. Namun demikian explorasi dalam bidang pertambangan mempunyai pengertian yang lebih spesifik sehingga perlu dibahas lebih terperinci.
Istilah explorasi sebagai mana digunakan dalam bidang pertambangan sering kurang dihayati, khususnya oleh khalayak umum. Sebagaaimana telah dibahas di atas (exploration bh Inggris, exploratie bah Belanda.) mempunyai dua pengertian:
1.    Melakukan perjalanan (di suatu kawasan yang tidak atau sedikit diketahui sebelumnya) untuk mempelajari gejala alam, penduduk dsb  (To travel in (a region previously unknown or little known) in order to learn about natural features, inhabitants etc) (Webster Dictionary)
2.    Mempelajari secara rinci, memerika secara teliti, menyelidiki (To look into closely, examine carefully, investigate (Webster Dictionary )
Dalam pertambangan arti explorasi adalah pengertian yang kedua, tetapi pengertian di masyarakat luas (termauk banyak para ahli geologi sendiri) adalah pengertian yang kedua. Dalam bidang pertambangan juga istilah ini sering digandengkan dengan exploitasim dimana explorasi adalah usaha untuk pencaharian  dan exploitasi adalah pengusahaan atau memproduksikan suatu cebakan mineral atau bahan tambang
Mari kita simak pengertian istilah ini sebagai istilah pertambangan di berbagai negara

Berbagai Pengertian Istilah Explorasi
Penggunaan istilah Explorasi  dan Prospeksi di Eropa (Peters, 1978):
Di Rusia dan juga Belanda (dan diwariskan di Indonesia) untuk pengertian yang pertama digunakan istilah prospecting (searching prospects for mineral occurrences which may promise to be a mineral deposit), sedangkan untuk pengertian kedua digunakan istilah exploration (to investigate closely a mineral occurrence of prospect, its extent, geometry, mineral composition, metal content, reserves etc)
Di Perancis justru istilah prospecting dan exploration dipakai dalam pengertian sebaliknya: Exploration (to search for prospect) and Prospection (to investigate in detail a prospect)

Penggunaan istilah Explorasi di Amerika Utara:
Di Amerika Utara penggunaan istilah di kalangan industri minyak ini agak berbeda dengan di industri pertambangan
Industri Pertambangan: Pada mulanya istilah exploration mempunyai pengertian yang sama dengan di Eropa. Namun dengan berkembangnya cara pendekatan modern dalam pencaharian cebakan mineral, maka  dewasa ini istilah exploration mempunyai pengertian yang luas, termasuk prospecting (yang disebut Exploration Reconnaissance Stage, Strategic Stage) maupun Exploration (Exploration Detail Stage: Tactical Exploration)
Industri Perminyakan: Dari permulaan munculnya industri perminyakan istilah exploration digunakan dalam arti yang luas, dari stadium awal tinjauan umum (reconnaissance survey) sampai ke pemboran taruhan (wildcat drilling/exploration drilling)

Penggunaan istilah oleh PBB:
Untuk menemukan sumberdaya mineral dan mengembangkan menjadi cadangan yang dapat ditambang dilakukan oleh tiga (3) jalur aktivitas: 1. Jalur Geologi (geological axis/geologic study), 2. Jalur Pertambangan (mining feasibility studies). 3 Jalur Ekonomi (Economic axis). Hal ini sangat selaras dengan definisi klasik dari suatu cebakan bijih atau cebakan mineral. (Lihat Gb.2-1)
Pada sumbu/jalur geologi  beberapa fase dikenal dengan istilah-istilah yang sama dengan pengunaan di Eropa: Reconnaissance Stage, Prospection Stage, The General Exploration Stage, Detail Exploration Stage. Semua fase-fase kegiatan ini dinyatakan sebagai aktivitas geologi.
Pada sumbu/jalur pertambangan: ada 2 tahapan dari Kajian Kelayakan Pertambangan (Mining Feasibility Studies): Kajian Pra-Kelayakan (Pre-Feasibility Study) dan Kajian Kelayakan/laporan Pertambangan (Feasibility Studies/Mining report). Kedua kajian/aktivitas ini menghasilkan sumberdaya atau cadangan yang tergantung pada tahapan kajian tersebut: yang disebut Ekonomis secara intrinsik (Intrinsically economic), Berpotensi Ekonomis (Potentially economic) dan Ekonomis (Economic).
Walaupun tahapan-tahapan kegiatan geologi ini dipergunakan istilah Prospection dan Exploration, namun aktivitas ini tetap merupakan kegiatan geologi. Berdasarkan kurikulum dari Jurusan Tambang maka istilah (opsi) Tambang Explorasi disini lebih berari suatu paket untuk menjadi spesialis dalam studi kalayakan tambang  dari pada spesialis pada tahapan explorasi (detail), apalagi jauh dari pengertian umum dari istilah explorasi.

Istilah Explorasi di Departemen Pertambangan dan Energi RI
Pneggunaan istilah explorasi di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan di zaman Belanda. Orang Belanda membedakan antara ‘Opsporing’ dan ‘Exploratie’, dimana isitlah opsporing arti harfiahnya adalah pelacakan, yang merupakan terjemahana bahasa Belanda istilah prospeksi yang digunakan di Europa. Perbedaan antara prospeksi dan explorasi untuk cebakan mineral tercermin pula dalam SK Menteri mengenai cara pelaporan kegiatan pemegang Kuasa Pertambangan atau Kontrak Karya diadakan beberapa tahap, yaitu Tahap Penyelidikan UmumTahap ExplorasiTahap ExploitasiTahap Pemurnian dan Tahap Pemasaran. Dengan demikian jelaslah bahwa istilah explorasi dipergunakan dalam arti kegiatan pada tahap rinci untuk membuktikan keberadaan cadangan. Istilah prospeksi tidak digunakan, dan sebagai gantinya digunakan istilah Penyelidikan Umum.. Dalam industri minyak dan gasbumi  di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh perusahaan-perusahaan minyak Amerika, hanya dikenal istilah explorasi dan istilah prospeksi tidak dikenal.


Pengertian Istilah Explorasi Yang Digunakan Dalam Buku Ini:
Explorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun suatu realm yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya.. Istilah explorasi geologi yang dipergunakan disini adalah mencari tahu keberadaan suatu objek geologi; yang pada umumnya berupa cebakan mineral. Namun objek geologi itu tidak terbatas pada cebakan mineral, batubara maupun akumulasi minyak dan gasbumi, tetapi juga gejala geologi yang bermamfaat bagi kesejahteraan manusia maupun mempunyai dampak negatif, seperti adanya sesar, jenis batuan tertentu yang keberadaannya perlu diketahui secara mendetail untuk penempatan bangunan konstruksi seperti suatu bendungan, terowongan dsb.
Dalam hal explorasi untuk cebakan mineral sebagai objek geologi:secara spesifik ditentukan masalah keberadaannya objek tersebut di sesuatu daerah yang sebelumnya tidak diketahui. Dengan demikian istilah yang dipergunakan disini adalah dalam arti seluas-luasnya yang mencakup semua aspek usaha  pencaharian atau mencari tahu dari permulaan sampai akhir, termasuk apa yang disebut sebagai ‘prospeksi maupun explorasi

PERBEDAAN PENGERTIAN KONSEP EXPLORASI DAN METODA EXPLORASI.
Ada kesalah-fahaman yang lumrah dimana apa yang diartikan sebagai explorasi adalah identik dengan metoda explorasi. Adalah sangat penting untuk membedakan pengertian antara metoda explorasi dan konsep explorasi.

Konsep Explorasi:
Jika seseorang mencari sesuatu mau tidak mau secara sadar atau tidak tentu harus mempunyai bayangan dulu; apa yang akan dicarikan, dimana dia akan mencarinya dan bagaimana dan pakai alat apa dia akan mencariknya. Menurut Thomas Kuhn, (1962) seorang ahli falsafah sejarah ilmu pengetahuan alam (science) yang dalam bukunya yang terkenal “The structure of scientific revolution” pertama kali memberi pengertian pada  istilah paradigma, mengatakan bahwa jika seseorang akan mencari sesuatu sadar atau tidak dia harus sudah mempunyai suatu model dari benda yang  akan dicarikanya itu, serta model di mana benda tersebut akan didapatkan. Dengan demikian pula untuk melakukan explorasi yaitu pencaharian suatu cebakan mineral seorang explorationist sudah harus mempunyai bayangan apa yang akan dicarinya itu, di daerah mana akan dicarinya dan metoda apa serta sistim yang efektif bagaimana  yang harus digunakan; dengan kata lain seorang explorationist harus mempunyai konsep. Maka konsep explorasi adalah terdiri dari model dari yang dicari, model dari daerah yang dicari dan  dan berdasarkan model ini ia akan   menggunakan suatu sistem  pencaharian.
Yang terakhir ini menentukan metoda untuk melacak. Dengan kata singkat konsep explorasi ini merumuskan strategi dan taktik serta program kegiatan explorasi. Dapat disimpulkan disini bahwa pencaharian untuk cebakan mineral atau gejala-gejala geologi lainnya merupakan suatu sistim operasi pencaharian.

Metoda /Teknologi Explorasi:
Metoda explorasi adalah cara yang secara  fisik menentukan langsung ataupun tidak langsung  keberadaan adanya suatu gejala geologi yang dapat berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun satu atau lebih  petunjuk geologi.
Metoda explorasi berkembang pesat dengan munculnya teknologi baru dalam bidang metoda explorasi seperti dalam metoda pemboran, metoda geofisika, geokimia maupun metoda geologi dengan munculnya komputerisasi. Istilah Teknologi Explorasi sekarang lazim digunakan.

Metoda yang langsung menghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan mata si ahli geologi disebut metoda geologi
Metoda yang tidak langsung menghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai gejala geologi yang dilacak, misalnya metoda geofisika atau metoda geokimia.


HAKEKAT  EXPLORASI

EXPLORASI SEBAGAI USAHA EKONOMI BERISIKO TINGGI
Berbeda dengan usaha ekonomi (economic venture) lainnya explorasi adalah suatu aktivitas ekonomi yang berisiko tinggi sehingga  memerlukan perencanaan yang seksama untuk meminimalkan risiko dan menekankan pada manfaat-biaya (cost benefit) Risiko ini adalah risiko geologi, risiko teknologi , risiko ekonomi (pasaran) dan risiko politik. Semua jenis risiko ini harus diperhitungkan sebelum diputuskan untuk melaksanakan suatu projek explorasi. Yang akan dibahas disini adalah Risiko Geologi, karena risiko inilah yang paling besar, dan merupakan faktor dalam membuat keputusan.
Dalam bidang explorasi mineral menurut Peters, 1978, pada umumnya risiko kegagalan dari usaha explorasi berdasarkan statistik dari perusahan pertambangan besar yang dinyatakan keberhasilan adalah berkisar dari 0.3% sampai  0.7%, dan ini sukses ratio ini dihitung dengan dimulai telah diketemukannya suatu tanda mineralisasi, anomaly atau bahkan prospek. Menurut pengalaman Brant (1968) dan Morgan (1969), dua orang terkenal dengan pengalamnnya masing-masing di Newmont Mining Corporation dan Consolidated Goldfields suatu program explorasi dianggap sukses jika keberhasilannya adalah 1% dari jumlah prospek yang diselidiki.

Jika perbanding sukses ini dihitung dari mulai dengan daerah yang sama sekali belum diketemukannya anomali, mineralisa atau prospek, seperti pengalaman di India antara thn:  1967-1972 adalah  1100:1, suatu angka yang sangat rendah sekali  (1100 anomali diketemukan oleh airborn magnetics, setelah dicek dilapangan hanya 25 dapat dijadikan target untuk ditindaklanjuti, dan  setelah 12 dilakukan pemboran, hanya 6 menghasilkan prospek yang berpotensi, dan hanya satu saja yang bisa dikembangkan menjadi tambang.

Angka-angka ini adalah untuk cebakan mineral, dan berlaku untuk daerah-daerah yang sudah diexplorasi secara matang. Untuk bidang batubara, angka2 ini lebih baik lagi, begitupula untuk minyak bumi. Selain itu tentu sukses ratio itu tergantung dari daerahnya. Daerah yang masih perawan mungkin angka sukses ini lebih tinggi.

Paradigma Explorasi
Paradigma ke-1: Untuk menghadapi risiko itu  maka salah satu paradigma dalam explorasi adalah adanya pentahapan dimana pada akhir suatu tahap dilakukan suatu keputusan: dilanjutkan atau tidak. Ini disebabkan karena biaya explorasi akan meningkat sesuai dengan  masuknya ke tingkatan berikutnya. Tingkatan berikutnya harus mempunyai peluang yang lebih besar, dan risiko yang lebih kecil.
Paradigma ke-2: Paradigma yang kedua adalah harus dilakukannya penciutan daerah pada setiap tahap, sehingga dapat digunakan metoda yang lebih canggih tetapi lebih mahal pada daerah yang terbatas, sehingga meningkatkan peluangnya.
Dengan demikian expslorasi merupakan suatu urutan atau rentetan kegiatan yang bertujuan menciutkan memperkecil daerah penyelidikan dengan meningkatkan peluang untuk menemukan objektif dibarengi dengan meneperkecil risiko kegagalan, sehingga dapat menggunakan metoda explorasi yang lebih dapat dipercayai. Paradigma-paradigma ini dijadikan dasar dalam menyusun apa yang disebut strategi explorasi, yang menyangkut bagaimana menentukan urutan dan rentetan kegiatan explorasi untuk memperkecil risiko kegagalan dan meningkatkan peluang untuk keberhasilan.

Pada umumnya suatu program explorasi cebakan mineral dapat berlanjut dari tahapan yang disebut regional appraisal ke tahapan yang disebut field reconnassiance jika berpeluang 1: 1000, dan dari field reconnaissance ke detail exploration menjadi 1: 500, dan diteruskan lebih lanjut, evaluasi,  jika peluangnya meningkat menjadi  1: 100.

.Di pihak lain suatu usaha explorasi  dihadapkan sejumlah variabel yang diketahui maupun tidak diketahui, dan harus dipertimbangkan dalam kontex bahwa kegagalan akan melibihi dengan  keberhasilan dengan perbandingan paling sedikit seratus terhadap satu (Pretorius, 1968). Ini disebabkan karena kriteria-kriteria geologi yang yang menunjukkan keberadaan suatu cebagakan mineral tidak bersifat deterministik atau menentukan secara deduktif, tetapi bersifat induksi akumulatif yang bersifat probabilistik. Anomali geologi, geofisika dan geokimia tidak selalu merupakan indikator akan adanya cebakan mineral (Geological geophysical geochemical anomalies are not necessarily indicators of ore) (Pretorius, 1968)

Unsur Peluang dalam Explorasi
 Dengan adanya risiko tinggi dari explorasi sudah barang tentu ada peluang untuk diketemukan. Dalam merencanakan suatu program explorasi peluang ini yang harus diperhitungkan, dan ini harus tercerminkan dalam anggaran explorasi. Jika peluang itu kecil, maka budgetnyapun kecil dan sebaliknya. Berbagai metoda untuk menghitung peluang terlah dikembangkan,  antara lain dengan menggunakan apa yang disebut model explorasi. Berarapa model matematik telah dikembangkan untuk ini sebagai berikut (lihat Kotak 2-2).

Namun demikian, sebagai mana dikemukakan oleh Pretorius (1968) pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembentukan cebakan mineral serta response-nya adalah jauh lebih penting dan lebih menentukan kesuksesan suatu operasi explorasi.

Aspek Geologi
Untuk menentukan peluang bagaimana  satu atau lebih cebakan mineral atau akumulasi minyak dan gasbumi atau objek geologi lainnya dari berbagai besaran (cadangan) itu paling boleh jadi bisa didapatkan dalam suatu keadaaan geologi dalam suatu daerah tertentu, maka aspek kajian geologi dari explorasi  merupakan otak yang mendasari konsep strategi dan perencanaan explorasi dan  menjadi tulang punggung dari pelaksanaan explorasi. Ilmu pengetahuan geologi disini diaplikasikan dengan pemilihan model geologi yang sesuai dengan objek geologi yang dicari serta menentukan gejala gejala geologi yang mengendalikannya, dan  menurunkan daripadanya pentunjuk- petunjuk geologi maupun menentukan sifat-sifat geologi, fisika dan kimia dari petunjuk geologi yang dapat dilacak di permukaan bumi. Dalam kajian ini pengetahuan geologi harus diaplikasikan untuk merumuskan hipotesa kerja yang merupakan proyeksi-proyeksi dari model geologi  yang telah dipilih pada daerah explorasi berdasarkan data geologi yang ada. Hipotesa kerja inilah yang dijadikan konsep explorasi (Model Explorasi) bagi perencanaan explorasi. Walaupun berbagai model explorasi telah dikembangkan sebagai mana telah dibahas diatas namun model explorasi yang didasarkan  model cara pembentukan endapan mineral dan bentuk-bentuk, serta pengendali geologi dari tubuh jebakan bijih merupakan model yang baku untuk penentuan Model Geologi dan Model Explorasi. sebagaimana akan dibahas dalam bab berikutnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menghitung peluang secara matematis berdasarkan model explorasi  dengan kriteria-kriteria geologi. Dengan berlanjutnya jalannya explorasi maka data yang didapatkanpun meningkat maka berbagai daerah dapat diberi ni
Fungsi geologi disini adalah penerapan ilmu geologi untuk perencanaan dan pelaksanaan suatu explorasi

EXPLORASI SEBAGAI SUATU SISTIM PENCAHARIAN (SEARCH SYSTEM)
Bagaimanapun pengertian explorasi utamanya adalah pencaharian. Setiap pencaharian apapun disadari atau tidak memperlukan suatu sistem yang menggunakan model (Kuhn, 1962). Secara umum prinsip pencaharian adalah sebagai berikut (Kotak 2-1):
Prinsip-prinsip pencaharian ini tidak semuanya berlaku untuk explorasi geologi, walaupu kebanyakan prinsip ini digunakan walaupun dengan pengertian lan.

Untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai objek yang dicari, maka berbagai model dari cebakan yang dicari harus dbuatkan semacam model dengan tekanan pada kriteria-kriteria geologi, sehinnga dapat diyakinilah bahwa objek itu akan dikenali /dapat dilihat jika  dijumpai (encountered). Ini juga belum tentu, karena sering kriteri-kriteria geologi itu jarang  lengkap, bahkan dapat saja kriteria yang digunakan ternyata tidak berlaku untuk cebakan yang berada didaerah yang diexplorasi, sehingga tidak dikenali walaupun ada. Untuk meyakinilah bahwa objek itu tidak akan dikenali jika objek itu tidak ada disitu untuk jebakan mineral tidak mungkin, karena yang dikenali itu berdasarkan kriteria-kriteria geologi tadi.

Kotak 2-1
Prinsip-prinsip Pencaharian: (Wilson, 1992)
1.    Ketahuilah sebanyak mungkin mengenai objek yang dicari
2.    Buktikan jika memungkinkan bahwa objek yang dicari itu berada di daerah yang dilacak
3.    Pergunakanlah metoda deteksi yang paling efisien berdasarkan prinsip ke-1
4.    Yakinilah bahwa objek itu akan dikenali /dapat dilihat jika  dijumpai (encountered)
5.    Yakinilah bahwa objek itu tidak akan dikenali jika objek itu tidak ada disitu (ini adalah  masalah senisitivitas alat pendeteksi
6.    Carilah secara sistematis daripada secara tidak keruan (haphazard)
7.    Jika memungkinkan, carilah jalan yang dapat menentukan arah kira-kira  (approximation) dan jarak dari titik pada setiap titik pencaharian (titik lacak, point of search)
8.    Jika masalahnya adalah multi-dimensi, biasanya perlu untuk memebuat (device) suatu jalan berdimensi satu (misalnya prinsip scanning)
9.    Jika memungkinkan tandailah  titik permulaan dan rekamlahlah jalan yang sebenarnya diikuti
10. Pergunakan prosedur yang menyempit (convergent procedure)
11. Carilah di tempat yang berpeluang paling besar (most probable place)
12. Bagilah waktu  fasilitas atau usaha yang tersedia dalam proporsi yang masuk akal (seasonable proportion) di daerah-daerah yang berlainan.
13. Pertimbangkanlah kemungkinan keterbatasan (finit probability) bahwa objek yang dicari itu terlewat pada waktu melintasinya.
14. Pertimbangkanlah kemungkinan efek proses pencahariannya sendiri terhadap objek yang dicari (misalkan pencaharian binatang tertentu, prosesnya sendiri menggiring binatang itu ke tempat lain.

Alat explorasi pada umumnya ditujukan untuk mendeteksi petunjuk-ptunjuk geologi dan bukan cebakannya secara langsung, sehingga kita tidak dapat bicara mengenai sensitivitas alat pendeteksi. Juga untuk mendeteksi gejala geologi yang dipakai kriteria  sensistivitas alat belum bisa dijamin.
Bahwasanya harus mencari di tempat yang berpeluang paling besar (most probable place), ini adalah prinsip dari explorasi, dan untuk ini harus explorasi harus ditujukan ke daerah yang keadaan geologinya sesuai dengan model geologi regional dari cebakan yang dicari., dan ini merupakan petunjuk bahkan bukti  bahwa objek yang dicari itu berada di daerah yang dilacak
Dalam penggunaan metoda deteksi yang paling efisien untuk dapat mendeteksi objek yang dicari, haruslah disadari, bahwa walaupun model geologi dari objek itu dilengkapi dengan sifat-sifat fisik atau kimiawi, peralatan explorasi pada umumnya tidak ditujukan pada objeknya sendiri, tetapi pada petunjuk atau kriteria geologi . Hanya pada tahap detail ada beberapa metoda geofisika atau geokimia yang dapat mendeteksi langsung keberadaan objek pencaharian, itupun sebenarnya tidak langsung, karena yang dicari itu pada umumnya suatu tubuh geologi yang kemungkinan besar dijenuhi oleh logam atau unsur yang dicari, misalnya suatu urat kwarsa yang mengandung sulfida dengan metoda geolistrik. Yang lebih dipentingkan dalam pemilihan metoda explorasi adalah yang efektif yang dapat mengenali gejala geologi yang kemungkinan mengandung logam atau unsur yang dicari. Metoda yang paling efektif adalah pemboran, tetapi tidak efisien jika digunakan secara sistimatis di seluruh daerah pencaharian, karena biayanya tidak akan sesuai dengan nilai dari objek yang dicari.
Pencaran secara sistematis daripada secara tidak keruan (haphazard)  memang harus dilakukan, tetapi itu juga hanya dapat dilakukan pada tahap awal dengan menggunakan metoda yang murah per satuan luas dan waktu dan ditujukan terhadap keberadaan berbagai gejala geologi yang dapat digunakan sebagai kriteria atau petunjuk geologi sehingga daerah-daerah yang prospektif dapat didilineasi.. Sampai kini tidak alat yang dapat melakukan penyisiran (scanning) dalam 3-dimensi yang efisien atau efektif biaya untuk langsung mendeteksi cebakan mineral ataupun akumulasi minyakbumi.
Demi efisiensi maka dalam pencaharian cebakan mineral atau akumulasi minyak bumi dipergunakan prosedur yang menyempit (convergent procedure), yang merupakan strategi dasar dari explorasi yaitu dengan  menciutkan daerah pencaharian yang berpeluang lebih besar tetapi lebih sempit daripada daerah sekitarnya.. Juga setiap penemuan kriteria geologi dilakukan pelacakan ke arah berikutnya yang akan memberikan peluang. Peluang bahwa objek yang dicari itu terlewatkan, dapat saja terjadi, dan untuk itu maka dilakukan umpan balik dengan memperbaiki model geologi dari daerah.
Mengingat bahwa objek yang dicari dalam explorasi mineral atau minyakbumi itu bersifat statis, maka tidak ada kemungkinan bahwa metoda pendeteksian akan mengusir dari tempatnya seperti dalam berburu khewan atau berburu kapal selam.

Kotak 2-2
Model Pencarian (Search Models)
Model-model ini berasal dari operasi militer untuk mencari sasaran yang bergerak maupun yang tidak bergerak, dan merupakan pendekatan yang lain untuk masalah explorasi di daerah “buta”.
Salah satu  model ini Engel Simulator (Griffith and Singer, 1973) didasarkan pada prosedur  pencaharian 2 tahap di suatu daerah di dalam mana terdapat sejumlah sasaran yang tersembunyi diketahui keberadaannya  dan diasumsikan isyarat yang dipancarkannya akan tersebar secara binomial negatif , sedangkan isyarat yang bersifat ‘noise’ akan mempunyai penyebaran acak sesuai dengan penyebaran Poisson. Setiap tahap terdiri dari beberapa liputan -sebanyak mungkin dapat memaximumkan  keuntungan setelah dipotong biaya. Perhitungan hanya dimungkinkan kalau jumlah sasaran yang dicari diketahui, hal mana dalam operasi militer dapat diketahui dari informasi intelijen
Pada tahapana pertama sistim sensor menerima sejumlah isyarat  nyata maupun noise. Isyarat nyata akan berkegerombol sekitar sasaran, sedangkan isyarat noise akan bersifat acak. Tahapan kedua  dilaksanakan di daerah isyarat nyata secara lebih rinci tetapi jauh lebih mahal
Walaupun sistim pentahapnya sesuai dengan strategi explorasi geologi yang berlaku, model pencaharian ini ini tidak diterima oleh para ahli geologi karena sangat berbeda dengan hakekat explorasi. Pertama-tama pada model pencaharian diasumsikan daerah yang dicari itu homogen, padahal keadaan bawah permukaan itu jauh dari demikian adanya berbagai satuan batuan dan struktur geologi. Keduanya adalah bahwa sasaran yang dicari itu sifat-sifat fisiknya jelas dan unik sehingga keberadaannya dapat dideteksi oleh isyarat yang dipancarkannya. Sebagaimana telah dikatakan hal ini tidak demikian dengan cebakan mineral atau akumulasi minyak dan gasbumi. Tidak ada teknologi explorasi yang dapat memancarkan dan menangkap kembali isyarat yang  dipantulkan sasaran pencaharian, dan sasarannya sendiri tidak memancarkan isyarat. Sasaran dapat menimbulkan  suatu anomali dalam medan magnet, gravitasi atau elektromagnetik yang dapat dideteksi peralatan explorasi geofisika, namun anomali ini tidak dapat dipastikan unik untuk model cebakan tertentu, yang didapatkan hanya peluang keberadaan objek geologi yang dicari.

Model-model matematik untuk pencaharian pernah dikembangkan, seperti misalnya untuk keperluan kemiliteran:

Dari uraian diatas ini dapat disimpukan bahwa explorasi untuk suatu objek geologi tidak dapat disamakan dengan suatu sistim pencaharian, tetapi lebih dari itu. Ini disebabkan karena kita berhubungan dengan  suatu objek geologi yang sedikit diketahui sifat-sifatnya (walaupun dengan menggunakan model geologi dari objek tersebut) di suatu daerah yang keadaan geologinya juga secara relatif sedikit.diketahui, walaupun dengan menggunakan model geologi dari daerah tersebut. Sistim pencaharian harus dilengkapi dengan sistim yang mencakup perbaikan perbaikan model geologi daerah itu secara progresif . Hal ini didapatkan dengan melakukan pengumpulan data geologi dengan berlangsungnya explorasi yang akan memperbaiki model geologi regional daerah tersebut dengan umpan balik.

EXPLORASI SEBAGAI SISTIM PENGUMPULAN DATA
Sebagaimana telah dibahas diatas untuk suatu sistim pencaharian diperlukan adanya pengetahuan yang cukup mengenai keadaan dari daerah yang menjadi  medan explorasi., dalam hal ini tentu keadaan geologi regional dari daerah pencaharian, atau juga sering disebut model explorasi dari daerah tersebut. Model explorasi itu menyangkut model dari cebakan yang dicari, yang dengan kemajuan jalannya explorasi akan diperbaiki, terutama jika salah satu dari cebakan yang dicari sudah diketemukan. Maka untuk mendapatkan model geologi regional ini diperlukan data, dan data geologi yang dicari haruslah yang spesifik yang relevant terhadap sistim pencaharian (specific type of geologic data relevant to the search system). Untuk ini tersedia pilihan dari berbagai peralatan explorasi (A choice of sophisticated exploration tools)  dengan berbagai  ketelitian dan kedapat-diperyaan (reliability) tetapi juga dengan berbagai biaya operasinya. Pengumpulkan data itu memerlukan biaya yang sangat bervariasi tergantung dari metoda yang digunakan. Metoda pengumupulan data dilakukan dengan berbagai metoda dari survai-survai sampai pengeboran.. Pengumpulan data disebut juga akwisisi data (data acquisition), yang kemudian di proses dan di analisa.
Penggunaan metoda-metoda pengambilan data yang canggih, seperti teknik indrajauh, survai teknik geofisika udara maupun darat dan laut, maupun survai geologi, serta pengerahan perlengkapan dan sumberdaya manusia  yang melibatkan masalah transportasi dalam  lingkungan yang kurang menguntungkan atau logistik serta masalah-masalah lain yang melibatkan sejumlah dana besar sampai jutaan dollar Amerika Serikat.
Dengan demikian perencanaan explorasi harus mempertimbangkan biaya dan manfaat dari suatu metoda explorasi. Sampai dimana relevancy dari data geologi yang didapatkan dengan metoda yang canggih sebagai kriteria geologi  terhadap mempertinggi peluang akan keberhasilan explorasi. Tentu semua data geologi akan melengkapi dan menyempurnakan model geologi regional dari daerah explorasi kita, sehingga mempertajam model explorasi kita, tetapi apakah biaya yang harus dikeluarkan itu relevan dengan manfaatnya, (is it worthwhile). Dari sini sebetulnya muncul paradigma dalam explorasi:
Dalam pengumpulan data geologi dalam explorasi maka metoda-metoda yang lebih canggih dan biayanya lebih tinggi dilakukan pada daerah-daerah yang lebih sempit yang terseleksi mempunyai peluang yang lebih besar berdasarkan interpretasi hasil dari  metoda-metoda yang kurang canggih dengan biaya yang lebih rendah yang dilakukan sebelumnya..
Dengan demikian pada suatu rencana explorasi  aspek pengumpulan data geologi itu merupakan pekerjaan utama.

EXPLORASI SEBAGAI SISTIM OPERASI
Perlu disadari bahwa pelaksanaan explorasi itu melibatkan pengerahan sumberdaya manusia dari berbagai keahlian dan keterampilan, peralatan explorasi dan mesin-mesin pendukung untuk berbagai kegiatan utama maupun  pendukung khususnya transportasi. Hal-hal ini melibatkan tentu dana yang besar, suatu organisasi yang memadai dan koordinasi, sehingga kegiatan berjalan dengan efektif, efisien dan manfaat biaya.
Kegiatan explorasi ini terdiri dari satuan-satuan aktivitas, dimana setiap satuan aktivitas masing-masing terkait bahkan sering tergantung pada hasil aktivitas lainnya  Dengan demikian seluruh kegiatan explorasi itu merupakan suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah dimana langkah berikutnya sangat tergantung dari  hasil langkah sebelumnya, dan setiap langkah ini merupakan suatu proses pengambilan keputusan (decision making proces) Namun demikian pengerahan berbagai aktivitas ini dan terutama pengambilan keputusan itu  harus didasarkan pada penafsiran dan penilaian geologi atas data yang dihasilkan dari berbagai aktivitas, sehingga pemikiran kreatif diperlukan.

Suatu usaha explorasi modern  melibatkan pemikiran geologi yang kreatif, penggunaan metoda-metoda pengambilan data yang canggih, seperti teknik indrajauh, survai teknik geofisika udara maupun darat dan laut, maupun survai geologi, serta pengerahan perlengkapan dan sumberdaya manusia  yang melibatkan masalah transportasi dalam  lingkungan yang kurang menguntungkan atau logistik serta masalah-masalah lain yang melibatkan sejumlah dana besar sampai jutaan dollar Amerika Serikat.

Dengan demikian suatu usaha explorasi itu bersifat menurut (Pretorius, 1968):
1.   Markovian: langkah berikutnya hanya tergantung  dari keadaan sekarang dari usaha (present state of the venture)
2.   Ergodik: Keadaan akhir dari penyebaran peluang (probabilitas) tidak tergantung dari keadaan semula (the end of the state probability distribution independent of the initial state)
3.   Analisa terkahir: suatu pertaruhan di mana perbaikan dalam strategi dan evaluasi akan lebih mungkin (likely) menghasilkan suatu hasil  dalam penemuan cebakan daripada melakukan modifikasi secara meluas dalam komponen-komponen dana, sumberdaya manusia, taktik dari sistim secara keseluruhan

Dengan demikian masalah yang dihadapi usaha explorasi bukanlah semata-mata melaksanakan suatu projek keteknikan, tetapi ditambah dengan unsur peluang atau probabilitas. Suaut usaha explorasi mirip dengan suatu operasi militer yang terdiri dari rangkaian kegiatan-kegiatan, dimana kegiatan berikutnya tergantung dari hasil kegiatan sebelumnya. Dalam hal ini jika suatu kegiatan gagal mencapai sasarannya maka harus ada rencana alternatif lainnya.

 Efektivitas dari suatu usha explorasi merupakan fungsi dari strategi, dana, personil, taktik dan cara-cara evaluasi Untuk ini maka suatu strategi khusus harus dikembangkan dimana pemahaman yang baik mengenai proses-proses dan response dari gejala mineralisasi merupakan titik tolaknya, untuk dapat memperbaiki peluang untuk diketemukannya.

Sebagaimana telah dibahas bahwa aspek penting dari explorasi adalah adanya risiko dan perhitungan peluang. Maka untuk itu pada perencanaan  muncul unsur engineering design atau suatu rekayasa yang mempunyai kekhasan sendiri, yaitu mengharuskan adanya strategi yang melibatkan hipotesa majemuk dari Chamberlin (1901), mengingat adanya unsur probabilitas yang memungkinkan pengambilan keputusan ke langkah berikutnya berdasarkan peluang yang ada.

Perlu diketanui bahwa telah banyak dilakukan usaha untuk menghitung peluang usaha explorasi cebakan mineral dengan pendekatan pemodelan matematik (Peters, 1978, p.540) atau disebut operations research
Operations research:adalah suatu keluarga metoda rancang-bangun, dimana model matematik di terapkan pada masalah optimisasi, dengan menggunakan analisa statistik. Tujuan utamanya adalah mengkwantifikasikan variabel-variable, termasuk peluang untuk sukses, dan setiap langkah dalam suatu program berurutan yang rumit dan pada akhirnya untuk menunjukkan jalan yang terpendek untuk menuju sukses. Operations research digunakan dalam situasi dimana suatu keputusan harus diambil. Untuk ini banyak digunakan model matematik.

PERKEMBANGAN EXPLORASI SEBAGAI USAHA BISNIS.
Pada permulaan industri pertambangan pencaharian untuk cebakan-cebakan mineral dilakukan tanpa dasar ilmiah. Biasanya dilakukan oleh para prospektor, seseorang dengan pengetahun mineralogi dan sedikit geologi, dengan cara menyisir suatu daerah yang diketahui mempunyai tanda-tanda mineralisasi atau secara intuisi. Jika seorang prospektor ini menemukan suatu lokasi yang  memperlihatkan adanya tanda-tanda mineralisai, apalagi suatu singkapan yang jelas merupakan bijih,  yang mempunyai harapan untuk dikembangkan menjadi suatu tambang, maka dia dapat melakukan suatu ‘claim’, dan disebutnya suatu prospek. Maka prospek-prospek inilah yang kemudian ditawarkan  untuk dijual atau bekerja dengan suatu penyandang modal yang disebut promotor pertambangan  ataupun suatu perusahaan pertambangan untuk diteliti lebih lanjut dan dievaluasi  oleh para ahli pertambangan ataupun para ahli geologi, untuk diketahui apakah prospek ini layak dikembangkan menjadi suatu tambang. Penyelidikan dan evaluasi ini disebut explorasi.
Di Indonesia prospeksi ini dilakukan oleh Jawatan Pertambangan Hindia Belanda (Dienst van het Mijnwezen) oleh para insinyur tambang maupun para ahli geologi yang tergabung dalam Dinas Pelacakan (Opsporing Dienst). Walaupun prinsip-prinsip pelacakan ini lebih bersifat ilmiah dan menggunakan ilmu geologi, tetapi pada dasarnya adalah sama saja, yaitu dengan menelusuri sungai-sungai dan menggunakan metoda-metoda prospeksi, namun tanpa menggunakan apa yang sekarang disebut konsep explorasi.
Sesudah Abad ke-20, perusahaan-perusahaan pertambangan banyak memulai usaha pertambangan disuatu daerah atau negara dengan meminta  suatu konsesi izin explorasi untuk suatu daerah yang luas, dan tidak lagi menyandarkan pada adanya prospek-prospek yang diketemukan oleh para prospektor. Maka pencaharian dimulai pada tingkat prospeksi dilakukan oleh para ahli geologi dengan menerapkan ilmu geologi yang dibekali pengetahuannya mengenai pembentukan cebakan mineral yang telah dikompilasikan seperti oleh Lindgren (1913, 1933)  Emmons (1940) dan Bateman (1950) serta menggunakan petunjuk-petunjuk geologi  dan tersedianya berbagai metoda explorasi, seperti geofisika dan geokimia, selain mulai digunakannya strategi serta perhitungan untung-rugi, dan risiko, hal mana tercermin dalam bukunya McKinstry, 1948. Mulai tahun enampuluhan , maka explorasi untuk suatu wilayah direncanakan secara matang dengan menggunakan konsep explorasi dengan menentukan sasarannya terlebih dahulu, serta model-model geologi dari cebakan mineral yang sesuai dengan sasaran, pemilihan daerah berdasarkan kriteria-kriteria dan penekanan pada strategi, penciutan daerah dan perhitungan untung rugi serta risiko. Juga pelaksanaan explorasinya sendiri dilakukan secara besar-besaran dengan berbagai fasilitas, seperti kendaraan dari keledai sampai ke helikopter dan pesawat terbang, bahkan  sama dengan suatu operasi militer. Maka juga banyak istilah-istilah militer yang digunakan seperti strategi (strategy), taktik (tactics), logistik (logistics), sasaran (targets) dsb.





Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel