GEOLOGI DASAR 09 GEOMORFOLOGI LERENG DAN MASS WASTE


GEOMORFOLOGI 

Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani kuno (geo = bumi, morfo = bentuk, logos = ilmu). Yang berarti ilmu yang mempelajari bentuk bumi atau roman muka bumi, dalam istilah asing sering disebut sebagai landscape.

Mula-mula orang memakai istilah fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi. Di Eropa, fisiografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi dan geografi. Akan tetapi para pakar terutama pakar-pakar dari Amerika tidak sependapat dengan istilah ini. Dalam bidang ilmu yang mempelajari roman muka bumi dan erat hubungannya dengan ilmu geologi, mereka lebih cenderung memakai istilah Geomorfologi.

Ilmu Geologi merupakan ilmu dasar dari bumi yang mempelajari tentang bumi, struktur dalam, material penyusun, proses-proses yang terjadi dipermukaan dan didalam bumib baik fisik dan biologi.

Untuk mempermudah membedakan kedua istilah tersebut dan juga hubungannya dengan ilmu lain dapat dilihat sketsa di bawah ini :

Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga ilmu-ilmu lainnya dimulai dengan munculnya pakar-pakar filsafat Yunani dan Itali. Sebegitu jauh Herodatus (485-425 SM) yang dianggap sebagai Bapak Sejarah dikenal pula mempunyai pikiran tentang geologi, termasuk perubahan muka air laut sebagai salah satu gejala yang ia perhatikan di Mesir.

Kemudian banyak pula pakar filsafat lainnya yang menyinggung tentang geomorfologi ini. Dapat disebutkan disini antara lain : Aristotle, Strabo dan Seneca yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alam sebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan teori malapetaka. Kemudian konsep ini sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Orang mulai mengenal filsafat Katastrofisma (Cuvier), yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi terjadi secara mendadak. Hal ini didukung oleh beberapa kejadian geologi yang terbentuk secara cepat sekali seperti letusan gunung api, longsor, aliran lahar, dataran-dataran menurut pendapat ini terjadi juga secara demikian.

James Hutton (1726-1797) dikenal sebagai Bapak Geologi Modern yang pendapatnya bertentangan dengan teori Katastrofisma, dimana proses pembentukan morfologi bekerja sepanjang waktu secara perlahan tetapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang sekarang. Bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu terjadi pada masa sekarang dan seterusnya. Idea terutama tentang filsafat ini diterangkan kedalam ungkapan masa sekarang adalah kunci membuka tabir masa lampau (The present is key to the past).

Williwm smith (1769-1839) mengungkapkan dasar ilmu Stratigrafi adanya lapisan - lapisan dalam perut bumi, terkenal dangan Hukum super posisi (super posision law) yang berbunyi : “ Dalam keadaan normal lapisan batuan yang berada dibawah berumur lebih tua daripada lapisan yang ada diatasnya.

Jean baptiste de lamark (1774-1829) tentang teori  evolusi, mengungkapkan bahwa perubahan secara perlahan lahan memerlukan waktu yang sangat lama.

Pada masa sekarang geomorfologi bukan hanya meliputi hal-hal yang statis saja, tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai hasil interpolasi. Selain itu bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan besaran matematika seperti kita kenal dalam Geomorfologi Kwantitatif.

 

Konsep dan Proses Geomorfologi

 

Untuk mempelajari bentuk permukaan bumi dipakai dasar-dasar yang kita sebut sebagai konsep morfologi, diantaranya yaitu :

a.       Konsep kesinambungan

Ialah konsep yang mengatakan bahwa segala sesuatu gejala alam yang terjadi sekarang juga terjadi pada masa lampau, bisa dalam identitas yang sama maupun berbeda.

b.       Konsep kontrol morfologi

Ialah bahwa untuk mempelajari bentang alam suatu wilayah adalah dengan mengontrol keadaan morfologi daerah tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun secara kimia yang dialami permukaan bumi. Penyebab dari proses perubahan tersebut kita kenal sebagai Geomorphic Agent, dimana faktor-faktor pengubah ini dibedakan menjadi 2 golongan besar, yaitu :

Tenaga asal dalam (tenaga endogen)

Tenaga asal luar (tenaga eksogen)

Tenaga endogen dan eksogen ini bekerja bersama membentuk roman muka bumi. Tenaga endogen cenderung untuk membangun, sedangkan tenaga eksogen cenderung untuk merusak.

Tenaga endogen :

Teramati, prosesnya : vulkanisme

Tak teramati, prosesnya : pembentukan pegunungan, lipatan, patahan, dsb.

Tenaga eksogen, proses dapat dipakai sebagai berikut :

a.            Degradasi : erosi sungai, abrasi, deflasi, dll

b.            Degradasai – agradasi : banjir, gerakan tanah, dll

c.            Gradasi : akumulasi sedimen oleh air, angin, gravitasi, vulkanik, organik, dll

 

Peragaan Geomorfologi

          Peragaaan geomorfologi adalah cara untuk menggambarkan tentang geomorfologi suatu daerah melalui suatu citra. Peragaan dapat dituangkan dalam bentuk :

a.  Blok Diagram

Bentuk-bentuk pendangkalan dapat dilihat pada peta topografi dan penyebab batuan, kedudukan lapisan-lapisan batuan dapat dibaca pada peta topografi.

b.       Sketsa Lapangan atau Foto

Adalah rekaman gejala/proses geologi yang dituangkan pada gambar/foto dengan cepat dan padat.

c.  Foto Udara

Adalah rekaman suatu obyek yang difoto dari udara. Foto udara dapat menggambarkan keadaan bentuk lahan secara visual. Foto udara yang diambil secara berurutan akan nampak bentuk lahan secara tiga dimensi dibawah stereoskop.

d.  Peta Topografi

Memperlihatkan gambaran bentuk lahan dengan dasar ketinggian atau garis kontur.

 

 BACA JUGA YA SERI   1  2  3  4  5  6  7  8


LERENG

Landasan Umum

Lereng adalah kenampakan permukaan alam di suatu beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak jurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Sedangkan bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah dan pelapukan. Dewasa ini banyak ahli mempelajari tentang lereng dalam pengolahan suatu lahan, karena lereng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian, yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relief. Dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis, yaitu suatu lahan yang karena tidak sesuainya kemampuan dan penggunaan lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi, sehingga akan membahayakan fungsi hidrologi, produksi pertanian dan pemukiman. Yang dapat menimbulkan erosi dan longsoran di daerah hulu serta sedimentasi dan banjir di daerah hilir atau daratan.

 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Lereng

a.     Faktor yang bersifat aktif, antara lain :

1.     berkurangnya daya tahan suatu lereng terhadap adanya suatu erosi.

2.     adanya pembebanan, misalnya oleh air hujan, bangunan, sehingga bobot dari massa batuan atau tanah menjadi lebih besar.

3.     aktivitas manusia dan hewan.

b.     Faktor-faktor yang bersifat pasif, antara lain :

1.     pengaruh iklim (tropis, subtropis, sedang dan dingin)

2.     keadaan litologi (batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf)

3.     keadaan stratigrafi (urut-urutan lapisan batuan)

4.     keadaan struktur geologi (daerah sesar dan lipatan)

5.     keadaan vegetasi.

 

Kemantapan (Stabilitas) Lereng

Dalam bidang teknik sipil ada tiga macam bentuk lereng, yaitu :

a.          Lereng alam, misalnya lereng sebuah bukit.

b.         Lereng yang dibuat dari tanah asli, lereng yang sedang dipotong untuk pembuatan jalan atau keperluan irigasi

c.          Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan, misalnya tanggul jalan atau bendungan tanah.

Dari ketiga bentuk lereng tersebut, kemungkinan kelongsoran akan ada yang bersifat rotasional slide maupun transional slide, oleh karena itu harus diperiksa dan diadakan penilaian terhadap lereng tersebut secara utuh. Dengan demikian stabilitas lereng akan selalu terjaga, yaitu keadaan seimbang antara gaya yang menyebabkan bergesernya lereng dengan gaya yang melawan tersebut. Salah satu penerapan pengetahuan mengenai geser tanah atau batuan adalah untuk analisa kemantapan lereng. Kekuatan geser tanah atau batuan terjadi akibat gerak relatif antar butirnya. Sebab itu kekuatannya tergantung pada gaya yang bekerja antar butir. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kekuatan geser sendiri terdiri atas :

a.     Bagian yang bersifat kohesi tergantung pada macam tanah atau batuan dan ikatan butirnya.

b.     Bagian yang bersifat gesekan yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser.

Kekuatan geser tanah dan hubungannya dengan kemantapan lereng dapat dinyatakan dengan menggunakan rumus matematika seperti kekuatan geser tanah yang dinyatakan sebagai berikut :

 

          S = C’ + (σ – μ) tan θ

Dimana :

            S   =   Kekuatan geser tanah

            C’ =   kohesi tanah

            σ   =   tegangan normal pada bidang geser

            μ   =   tegangan air pori

            θ   =   sudut geser dalam

 

Analisa dasar kemantapan lereng didasarkan pada mekanisme gerak suatu benda yang terletak pada bidang . 

Dimana :

            w  =   berat benda

            N  =   gaya normal

            T  =   gaya tangensial

            R  =   gaya geser

Syarat :

          R/T < 1       à      benda bergeser

          R/T > 1       à      benda akan diam

          R/T = 1       à      benda dalam keadaan seimbang

Dengan menggunakan rumus di atas akan dapat ditentukan kemantapan geser tanah pada lereng yang bersangkutan. 


Cara Menstabilkan Lereng

Kita sering menghadapi persoalan bagaimana caranya memperbaiki atau menstabilkan lereng pada suatu daerah yang terjadi kelongsoran. Pada prinsipnya ada dua cara untuk membuat lereng supaya menjadi lebih aman atau mantap, yaitu :

a.     Memperkecil gaya atau momen penggerak dengan mengubah bentuk lereng. Usaha ini merupakan satu-satunya jalan yang dapat dilakukan dengan :

1.     Membuat lereng menjadi lebih datar, yaitu dengan mengurangi sudut lereng.

2.     Memperkecil ketinggian lereng.

Cara ini hanya terbatas pada lereng yang ketinggiannya tidak terlalu tinggi dan cocok untuk rotasional slide.

b.     Memperbesar gaya melawan.

Cara ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1.     Dengan menggunakan counterweight, tanah timbunan pada kaki lereng.

2.     Dengan cara injeksi, yaitu suatu cairan diinjeksikan dengan tekanan ke dalam rongga, pori atau rekahan batuan yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu akan menjadi padat secara fisik maupun kimiawi.

3.     Dengan mengurangi tegangan air pori dalam lereng.

4.     Dengan cara mekanis, yaitu dengan memasang tiang atau membuat dinding penahan. 

 

Pengukuran Sudut Kemiringan Lereng

a.  Dengan metode Blong (1972)

Dilakukan dengan alat sederhana terdiri dari galah tegak yang berskala dan papan yang diletakkan pada bak  tersebut  yang  dapat digerakkan naik turun. Pengukuran hanya pada lereng yang panjangnya antara 1 – 1,5 meter.

Dengan rumus :         tan α = (panjang vertikal / panjang horizontal)

 

b.  Dengan Kompas Geologi

Dengan kompas geologi pengukuran sudut kemiringan dapat dilakukan dengan mudah dan dapat menentukan beda tingginya dengan cara melakukan perbandingan obyek yang ada di depannya.

SP = GP x tan  β

 

 

MASS WASTING

              Landslides (batuan longsoran) merupakan contoh yang spektakuler dari proses geologi yang disebut mass wasting. Mass Wasting yang sering juga disebut mass movement, merupakan perpindahan masa batuan, regolit dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah karena gaya gravitasi. Setelah batuan lapuk, gaya gravitasi akan menarik material hasil pelapukan ke tempat yang lebih rendah. Sungai biasanya membawa material tersebut ke laut dan tempat yang rendah lainnya untuk diendapkan, sehingga terbentuklah bentang alam bumi perlahan-lahan.

              Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya mass wasting, ada beberapa faktor lain yang berpengaruh juga terhadap terjadinya proses tersebut. Air merupakan salah satu dari faktor-faktor tasi. Apabila pori-pori sedimen terisi oleh air, gaya kohesi antar material akan semakin lemah, sehingga memungkinkan partikel-partikel tersebut dengan mudah untuk bergeser. Sebagai contoh, pasir akan menggumpal dengan baik pada kondisi yang lembab. Tetapi bila kedalam pasir tersebut ditambahkan air, maka air akan membuka dan mengisi rongga diantara partikel pasir, dan butir pasir akan mengembang kesegala arah. Jadi kejenuhan akan mengurangi tahanan dalam material, sehingga akan dengan mudah digerakkan oleh gaya gravitasi. Selain itu air juga akan menambah berat masa material, sehingga kemungkinan cukup untuk menyebabkan material untuk meluncur ke bawah.

              Kemiringan lereng yang terjal juga merupakan faktor lain yang menyebabkan terjadinya mass movement. Partikel lepas dan tidak terganggu, serta membentuk Kemiringan yang stabil disebut “angle of repose”, yaitu kemiringan lereng maksimum yang material penyusunnya tetap stabil. Tergantung pada ukuran dan bentuk partikelnya, besarnya sudut lereng bervariasi dari 25o sampai 40o. Semakin besar dan menyudut partikelnya, semakin besar sudut kemiringan stabilnya. Jika kemiringan bertambah, rombakan batuan akan menstabilkan kedudukannya dengan meluncur ke bawah. Banyak kondisi di alam yang menyebabkan keadaan tersebut, antara lain sungai yang menggerus dinding lembahnya, dan ombak yang mengikis bagian dasar dari tebing pantai. Manusia juga dapat menyebabkan kemiringan lereng yang menjadi semakin besar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya mass wasting.

 

Klasifikasi Mass Wasting

              Banyak sekali proses yang terjadi di alam yang disebut mass wasting. Pada umumnya macam-macam jenis mass wasting dapat dibedakan berdasarkan macam material yang terkena proses, macam pergerakan yang terjadi dan kecepatan dari perpindahannya.

              Klasifikasi yang didasarkan pada macam material yang berpindah tempat tergantung pada apakah merupakan material lepas atau batuan dasarnya. Bila materialnya didominasi oleh tanah dan regolit, maka digunakan istilah “debris”, “mud” dan “earth”. Sebaliknya bila merupakan batuan dasar yang bergerak, maka digunakan istilah batuan atau “rock”.

              Selain macam material yang berpindah tempat, cara perpindahan material juga sangat penting. Pada umumnya cara perpindahan material dibedakan menjadi jatuh bebas (fall), meluncur (slide), dan aliran (flow).

              Fall digunakan untuk material dengan berbagai ukuran, lepas dari batuan induknya dan jatuh bebas ketempat yang lebih rendah. Peristiwa ini sangat umum terjadi pada lereng yang sangat terjal, dimana material lepas tidak dapat tetap tinggal. Batuan akan jatuh terdapat pada lereng atau menumbuk batuan lain yang terdapat pada lereng yang dilaluinya. Peristiwa ini banyak terjadi pada batuan yang mengalami pelapukan fisik karena proses pemanasan dan pendinginan batuan atau oleh pertumbuhan akar tumbuhan.

              Slide merupakan perpindahan masa batuan atau tanah melalui suatu permukaan bidang. Permukaan bidang itu dapat merupakan kekar, sesar atau bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan lereng. Apabila bidang tersebut merupakan suatu bidang lengkung proses ini disebut slump. Kadang-kadang kata “slide” digunakan untuk peristiwa tanah longsor (landslide). Kata ini meskipun banyak digunakan orang atau ahli geologi, tetapi kata ini tidak mempunyai definisi yang spesifik dalam ilmu geologi. Istilah ini sangat populer dalam istilah nonteknis untuk menyebutkan secara umum proses mass wasting.

              Tipe ketiga adalah flow (aliran), digunakan apabila material yang berpindah tempat merupakan cairan kental. Kebanyakan aliran ini sangat jenuh air dan bergerak seperti bentuk lidah.

              Peristiwa mass wasting dapat membuat suatu berita besar, apabila material dalam jumlah yang sangat besar bergerak dengan kecepatan tinggi ke bawah dan menghancurkan bangunan-bangunan dan mencelakakan manusia. Seperti proses yang disebut rock avalanches, batuan dan rombakan batuan bergerak pada kemiringan lereng dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam. Banyak peneliti percaya bahwa rock avalanche melayang di udara ketika meluncur ke bawah. Kecepatan yang tinggi dihasilkan oleh udara yang terjebak dan tertekan di bawah masa batuan yang jatuh, sehingga memungkinkan material tersebut mengapung dipermukaan pada waktu meluncur ke bawah.

              Kebanyakan mass movement tidak mempunyai kecepatan seperti rock avalanche, tetapi banyak juga yang bergerak sangat lambat. Salah satu proses mass movement yang pergerakannya sangat lambat adalah rayapan (creep), yang perpindahnnya hanya beberapa milimeter atau centimeter per tahun. Meskipun bermacam tipe mass wasting digolongkan dalam perpindahan yang cepat atau lambat, perbedaan itu sering bersifat subyektif, karena diantara keduanya mempunyai rentangan yang sangat lebar. Pada suatu tempat tertentu, proses mass wasting dapat mempunyai kecepatan yang berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain.

 

 

Slump

              Slump merupakan perpindahan masa batuan atau material lepas dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah melalui suatu bidang luncur yang lengkung. Pada proses ini material yang dipindahkan tidak terlalu besar kecepatannya dan tidak terlalu jauh. Proses ini merupakan sedimen kohesif yang tebal seperti lempung.

              Permukaan retakan blok slump dicirikan oleh bentuk seperti sendok dan cekung kearah atas. Pada waktu terjadi pergerakan, terbentuk tebing (scarp/cliff) yang lengkung dan blok yang terletak dipermukaan akan berputar ke belakang.

              Umumnya slump terjadi karena kemiringan lereng terlalu terjal, dapat juga terjadi karena beban pada kemiringan lereng terlalu besar, yang menyebabkan terjadinya internal stress pada material di bawahnya. Hal ini terjadi pada material yang lemah dan kaya akan lempung berada di bawah material yang lebih keras atau resisten seperti batupasir. Airtanah yang meresap melalui batupasir akan melemahkan lempung yang berada di bawahnya.

 

Rockslides

              Rockslides terjadi bilamana blok dari batuan induk terlepas dan meluncur ke bawah. Peristiwa ini merupakan proses yang sangat cepat dan sangat destruktif. Biasanya rockslides terjadi pada fenomena geologi ketika batuan yang berlapis mengalami deformasi sehingga terjadi kemiringan batuan, kekar atau retakan yang sejajar dengan kemiringan batuan.

 

Mudflow

              Mudflow adalah perpindahan material lepas yang bercampur dengan air dengan kecepatan relatif tinggi. Proses ini sangat umum terjadi pada canyon dan gullies di pegunungan semiarid. Pada waktu terjadi hujan lebat di daerah tersebut, sejumlah besar sedimen hasil proses erosi dinding lembah yang kurang vegetasinya, tersalur ke dalam lembah. Material yang merupakan campuran antara batuan, tanah, lumpur dan air mengalir dengan cepat dengan bentuk seperti lidah. Karena mudflow tersebut mempunyai densitas yang tinggi, maka aliran tersebut dapat mengangkut bongkah yang besar, pohon-pohon atau bahkan bangunan besar seperti rumah. Pada tekuk lereng aliran ini akan menyebar menutupi daerah sekitar mulut lembah dengan campuran material lepas yang basah.

              Mudflow juga sangat umum terjadi di daerah gunungapi. Debu volkanik yang menutupi lereng gunung api yang terjal, dpat membentuk mudflow pada waktu turun hujan yang lebat atau pada pencairan es yang terdapat pada puncak gunung. Contoh lain dari mudflow di daerah gunung api adalah aliran lahar, yang merupakan percampuran antara material gunung api yang bercampur dengan air.  

 

Earthflow

              Tidak seperti mudflow yang banyak terjadi di daerah semi arid, earthflow sering terjadi di daerah bawah (humid) akibat hujan yang terus menerus. Apabila regolit yang kaya lempung jenuh air pada lereng perbukitan, materialnya akan terurai dan mengalir ke bawah tidak terlalu jauh meninggalkan torehan pada lereng perbukitannya. Tergantung pada kemiringan lereng dan consistensi dari materialnya, kecepatan earthflow mulai dari beberapa meter per jam sampai beberapa meter per menit. Karena earthflow agak kental, maka alirannya tidak secepat mudflow. Selain sering terjadi pada lereng perbukitan, earthflow juga sering terjadi berasosiasi dengan slump.  

 

Rayapan (creep)

              Creep adalah salah satu tipe mass wasting yang perpindahan massanya, tanah dan regolit sangat lambat. Tidak seperti mass wasting yang bergerak cepat sering terjadi pada pegunungan dengan kemiringan lereng yang terjal, maka creep pada umumnya terjadi pada kemiringan lereng yang landai dan meliputi daerah yang cukup luas. Penyebab utama terjadinya rayapan adalah adanya perselingan antara pengembangan dan penyusutan material permukaan karena perbedaan temperatur atau perubahan kandungan air. Setelah hujan lebat, rongga antar partikel soil terisi air, sehingga gaya kohesi partikel akan hilang, yang memungkinkan gaya gravity untuk menarik material bergerak ke bawah. Meskipun gerakannya sangat lambat dan hampir tidak dapat dilihat, tetapi akibat dari rayapan tersebut akan nampak dengan jelas. Adanya rayapan tanah pada suatu daerah dapat diketahui dari miringnya tiang listrik atau telepon, pohon-pohon yang tumbuh di daerah tersebut atau perlapisan yang terseret rayapannya.  

 

Solifluction

          Proses solifluction sering terjadi pada daerah yang beriklim dingin. Di daerah ini es yang berada di bagian atas regolit, mencair pada musim semi dan panas, tetapi di bagian bawahnya masih tetap membeku. Karena air dari es yang mencair di bagian atas tidak dapat meresap ke bawah, maka bagian atas ini akan jenuh air dan mulai mengalir ke bawah lereng yang landai. Pada kejadian ini lapisan penutup akan terbawa aliran air dan batuan dasar akan tersingkap. Bila batuan yang tersingkap ini mengalami pelapukan, hasil lapukannya juga akan terkikis oleh solifluction.

 

 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel