BELERANG


 BELERANG

1.    PENGERTIAN

Belerang adalah bahan galian non-logam yang banyak digunakan di berbagai sector industri, baikdalam bentuk unsur maupun senyawa. Belerang atau sulfur didapatkan dalam 2 bentuk yaitu sebagai senyawa sulfida dan sebagai belerang alam. Sebagai senyawa sulfida didapatkan dalam bentuk galena (PbS), Chalkopirit (CuFeS2), dan Firit (FeS2). Semuanya terbentuk akibat proses hidrotermal, kecuali Firit, dapat pula terjadi karena proses sedimentasi dalam kondisi tertentu. Sedangkan belerang alam unsur tersebut berbentuk kristal bercampur Lumpur atau merupakan hasil sublimasi. Endapan belerang ini terbentuk oleh solfatara, fumarola atau sebagai akibat darigas dan larutan yang mengandung belerang keluar dari dalam bumi melalui rekahan-rekahan, serta selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api aktif. Dengan demikian belerang alam dapat dikelompokkan menjadi type sublimasi dan type Lumpur. Belerang berwarna kuning, kekerasan 1,5 – 2,5, berat jenis 2,05, bila dibakar berwarna biru, menghasilkan gas SO2 yang berbau tidak enak. Meskipun belerang hanya sebagai bahan baku penolong, perannya sangat penting dalam menghasilkan berbagai produk industri, misalnya : industri gula, kimia, pupuk, ban, karet, dan korek api.   

Meningkatnya aktivitas industri hilir di Indonesia akhir-akhir ini mengakibatkan kebutuhan belerang terus bertambah, sedangkan produksi belerang Indonesia relative kecil dan penambangan masih terbatas pada belerang murni dari kawah atau bekas gunung api.

2.    GEOLOGI

Di alam, belerang ditemukan, baik sebagai unsure dalam bentuk ristal belerang (hampir murni) atau Lumpur dengan kadar S : 40% – 60% maupun sebagai persenyawaan dengan logam lain (golongan sulfide dan garam sulfo), seperti Galena (Pbs), Spalerit ((Zn, Fe)S), Chalkopirit (CuFeS2), Pirit (FeS2), dan lain-lain.

Secara umum, tipe endapan belerang di alam terdiri atas endapan primer dan endapan sekunder :

2.1.        Endapan Primer

Terdiri atas endapan Sublimasi, Sedimentasi, aliran belerang, dan endapan replacement (penggantian).

1.      Endapan Sublimasi : Proses sublimasi belerang berasal dari gas vulkanik yang disebut solfatara yang terbagi atas Solfatara dengan suhu 90–110oC, dimana belerang pada suhu ini akan melekat pada permukaan batuan di sekitar mulut solfatara atau akan mengisi celah-celah batuan dan menjadi semen, dan Solfatara dengan suhu 200-300oC, dimana aktivitas solfatara besar dan gas-gas vulkanik yang mengalir melalui saluran-saluran, kemudian mendingin, meleleh, dan tertampung dalam cekungan-cekungan.

2.    Endapan Sedimentasi : sedimentasi belerang terjadi didaerah yang berair. Belerang yang menyublim akan tenggelam dan tertampung atau tertimbun sebagai suatu endapan didasar kawah.

3.     Aliran Belerang : Endpaan belerang ini bersifat asam dan akan keluar bersamaan dengan aliran air panas dan uap air melalui lubang solfatara.

4.    Endapan Penggantian (Replacement) : Proses endapan belerang penggantian (metasomatis replacement) terjadi karena tersarangnya batuan induk oleh larutan hidrotermal, misalnya Firit atau Markasit (FeS2).

2.2.        Endapan Sekunder

1, Endapan Pengayaan Supergen

a.     Alterasi Oksidasi dan Reduksi Kimiawi

Mineral sulfida umumnya sangat peka dan mudah berubah komposisi (teralterasi dan teroksidasi) menjadi sulfat yang sebagian besar larut dalam air. Karena itu, singkapan suatu vein sulfide biasanya bebas dari mineral sulfides. Misalnya, goson (limonit dan kwarsa) sebagai penutup vein sulfide atau bog-iron.

b.     Reduksi Bakteri

Air yang merembes atau mengalir melalui batuan akan menjadikan reaksi kimia dan menghasilkan garam-garam sulfat. Dalam kondisi tertentu (miskin oksigen), garam sulfat biasanya mengandung bakteri-bakteri yang dapat mereduksi garam sulfat menjadi hydrogen sulfida.

2. Batuan Penutup Kubah Garam (Cap Rock Oversalt Domes)

Endapan belerang batuan penutup terdapat diatas kubah-kubah garam, dan biasanya berasosiasi dengan gamping, gips, atau anhidrit. Jenis ini terjadi akibat proses reduksi bacteria dari bahan-bahan gips, dan anhidrit dan membentuk sulfide kalsium yang kemudian menjadi kalsium karbonat dan hydrogen sulfide. Akhirnya, hydrogen itu oksida dioksidasikan menjadi belerang dan air.   

2.2.        MINERALOGI

2.2.1.   Sifat-sifat fisik belerang adalah :

2.2.2.   Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh unsure pengotornya.

2.2.3     Berat jenis : 2,05-2,09.

2.2.4.   Kekerasan : 1,5-2,5 (S kala Mohs)

2.2.5.   Ketahanan : Brittle

2.2.6.Pecahan : berbentuk concoidal dan tidak rata.

2.2.7.   Kilap : Damar

a)    Cerat : Berwarna putih

b)    Sifat lain dari belerang adalah :

c)    Tidak larut dalam air, atau H2SO4.

d)    Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC.

e)    Mudah larut dalam CS2.CC14, minyak bumi, minyak tanah,

f)     Penghantar panas dan listrik yang buruk.

g)    Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan gas-gas  SO2 yang berbau busuk.

2.3  TEMPAT DIKETEMUKAN

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa endapan belerang berkaitan dengan gunung api yang masih aktif. Tempat terdapatnya endapan belerang antara lain :

1.    Daerah Istimewa Aceh : G. Lamo Mete, P. We, Kab. Aceh besar (merupakan endapan fumarola, kadar S = 30%) ; Meluak Gayolestan, Kec. Blangkejeraen, Kab. Aceh Tenggara (merupakan endapan solfatara) ; G. Seulawah, Kab. Aceh Barat (kadar S = 45-50%) ; Burniteulong, Kab. Aceh Tenggara.

2.     Sumatra Utara : Gunung Sorik Merapi, Kab. Taput (jenis danau kawah kadar S = 20-93%).

3.    Sumatra Barat : Lembang Jaya Kabupaten Solok..

4.    Jawa Barat : Gunung Papandayan (tipe sublimasi, kadar S = 90-95%); Gunung Galunggung (tipe endapan Lumpur) ; G. Putri (tipe endapan Lumpur, telah digunakan untuk industri kimia dan pupuk). Dll.

 

 

2.4     TEKNIK PENAMBANGAN

Teknik penambangan endapan belerang dapat dikerjakan dengan cara tambang terbuka. Penggalian belerangnya dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana atau dapat pula dengan tambang semprot. Apabila jumlah endapan belerang sedikit maka penambangannya dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan antara lain : cangkul, linggis, ganco dan keranjang dan dilaksanakan dengan tenaga manusia.

Untuk endapan belerang yang ditutupi oleh lapisan penutup yang cukup tebal, cara penambangannya dapat dilakukan dengan cara tambang bawah tanah dengan metode Frasch Process, yaitu dengan pemboran kemudian dimasukkan air panas (dengan suhu ± 335oF atau 160oC) kedalam endapan belerang, melalui pipa-pipa kondensasi dipompakan keluar dan ditampung serta diendapkan. Thapa berikutnya disublimasi untuk mendapatkan belerang yang bersih. Adapun fungsi dari air panas tersebut yaitu untuk melarutkan belerang dari endapan kubah garam atau sejenisnya pada kedalaman 150-170 m.

Metode ini dikerjakan dengan membuat lubang bor dilengkapi dengan empat macam pipa bergaris tengah 3-20cm. setiap pipa mempunyai fungsi sebagai berikut :

a.    Pipa pertama (paling luar) berfungsi sebagai selubung atau pelindung.

b.    Pipa kedua berfungsi sebagai saluran air panas.

c.    Pipa ketiga berfungsi untuk mengalirkan lelehan.

d.    Pipa keempat (paling dalam) berfungsi untuk memasukkan udara bertekanan tinggi.

2.5  PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN

 2.5.1. Pengolahan

Cara pengolahan belerang tergantung dari jenis endapan dan hasil yang diinginkan. Untuk belerang yang berbentuk kristal dapat langsung dimasukkan kedalam autoklaf. Dalam autoklaf dimasukkan/ditambahkan solar, air dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan memasukkan uap air panas dengan tekanan 3 atmosfer selama 30-60 menit. Pemisahan akan terjadi karena belerang mempunyai titik lebur yang lebih rendah dibandingkan dengan mineral-mineral pengotornya. Hasilnya yang berupa belerang cair dialirkan melalui filter dan kemudian dicetak.

Sedangkan untuk belerang jenis Lumpur, pengolahannya perlu dilakukan secara flotasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam autoklaf. Tujuan dari flotasi adalah untuk meningkatkan kadar belerang dan memisahkan senyawa-senyawa besi sulfat dan silikat dari larutan. Cara pengolahan lain untuk belerang jenis ini dapat dilakukan dengan cara pelarutan dan penghabluran dengan menggunakan pelarut karbon disulfide, methyl disulfit atau larutan hidrokarbon berat lainnya.

Untuk pengolahan belerang secara sederhana dapat dilakukan dengan cara memanaskan bongkah-bongkah belerang didalam wajan besi atau alumunium yang berdiameter 80-100 cm di atas tungku sederhana yang terbuat dari tanah liat/andesit. Pemanasan dilakukan dengan kayu atau kompor minyak tanah sambil diaduk-aduk, sesudah belerang mencair kemudian disaring dengan kantong-kantong yang terbuat dari kain. Selanjutnya di tampung dalam tabung-tabung bambu sebagai alat cetakannya.

2.5.2. Pemanfaatan

Belerang banyak digunakan dalam industri kimia yaitu untuk pembuatan asam sulfat (H2SO4) yang diperlukan untuk pembuatan pupuk, penghalusan minyak bahan-bahan kimia berat dan keperluan lain untuk metalurgi.

Disamping belerang dimanfaatkan dalam industri cat, industri karet, industri textile, industri korek api, bahan peledak, industri ban, pabrik kertas, industri gula yang digunakan dalam proses sulfinasi, idustri rayon, film celulosa, ebonite, cairan sulfide, CS2, bahan anti serangga/tikus, bahan pengawet kayu, obat-obatan dan lain-lain.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk pemakaian belerang pada bidang industri, yaitu :

-                     Untuk Industri Gula

Kadar S = 99,3%, As = 0,05% (maksimum), bitumen = 0,03%, H2O = 0,01%, Abu = 0,03%, Sisa baker = 0,7% dan CS2 = 0,08%.

-                     Untuk Industri Pupuk

Kadar S = 99,88% (minimum), H2O = 0,19%, Abu = 0,03, Sisa baker = 0,20%, acid sebagai H2SO4 = 0,07%, NaCl =41,87 ppm, Fe = 36,10 ppm.

-                     Untuk Industri Kimia Pokok (kecuali pupuk0

Kadar S = 99,8 %, bitumen = 130 ppm, H2O = 1,52%, Abu = 0,009%, Fe2O3 = 0,0008%.

-                     Industri Ban (Luar dan Dalam)

Kadar S = 99,99%, ukuran butir = 325 mesh, Abu = 0,01%, moisture = 0,01%, H2SO4 matter = 0,04%, CS2 insoluble = 0,04%.

Mata air panas sering muncul disekitar gunung api, juga mengandung belerang, dimanfaatkan untuk penyembuhan penyakit kulit (sebagai desinfektan).

  

       Kesimpulannya Endapan belerang berkaitan erat dengan kegiatan gunung api. Endapan tersebut dapat merupakan endapan sediment, kerak belerang atau endapan hidrotermal-metasomatik.

Belerang berasal dari dome. Dalam hal ini belerang dibentuk oleh bakteri de sulpho vibrio desulfuricans. Sulfat oleh bakteri diubah menjadi sulfite, kemudian sulfite diubah lagi menjadi belerang.

Kadang-kadang belerang didapatkan pada Gypsum. Diterangkan bahwa belerang pada gypsum diendapkan langsung dari polysulfit (suatu solute yang mengandung sangat banyak belerang).

Di Indonesia cara terjadinya belerang erat sekali hubungannya dengan kegiatan gunung api. Cebakan belerang didapatkan sebagai hasil sublimasi uap solfatara dengan kadar belerang (S) sekitar 70-99,9%.

1.    Tipe Lumpur, terdapat di dekat danau kawah dengan kadar S = 40-60%.,

2.    Tipe Kerak, terdapat disekitar kawah dengan kadar S = 20-50%.

 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel