LEMPUNG - Uraian Sifat - Tekstur
BATU LEMPUNG
Istilah lempung digunakan untuk bahan-bahan alamiah yang menyerupai tanah, sebagian besar terdiri atas silikat aluminium yang hidrous dengan bahan berbentuk koloid serta sebagian bercampur fragmen-fragmen batuan, umumnya bersifat plastis bila basah dan membatu bila dibakar. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan lempung mempunyai kegunaan beraneka ragam dimana lempung juga dapat dibentuk dalam beraneka ragam sebelum dibakar.
Lempung
terdiri dari kumpulan beberapa mineral yang bersifat koloid.
Mineral
yang terkandung di dalam mineral lempung dapat dideteksi dengan sinar –X dan mikroskop elektron.
Jenis
mineral lempung yang telah diketahui terdiri dari : Kelompok kaolinit, kelompok
montmorrilonit, kelompok illite dan miscellaneous.
Rumus
kimia : (OH)4 K2(Si6 Al2) Al4O20
Tempat
dan cara terbentuknya : W.Soils, marine clays.
Komposisi Kimia
Memiliki
komposisi kimia yang bervariasi
Di
alam lempung terdiri dari :
Mineral
primer, yaitu mineral yang berasal dari batuan beku misalnya : Kwarsa , Feldspar ,Mica terdiri
dari : Muskovit & Biotit , Hidromika
(illit,serisit); olivin , Pyroxene dan
Amphibole (Hornblende).
Mineral
sekunder, yaitu mineral yang di hasilkan dari penguraian mineral primer oleh
reaksi fisik dan kimia, antara lain : kelompok kaolin, kelompok montmoriilonit,
chlorit, vermikulit, hidromika, attapulgit, epidot , mineral-mineral
karbon/organik dan air
Lempung
residual, dimana faktor transportasi tidak ada/sedikit sekali, hal ini
menyebabkan lempung tersebut banyak mengandung mineral primer.
Lempung
sedimenter, yaitu lempung yang telah mengalami transportasi yang jauh sehingga
sedikit mineral primernya.
Mineral “impurity
a.
Silika
Pengaruhnya
adalah mengurangi : keplastisan,
susut kering dan susut bakar,
kuat tekan dan kuat tarik, kecuali bila butir sangat halus, dan sifat ketahanan api.
b. Allumina.
Pengaruhnya
adalah mengurangi : keplastisan, susut kering dan susut bakar dan meningkatkan
sifat tahan api lempung
c. Senyawa-senyawa yang
mengandung alkali.
Yaitu senyawa silikat atau allumina silikat :
Feldspar, mika atau hidromika, sebagai kation yang terserap dalam permukaan
lempung dan sebagai senyawa garam yang teratur : NaCl, K2SO4,
Na2SO4. Pengaruh utamanya adalah mengurangi sifat tahan
apinya dan memudahkan padatnya lempung pada saat pembakaran.
d. Senyawa-senyawa besi.
Pengaruh
utama senyawa besi pada lempung adalah : mempengaruhi perubahan warna,
menurunkan sifat tahan api lempung, senyawa besi yang larut dalam air akan
membentuk scume atau buih pada permukaan benda, dapat membentuk iron spot pada
permukaan benda.
e.
Senyawa kalsium
Pengaruh
senyawa kalsium pada lempung antara lain : bertindak sebagai bahan pelebur,
bahan gelas yamg terbentuk, bersifat mobilas, encer dan sangat korosif, pada
temperatur rendah (di bawah temperatur reaksi) akan menurunkan susut dan
mempermudah pengeringan, memucatkan warna merah yang di akibatkan oleh senyawa
besi setelah lempuing di bakar, dapat menyebabkan “Lime Blowing” pada badan
(batu) bila terdapat dalam ukuran butir yang kasar, senyawa kalsium sulfat
dapat menyebabkan bengkak-bengkak pada badan keramik.
f. Senyawa karbon
Terdapat
dalam bentuk sisa-sisa tumbuh-tumbuhan asam humus dan senyawa- senyawa organik
lainnya. Pengaruh bahan-bahan karbon
pada lempung adalah : memberikan warna gelap sampai hitam dalam keadaan mentah,
menghasilkan suasana reduksi dalam dapur waktu pembakaran, mempengaruhi warna
serta sifat-sifat virtifikasi dalam pembakaran, mengurangi penggunaan bahan
bakar, bila pembakaran terlalu cepat dapat membentuk inti hitam (black core).
SIFAT
FISIK LE Flokulasi dan diflokulasi
Keplastisan
daya
bersuspensi,
Tester
susut
kering
kekuatan kering
Slaking
warna
kekerasan
keporian
Flokulasi dan diflokulasi
Flokulasi
adalah proses pengumpulan butir-butir lempung menjadi gumpalan yang lebih
besar. Diflokulasi adalah proses depresi gumpalan-gumpalan ini menjadi
bagian-bagian kecil. Proses depresi ini dapat di perkuatkan dengan penambahan
elektrolit atau deflokulant seperti
waterglass (Na2Si2O3), Na2CO3,
Na2HPO4 dan lain-lain.
Jumlah
penggunaan deflokulant ini tergantung pada beberapa faktor antara lain :
Kadar
butir-butir halus yang menunjukan sifat-sifat koloid.
Jumlah
dan jenis garam terlarut yang ada di dalam lempung
sifat-sifat
dari elektrolit / deflokulan yang
dipakai
sifat-sifat
mineral lempung yang ada di dalam lempung.
Keplastisan
adalah sifat yang memungkinkan lempung basah
dapat dibentuk tanpa retak-retak dan bentuk tersebut akan tetap sama
setelah gaya pembentukannya dihilangkan.
Usaha-usaha
untuk merningkatkan keplastisan dari bahan keramik : mencari kadar air yang optimum, pencampuran
(Tempering) yang lebih sempurna antara lempung dengan air,
menghindari/mengurangi bahan-bahan non-plastis dari lempung, menambahkan bahan
flokulan ke dalam bahan (lempung) seperti : menggunakan bahan yang oleh proses
fermentasi/dekomposisi menghasilkan asam lemah seperti peat, serat-serat,
bahan-bahan peruraian, karbon ini akan meningkatkan keplastisan, menambah
asam-asam lemah, asam humus, asam tanin, asam asetat, menambahkan bahan-bahan
koloid dan melakukan penggilingan dan penguledan yang lebih baik.
Sifat-sifat yang berhubungan dengan
keplastisan adalah :
kelengketan
(stickenes) yaitu sifat dari lempung yang terlampau basah akan menempel pada
jari-jari,
mobilitas dipergunakan untuk menunjukan
mudahnya bergerak dari massa lempung,
extrudability
sangat berhubungan dengan mobilitas, yaitu mudah/dapat tidaknya lempung basah
di bentuk dengan jalan di extrud melalui mulut/disuatu mesin extruder.
Daya Bersuspensi
Yaitu
sifat dari bahan lempung yang memungkinkan
mengalami suspensi didalam suatu cairan. Sifat ini sangat berkaitan
dengan keplastisan.
Kaolin
atau ball clay berbutir halus akan tetap tinggal tersuspensi di dalam air
berjam-jam tanpa menunjukan tanda-tanda akan mengendap. Bila di tambah flokulan
seperti asam, borax, MgSO4 dan lain-lain, maka terjadi flokulasi (pengumpulan)
dengan pengendapan cepat berlangsung. Bila ditambah bahan elektrolit seperti
water glas, Na2CO3 akan menambah proses dispresi dan menghasilkan suatu
suspensi yang lebih permanensanitair.
Keplastisan,
kekuatan mekanis, kemudahan pada pengeringan dan karakter produk setelah dibakar sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel lempung.
Lempung
yang gembur umumnya mempunyai dua jenis tekstur, yaitu : tekstur
mineral-mineral lempung yang sangat halus dan tekstur mineral-mineral non
plastis yang umumnya sebagai impuritas bertekstur kasar sampai halus.
Tekstur
dari lempung biasanya menunjukkan derajat
penggilingan, yaitu makin banyak penggilingan maka teksturnya semakin halus. Dalam butiran
lempung sebenarnya merupakan kumpulan dari individu-individu/ partikel-partikel
lempung yang sangat halus. Untuk memisahkan butiran tersebut digunakan
sederetan saringan standar yang disusun
dari kasar hingga halus. Untuk
butiran lebih dari 200 mesh digunakan metode pengendapan.
Pada
proses pengeringan terjadi pengeluaran air. Air yang tedapat pada lempung
secara berangsur – angsur menguap dan
memungkinkan butir –butir tersebut mendekat satu sama lain. Setelah air selaput
tersebut habis maka giliran air terserap pada butir-butir akan keluar. Kedua
jenis air tersebut yang menimbulkan susut kering. Jenis air yang masih
tertinggal dinamakan air pori, tidak menimbulkan susut. Sisa air yang masih
terikat secara mekanis ini hanya dapat dihilangkan setelah dipanaskan 100oC.
Lempung
sangat bervariasi susut keringnya. Derajat variasi susut kering lempung identik
dengan variasi jumlah air yang diperlukan untuk menibulkan keplastisannya.
Makin tingi keplastisan suatu lempung, banyak air terabsorsi serta air selaput
makin tebal maka akan besar pula susut keringnya .
Lempung
yang mepunyai susut kering tinggi sukar dikeringkan tanpa menimbulkan keretakan.
Lempung
yang sangat halus, padat dan sangat plastis akan sukar dikeringkan.
Untuk
menghindari terjadinya retak-retak/pecah pada lempung yang memiliki susut kering yang tinggi maka perlu dilakukan
penambahan bahan non plastis seperti pasir kuarsa,flint dan felspar.
Kegunaan
dari lempung seingkali ditentukan oleh kekuatannya waktu kering. Misalnya pipa
harus dibuat dari lempung yang mana akan menjadi sangat kuat setelah kering.
Kekuatan
lempung sangat bergantung pada : Karateristik phisis dari lempung itu sendiri
dan cara bagaimana lempung dikerjakan sebelumnya.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi kekuatan kering lempung antara lain : Derajat
flokulasi lempung sebelum dibakar, jumlah butiran yang sangat halus, lamanya
waktu dan temperatur yang digunakan
dalam pemeraman (ageing) sebelum
dibentuk, jumlah air yang digunakan untuk menguapkan massa plastis, air dan bahan lain yang ditambahkan
tidak tercampur merata, dan waktu pengeringan yang terlalu cepat.
Slaking
Bila
suatu lempung dialiri air, maka air tersebut akan menyerap ke dalam lempung.
Ketika lempung menjadi basah, maka akan mengembang dan pada gilirannya lempung
akan hancur menjadi bagian-bagian kecil. Makin renggan ikatannya maka lempung
mudah pecah. Lempung yang keras seperti serpih akan memakan waktu beberapa
minggu untuk pecah sedangkan lempung lunak akan pecah didalam air dalam waktu
beberapa menit.
Warna
Warna
lempung mentah biasanya disebabkan oleh senyawa-senyawa besi atau bahan –bahan
karbon.
Kadang-kadang
mineral mangan dan titan dalam jumlah yang cukup, memberikan warna dalam
lempung, yaitu : warna krem, kuning, merah, hijau atau coklat.
Limonit
senyawa besi yang sangat umum dapat
memberikan warna pada lempung, yaitu
: krem, kuning dan coklat.
Hematit
akan memberikan warna hijau.
Senyawa
mangan memberikan warna biru, abu-abu, hitam, hijau atau coklat tergantung pada
jumlahnya.
Pengaruh
panas pada lempung tergantung pada
mineral-mineral lempung dan mineral mineral non lempung.
Reaksi
yang terjadi bila lempung dibakar sebagai berikut : menguapkan air higroskopis
( air mekanis ) dan air hidrat; reaksi peruraian (dekomposisi) yang diakibatkan
oleh : hilangnya air yang terikat, peruraian garam-garam oksidasi, proses
oksidasi dan proses reduksi ; reaksi pembentukan kembali, terdiri dari :
rekristalisasi dan rekombinasi ; dan pembentukan leburan.
Reaksi
yang terjadi tersebut tergantung pada jenis lempung dan mineral-mineral yang ada dan juga temperatur yang dicapai.
Air higroskopis menguap pada tempertur 100oC. Jumlah yang diuapkan
sangat tergantung pada kehalusan butir mineral-mineral lempung, karena
banyaknya air terserap tergantung pada
luas permukaan. Ada beberapa jenis lempung yang menyerap air higroskopis secara
lemah, tetapi ada beberapa jenis mineral lempung seperti montmorillonite menyerap agak kuat. Mineral montmorillonite
akan kehilangan air yang terserap pada suhu ±
150oC tergantung pada jenis kation yang terserap.
Jumlah
air higroskopis yang tinggal di dalam lempung sebagai fungsi dari kelembaban
udara. Jumlah air terserap yang menguap pada pemanasan hingga 200oC dari berbagai jenis lempung sebelumnya
bersinggungan dengan udara jenuh pada temperatur 20oC.
Air
yang terserap secara reversibel ini dapat dihilangkan sebagian selama
pengeringan. Barang-barang yang terbuat dari lempung serapannya tidak akan
menjadi rapuh, sebaiknya sebagian kecil tertingal (Blackhard Condition).
Bila air terserap terlalu banyak akan dijumpai kesulitan waktu pengeringan.
Air
hidrat sebagai air kristal yang bersangkutan dengan garam dan kation yang
terkandung di dalam lempung. Temperatur ini hilang bervariasi dan tidak ada
batas yang jelas antara air hidrat dan air yang sebenarnya pada mineral-mineral
lempung. Contoh air hidrat yang paling umum yang terdapat pada lempung adalah
Calsium Sulfat dan Magnesium Sulfat. Mineral ini mudah mengabsorbsi air dari sekelilingnya dan membentuk CaSO4
2H2O ( Gypsum) dan MgSO4. 7H2O (Epsonite).
Banyak
mineral tanah mengandung air, yang terikat secara strukturil di dalam lempung.
Bila temperatur naik secara progresive, mineral-mineral semacam ini akan
mengalami dekomposisi pada temperatur tertentu dengan mengelurkan air. Reaksi
jenis ini biasanya tidak cepat, dan hilangnya air kerapkali berlansung meliputi
daerah tempertatur, tergantung pada kecepatan pemanasan. Misalkan kaolin akan
mengalami dekomposisi pada suhu ±
415 oC, tetapi berjalan sangat lambat ( selesai beberapa minggu), sedangkan apabila
dipanasi pada 550 oC akan selesai ±
30 menit.