CEKUNGAN KUTAI, CEKUNGAN BARITO, CEKUNGAN TARAKAN-SEBATIK
CEKUNGAN DI KALIMANTAN
Cadangan batubara berjumlah
sangat besar terdapat di Kalimantan Timur dan Selatan yang tersebar dari ujung
selatan hingga ke perbatasan dengan Malaysia di sebelah utara. Endapan batubara
tersebut yang luas penyebarannya mencapai 53.000 km2, terdapat dalam batuan
sedimen tersier berumur Eosen – pliosen
yang tersebar di empat cekungan yaitu :
Cekungan Pasir, Kutai, Barito dan Tarakan – Sebatik
1. CEKUNGAN KUTAI
Stratigrafi di daerah ini
juga terdiri dari siklus transgresi dan regresi. Di sini fasa regresi jauh
lebih mendominasi. Cekungan ini dimulai Tersier Tua, mungkin Eosen, dengan
suatu transgresi yang segera diikuti oleh regresi yang mengisi cekungan ini
pada seluruh Tersier dan Kuarter. Data stratigrafi menunjukkan bahwa cekungan
diisi dari barat ke timur secara progradasi dengan sumbu ketebalan sedimen
maximum, diendapkan pada setiap jenjang Tersier yang bergeser secara progresif
ke arah timur menumpang di atas sedimen laut dalam yang tipis dari Selat
Makasar.
Di dalam siklus regresi besar ini dapat
dibedakan antara Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung
Baru, yang berumur dari Miosen sampai Pliosen
1. Formasi Pamaluan
Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih,
batugamping, dan batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan
batuan utama, kelabu kehitam - kehitaman – kecoklatan, batupasir halus –
sedang, terpilah baik, butiran membulat – membulat tanggung, padat, karbon dan
gampingan. Setempat dijumpai struktur sedimen silang siur dan perlapisan
sejajar, tebal lapisan anatara 1 – 25 m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm.
Serpih kelabu kecoklatan kelabu tua, pada tebal sisipan antara 10 – 20 cm.
Batugamping kelabu, pejal, berbutir sedang – kasar, setempat berlapis dan
mengandung foraminifera besar. Batulanau kelabu tua-kehitaman. Formasi pamaluan
merupakan batuan paling bawah yang tersingkap di lembar ini dan bagian atas
formasi ini berhubungan menjari dengan Formasi Bebuluh. Tebal Formasi ini
kurang lebih 2000 meter.
2. Formasi Bebuluh
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran
dan serpih, warna kelabu, padat, mengandung forameinifera besar berbutir
sedang. setempat batugamping menghablur, tak beraturan. Serpih kelabu
kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman.
Foraminifera besar yang jumpai antara lain : Lepidocycilina Sumatroenis,
Myogipsina Sp, Operculina Sp, mununjukan umur Miosen Awal – Miosen Tengah.
Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi
Babuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulu Balang.
3. Formasi Pulu Balang
Perselingan antara Greywacke dan batupasir kwarsa dengan
sisipan batugamping, batulempung, batubara, dan tuff dasit, Batupasir
greywacke, kelabu kehijauan padat tebal lapisan antara 50-100 m. Batupasir
kuarsa kelabu kemerahan setempat tuffan dan gampingan tebal lapisan antara
15-60 cm. Batugamping coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar
batugamping ini terdapat sebagai sisipan dalam batupasir kuarsa, dengan tebal
antara 10-40 cm. Di sungai Loa Haur, mengandung Foraminifera besar antara lain
Austrotrilina howhici, Brelis Sp, Lepidocycilina Sp, Myogipina Sp, menunjukan
umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung
kelabu kehitaman dengan tebal lapisan antara 1-2 cm, setempat berselingan
dengan batubara dengan tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan
sisipan dalam batupasir kuarsa.
4. Formasi Balikpapan
Perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan
batulanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih
kekuningan, dengan tebal 1-3 m disisipi lapisan batubara dengan tebal 5-10 cm.
Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang
siur tebal, lapisan 20-40 cm mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan
tipis karbon. Lempung kelabu kehitaman setempat mengandung sisa tumbuhan oksida
besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir
gampingan. Lanau gampingan berlapis tipis serpih kecoklatan berlapis tipis.
Batugamping pasiran mengandung Fosil menunjukan umur Moisen Akhir bagian bawah
– Miosen tengah bagian atas.
5. Formasi Kampung Baru
Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, lanau,
dan lignit, pada umumnya lunak mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih, setempat
kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung
lapisan tipis oksida besi atau kongresi, tuffan atau lanuan, dan sisipan
batupasir konglomerat atau konglomeratan dengan komponen kuarsa, kalsedon,
serpih, dan lempung, diameter 5 – 1 cm mudah lepas, lempung kelabu kehitaman
mengandung sisi tumbuhan, kepingan batubara, koral, lanau kelabu tua, menyerpih
laminasi, lignit dengan tebal 1-2 m di duga berumur Miosen Akhir – Plio
Plestosen. Lingkungan pengendapan delta laut dangkal, tebal lebih dari 500 m.
Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi
Balikpapan
2. CEKUNGAN BARITO
Secara fisiografi, Cekungan
Barito terletak bagian tenggara Kalimantan. Cekungan Barito disebelah barat
dibatasi oleh dataran sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara
dibatasi oleh Cekungan Kutai. Dari sebelah barat dekat paparan sunda terdapat
Cekungan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan
yang dalam yang dibatasi oleh sesar-sesar naik ke arah barat dari punggungan
Meratus yang merupakan bongkah naik
Adapun urut-urutan stratigrafi Formasi
Cekungan Barito berdasarkan waktu
terbentuknya adalah :
1.
Formasi Tanjung
Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan,
berumur Eosen, yang diendapkan pada lingkungan paralis hingga neritik dengan
ketebalan 900-1100 meter, terdiri dari (atas ke bawah ) batulumpur, batulanau,
batupasir, sisipan batubara yang kurang berarti dan konglomerat sebagai
komponen utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier.
2.
Formasi Berai
Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagoon hingga
neritik tengah dengan ketebalan 107-1300 meter. Berumur Oligosen bawah sampai
Miosen awal, hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak
dibawahnya. Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di bagian bawah,
batu gamping dan napal di bagian atas.
3.
Formasi Warukin
Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritik dalam
hingga deltaic dengan ketebalan 1000-2400 meter, dan merupakan formasi paling
produktif, berumur Miosen Tengah sampai Plestosen Bawah. Pada formasi ini ada
tiga lapisan paling dominan, yaitu :
a.
Batulempung dengan ketebalan ± 100 meter
b.
Batulumpur dan batu pasir dengan ketebalan 600-900 meter, dengan bagian atas
terdapat deposit batubara sepanjang 10 meter.
c.
Lapisan batubara dengan tebal cadangan 20-50 meter, yang pada bagian bawah
lapisannya terdiri dari pelapisan pasir dan batupasir yang tidak kompak dan
lapisan bagian atasnya yang berupa lempung dan batu lempung dengan ketebalan
150-850 meter. Formasi warukin ini hubungannya selaras dengan formasi Berai
yang ada dibawahnya.
4.
Formasi Dohor
Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga
supralitoral, yang berumur miosen sampai plio-plistosen dengan ketebalan
450-840 meter. Formasi ini hubungannya tidak selaras dengan ketiga formasi di
bawahnya dan tidak selaras dengan endapan alluvial yang ada di atasnya. Formasi
ini terdiri dari perselingan batuan konglomerat dan batupasir yang tidak
kompak, pada formasi ini juga ditemukan batulempung lunak, lignit dan limonit.
5.
Endapan Alluvium
Merupakan kelompok batuan yang paling muda yang tersusun
oleh kerikil, pasir, lanau, lempung, dan lumpur yang tersebar di morfologi
dataran dan sepanjang aliran sungai.
3. CEKUNGAN TARAKAN - SEBATIK
1. Qa
Alluvium :
Lumpur,
Lanau, pasir, kerikil dan koral, merupakan endapan pasir pantai, sungai dan rawa.
2. TQps. Formasi Sajau :
Batupasir
kuarsa, batulempung, batulanau, batubara, lignit, dan konglomerat. Struktur
sedimen : perlapisan silang-siur, planar dan mangkok, bioturbasi, perlapisan
sejajar, bintil besi, mengandung fosil kayu umumnya karbonat. Formasi ini
berumur Plio-Plistosen berdasarkan fosil mollusca (Beels, 1950) dan diendapkan
pada lingkungan fluvial sampai delta dan tebal 600 – 2000 m.Formasi ini
terletak tidak selaras di atas Formasi Sinjin.
3. Tps. Formasin Sinjin :
Perselingan tuff, breksi tuff, aglomerat dan
lava andesit – piroksin. Tuff mengandung bongkah agat dan obsidian, berstruktur
perlapisan sejajar, aliran setempat terlaskan. Lava andesit forfiris,
berstruktur aliran. Formasi sinjin diperkirakan berumur pliosen. Formasi ini
terletak tidak selaras di atas Formasi Tabul dan menjemari dengan Formasi Sajau
Bagian Bawah. Lokasi tipenya terdapat di daerah muara Sekatak dekat perbatasan
dengan lembar Tanjung Selor.
4. Tmt. Formasi Tabul :
Perselingan
batu lempung, batulumpur, batupasir, batugamping dan batubar. Di bagian atas
umumnya gampingan. Fosil petunjuk tidak ditemukan kecuali pecahan Foram besar
Cyclocylpeus sp dan Overcullina sp yang berumur Miosen Tengah. Berdasarkan
kedudukannya dan adanya pecahan fosil tersebut diperkirakan umur formasi ini
Miosen Akhir. Lingkungan pengendapannya delta sampai laut dangkal, tebal
formasi diperkirakan 600 m. Formasi Tabul tertindih tidak selaras oleh endapan
gunung api Formasi Sinjin.
5. Tmm. Formasi Meliat :
Perselingan
batupasir, batulempung, dan serpih dengan sisipan batubara, berstruktur lapisan
bersusun, bioturbasi dan mengandung bintal batugamping, kandungan fosil terdiri
dari Globigerina bullodes, Globigerinoides obliquus, Overcullina sp,
Floscullinella bernensis berumur Miosen Tengah (Purnamaningsih, 1990). Formasi
ini diduga diendapkan pada lingkungan
laut dangkal sampai delta atau paralik, tebal formasi 800 – 1000 m. Formasi
Meliat ditindih selaras dengan Formasi Tabul.
6. Tomn.
Formasi Naintupo :
Perselingan
napal, batupasir, batulempung, dengan sisispan batugamping dengan konglomerat.
Kandungan fosil terdiri dari foraminifera besar dan kecil, yaitu Lepidocilina
(eulepidina) ephipiodes JONES dan CHAPMAN. Lepidocilina sp, Spirocypeus
Margartiatus (Schlumberger), Overculina sp Lepidocylina Sumatrensis BRADY,
Cycloclepeus sp dan Aphistegina sp, Globigerina Of selli dan Ephinoides.
Formasi ini berumur Oligosen sampai Miosen Awal dan diendapkan didaerah laut
dangkal (Punamaningsih 1990) tebal sekitar 500 – 700 meter. Lokasi tipe di
Naintupo daerah Tidung, Sebuku Kalimantan Timur. Formasi ini ditindih secra
selaras oleh Formasi Meliat.
7. Tomj. Formasi Jelai :
Perselingan
breksi gunung api dan tuff dengan sisipan lava andesit, umurnya tidak diketahui
pasti, mungkin sam dengan Formasi Langap fasies vulkanik (BRGM – SDM, 1982)
berumur sekitar Oligosen – Miosen, diendapkan dilingkungan darat. Formasi Jelai
menindih tidak selaras dengan Formasi Sembakung, hubungan dengan formasi
lainnya tidak diketahui.
8. Tes. Formasi Sembakung :
Perselingan
batupasir, batugamping, batulanau, batulempung, serpih dan batugamping
foraminifera. Batupasir berstruktur perlapisan silang siur dan tumpang tindih.
Fosil foaminifera terdiri dari Numulites sp. Heteros tegina sp, Fasciolites sp,
Globigerina sp dan Globorotalia sp. Formasi ini berumur Eosen dengan lingkungan
pengendapan dekat pantai, laut dangkal sampai laut dalam. (Buchan, 1971).
Formasi ini tertindih tidak selaras oleh Formasi Naintupo.
9. Mzb. Formasi Bengara :
Perselingan
batulempung, batulanau dan serpih sangat keras dengan sisipan tuff, yang
umumnya terkesikan dan setempat termalihkan. Bersturuktur perlapisan sejajar bergelombang. Formasi ini
adalah batuan alas berumur Mesozoikum merupakan endapan turbidit dilaut dalam.
Satuan ini ditutupi tidak selaras oleh Formasi Sembakung. Nama Formasi ini baru
diusulkan dengan lokasi tipe di hulu sungai Bengara.
Batuan
terobosan (intrusive rocks) Cekungan Tarakan dan Sebatik
10. Qpl. Sumbat dan Retas :
Andesit(An)
dan Dasit, forfiris dengan fenokris plagioklas dan piroksen dengan massa dasar
halus mengandung plagioklas, kuarsa, piroksen, hornblende, bijih dan kaca
gunung api, sebagian terkloritkan. Basalt berbutir halus – afanitik. Dasit,
forfiris dengan fenokris plagioklas, kuarsa dan muscovit dalam massa dasar
plagioklas dan kuarsa terkarbonatkan dan seritasi. Batuan tersebut menerobos
Formasi Sinjin dan diduga berumur Pleistosen.
11. Tomi. Batuan terobosan granitan :
Granodiorit
(Gd), Tonalit, (Tn) Diorit (Di). Granodiorit berbutir sedang – kasar mengandung
plagioklas, kalium feldsfar, kuarsa, hornblende, biotit, klorit, kalsit, epidot
dan bijih. Diorit berbutir sedang – kasar mengandung plagioklas, hornblende, biotit,
klorit, kalsit, epidot dan bijih.. Tonalit berbutir sedang – kasar mengandung
plagioklas, kuarsa, hornblende, biolit, klorit, kalsit dan bijih. Batuan ini
menerobos Formasi Jelai sehingga diduga berumur Oligosen sampai Miosen Akhir.