GEOLOGI DASAR 04 WAKTU GEOLOGI DAN FOSIL


WAKTU GEOLOGI

Untuk menginterpretasi umur geologi yang perlu dipelajari adalan batuan, terutama batuan sedimen, merupakan penentuan umur relatif. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan menghitung endapan sedimen yang masih secara rata-rata atau terakumulasi dan menghitung total ketebalan batuan sedimen yang terendapkan selama sejarah bumi, perkiraan itu tidak selamanya metode ini dapat dipergunakan, sering kali dijumpai kesulitan berupa :

1.     Adanya akumulasi sedimen yang berbeda di bawah kondisi yang berubah-ubah.

2.     Tidak adanya lokasi geologi yang komplit yang dapat diperkirakan peta ketebalan   batuan sedimen.

3.     Kompaksi sedimen ketika terlitifikasi, sehingga koreksi untuk kompaksi dapat       dilakukan.

           Untuk kedua menghitung kadar air laut. Tetapi kelemahan di dalam menghitung pertumbuhan kadar garam yaitu sebelum sampai di laut, garam akan hilang akibat tertiup angin.

 

Radioaktif dan Penanggulangan Radioaktif

           Beberapa isotop yang mempunyai inti yang tidak stabil dan bila energi memisahkan proton dan netron sangat kuat, maka secara spontan terjadilah pelepasan inti, proses ini disebut dengan radiokatifitas.

           Ada dua jenis radioaktif yang melepaskan inti, yaitu:

1.     Partikel alpha (α), dipancarkan dari inti atom. Partikel alpha tersebut disusun oleh 2 proton dan 2 neutron. Hal ini berarti pancaran partikel alpha menyebabkan nomer massa isotop akan berkurang 4 dan nomer atomnya diturunkan 2.

2.     Ketika partikel beta (β) atau elektron, dikeluarkan dari inti atom, nomer massa tidak mengalami perubahan, karena elektron tidak memiliki massa. Tetapi karena elektron berasal dari neutron (ingat neutron merupakan kombinasi antara proton dan elektron). Inti atom akan mendapat tambahan satu proton. Akibatnya nomer atomnya akan bertambah satu.

           Isotop radioaktif sering disebut sebagai induk, dan isotop yang dihasilkan dari proses peluruhan induk tersebut disebut anak. Sebagai contoh pada induk radioaktif uranium-238 (nomer atom 92, nomer massa 238) luruh, akan memancarkan 8 partikel alpha dan 6 partikrl beta sebelum menjadi anak yang stabil yaitu Pb-206 (nomer atom 82, nomer massa 206).

           Diantara hasil yang sangat penting dari penemuan radioaktivitas ini adalah proses tersebut dapat digunakan untuk menentukan umur dari batuan dan mineral yang mengandung isotop radioaktif yang dikandungnya. Cara ini disebut dengan penentuan umur dengan radiometrik. Dengan ini lebih mutlak karena tidak dipengaruhi oleh faktor kimia maupun fisika.

           Waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan setengah dari inti atom disebut waktu paruh (half-time). Artinya apabila proses peluruhan dimulai pada satu kilogram material radioaktif, material tersebut akan luruh menjadi setengah kilogram dari unsur tersebut. Selanjutnya setengah kilogram material tersebut akan menjadi setengahnya lagi setelah waktu paruhnya dan seterusnya.

           Tabel di bawah menggambarkan prinsip penganggalan radioaktif dengan menggunakan induk radioaktif yang luruh langsung menjadi anak radioaktif yang stabil. Waktu paruh dari induk radioaktif tersebut adalah 1 juta tahun. Dengan mengkalkulasi persentase dari induk radioaktif dan anak radioaktif yang stabil yang dihasilkannya, umur dari contoh capat ditentukan. Pada contoh ini pada waktu jumlah induk radioaktif dan anaknya jumlahnya sama (perbandingan 1:1), dapat diketahui bahwa satu waktu paruh telah melalui dan contoh tersebut berarti telah berumur 1 juta tahun. Apabila perbandingannya mencapai 1:15, berarti contoh tersebut telah berumur 4 juta tahun.

 

Tabel. Peluruhan isotop radioaktif dengan waktu paruh 1 juta tahun

Awal

 

Induk radioaktif mula

Setelah 1 juta tahun

Sisa ½

½ luruh

Setelah 2 juta tahun

¼

¾ luruh

Setelah 3 juta tahun

1/8

7/8 luruh

Setelah 4 juta tahun

1/16

15/16 luruh

 

           Diantara sekian banyaknya isotop radioaktif di alam ini, hanya 5 isotop saja yang sangat sering digunakan untuk menentukan umur batuan. Tabel di bawah menunjukkan ke lima isotop tersebut, beserta waktu paruh dari masing-masing isotopnya. Selain isotop tersebut yang lainnya kebanyakan mempunyai waktu paruh yang terlalu panjang atau terlalu pendek. Rubidium-87 dan dua isotop uranium digunakan hanya untuk menentukan umur batuan yang umurnya jutaan tahun, tetapi kalium-40 digunakan lebih versatile. Meskipun waktu paruh kalium-40 adalah 1,3 milayr tahun, teknologi sekarang ini telah dapat mendeteksi hasil peluruhan radioaktif yang jumlahnya sangat kecil, argon-40, di dalam batuan yang umumnya 50.000 tahun.

           Untuk menentukan umur materi yang lebih muda lagi, karbon-14 (juga disebut radiokarbon) yang merupakan isotop yang sering digunakan. Karena waktu paruh dari isotop ini hanya 5730 tahun. Isotop tersebut dapat digunakan untuk mennetukan kejadian-kejadian sejarah masa lalu atau untuk umur geologi muda (resen). Sampai sekitar tahun 1970-an, radiokarbon sangat berguna untuk menetukan kejadian antara 40.000 sampai 50.000 tahun yang lalu. Tetapi sekarang karbon-14 dapat digunakan untuk kejadian sampai 75.000 tahun lalu.

 

Tabel. Isotop radioaktif yang sering digunakan

 

Induk radioaktif

Produk radioaktif stabil

Waktu paruh

Uranium-238

Pb-206

4,5 milyar tahun

Uranium-235

Pb-207

713 juta tahun

Thorium-232

Pb-208

14,1 milyar tahun

Rubidium-87

Sr-87

47 milyar tahun

Potassium-40

Ar-40

1,3 milyar tahun

 

           Karbon-14 dihasilkan terus menerus di bagian atas atmosfer akibat tembakan sinar kosmis (partikel nuklir energi tinggi) di alam. Sinar ini menyebabkan inti gas melepaskan neutronnya. Neutron tersebut selanjutnya diserap oleh nitrogen (nomer atom 7 dan nomor massa 14), menyebabkan nukleusnya memancarkan proton. Akibatnya nomer atom akan turun menjadi 6 dan unsur baru yaitu karbon-14 akan terbentuk. Isotop karbon ini dengan cepat bergabung dengan karbon dioksida yang ada di atmosfer yang diserap oleh kehidupan yang tinggal di permukaan bumi. Hasil dari proses ini adalah semua organisme mengandung sedikit karbon-14.

           Pada waktu organisme masih hidup peluruhan radiokarbon terus menerus tergantikan. Akibatnya perbandingan antara karbon-14 dan karbon-12 (isotop karbon yang paling umum) akan tetap konstan. Tetapi setelah organisme tersebut mati, jumlah isotop karbon-14 secara bertahap akan berkurang dan berubah menjadi nitrogen-14 oleh pancaran sinar beta. Dengan membandingkan jumlah karbon-14 dengan karbon-12 didalam contoh, penanggalan dapat dilakukan. Walaupun karbon-14 hanya digunakan untuk penanggalan kejadian bagian sejarah geologi yang relatif kecil, tetapi radiokarbon menjadi alat yang sangat berguna bagi ahli-ahli antropologi, arkeologi atau sejarah ataupun bagi ahli geologi yang mempelajari peristiwa geologi muda (kuarter).

           Meskipun prinsip dasar dari penanggalan radiometri ini relatif sederhana, tetapi prosedurnya cukup kompleks untuk menganalisa jumlah induk dan anak radioaktif yang harus dilakukan dengan tepat. Beberapa mineral radioaktif mengalami peluruhan tidak langsung menjadi mineral yang stabil. Contohnya mineral uranium-248, ada tigabelas mineral tidak stabil yang dihasilkan sebelum membentuk hasil akhir mineral yang stabil isotop Pb-206.

           Metoda penanggalan radiometri telah menghasilkan beribu waktu kejadian pada sejarah bumi yang panjang ini. Batuan dari tempat yang berbeda yang telah ditentukan umurnya menunjukan umur lebih dari tiga milyar tahun, dan ahli geologi masih berkeyakinan bahwa batuan yang lebih tua dari itu masih ada. Contohnya granit berasal dari Afrika Selatan yang telah ditentukan umurnya 3,2 milyar tahun, mengandung inklusi kuarsit. Kuarsit merupakan batuan metamorf yang berasal dari batupasir. Karena batupasir terbentuk dari proses litifikasi endapan sedimen yang berasal dari hasil rombakan batuan yang telah ada, maka adanya inklusi kuarsit menunjukkan adanya indikasi adanya batuan yang umurnya lebih tua dari umur granit.

           Penanggalan radiometri telah mempertegas anggapan dari Hutton, Darwin dan ahli-ahlinya lebih dari 150 tahun yang lalu, bahwa waktu geologi sangat panjang sekali.

 

Besaran Waktu Geologi

           Besaran waktu geologi sangat sulit sekali untuk ditetapkan, karena kita mesti belajar berpikir dalam rentang waktu yang sangat panjang dan sangat jauh dari pengalaman kita yang umum. Kenampakan bumi yang kenampakan tidak pernah berhenti dan berubah, dan pada kenyataannya orang melihat hanya ada perubahan yang sangat kecil. Lebih dari berjuta tahun gunung-gunung tinggi yang tererosi membentuk perbukitan, dan sungai-sungai mengerus dan membentuk lembah-lembah yang dalam. Bagaimana panjangnya 5 milyar tahun? Bila kita menghitung satu angka dalam tiap detik, dan dilanjutkan dengan 24 jam per hari, 7 hari seminggu dan tidak pernah berhenti, maka kemungkinan kita membutuhkan waktu selama 150 tahun untuk mencapai 5 milyar. Maka bila waktu sepanjang itu dibandingkan dengan umur rata-rata manusia hidup, maka umur manusia hanya setengah detiknya saja dari skala waktu geologi.

 

 JANGAN LUPA BACA JUGA GEOLOGI DASAR SERI 1 , 2 DAN 3

 

Penentuan Umur Relatif 

           Penentuan umur secara relatif ini diperkenalkan oleh Steno dengan menggunakan hukum superposisi. Batuan sedimen yang paling terdahulu merupakan lapisan yang tertua dari pada lapisan yang ada di atasnya.

           Lapisan batuan yang mengalami intrusi disebut dalam keadaan ketidakselarasan atau unconformity, batuan pada posisi tidak selaras kemudian ditemukan adanya perlipatan sedimen dapat diindikasi ketidakselarasan menyudut atau angular unconformity. Ketidakselarasan yang ditemukan paralel atau menerus disebut disconformity.

 

Korelasi

           Untuk membentuk suatu skala waktu geologi, diperlukan batuan-batuan yang mempunyai umur yang sama, walaupun berada dalam lokasi yang berbeda disebut korelasi. Korelasi dapat digunakan fosil.

 

Fosil

           Fosil merupakan sisa-sisa atau jejak organisme yang ditemukan dari kehidupan masa lampau. Fosil yang ditemukan pada tumbuhan disebut tetrificasi. Komposisi kayu mengalami pergantian mineral. Mold merupakan bagian dari organisme yang mempunyai bentuk dan permukaan, tetapi tidak mempunyai struktur internal. Jika ruang tersebut telah terisi mineral disebut cast. Butir sedimen sangat halus dapat membentuk refliks yang disebut dengan impresi.

           Ada kondisi khusus yang menyebabkan keadaan fosil dalam keadaan utuh, yaitu :

1.         Pemendaman yang tepat.

2.         Ada bagian-bagian yang keras.

 

Fosil Indeks

           Fosil indeks, fosil ini mempunyai penyebaran geografis yang luas dan mempunyai waktu hidup yang pendek.

 

Skala Waktu Geologi

Sejarah geologi atau dapat juga disebut sejarah bumi diawali sejak terbentuknya bumi telah dibagi menjadi beberapa bagian dengan rentang waktu yang bervariasi. Bagian-bagian utama dari sekala waktu geologi ini telah ditentukan sejak abad ke 19 oleh para pekerja di Eropa Barat dan Inggris Raya. Karena penentuan umur absolut belum dikenal pada waktu itu, maka pembagian sekala waktu geologi ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip penentuan umur relatif. Penentuan umur absolut baru ditambahkan pada tahun-tahun terakhir setelah penentuan umur absolut berkembang dengan luas.

Bagian yang besar dari sekala waktu geologi disebut dengan kurun (era). Tiga kurun waktu telah dikenal pada sekala waktu geologi ini yaitu Paleozoikum (kehidupan purba), Mesozoikum (kehidupan menengah) dan Kenozoikum (kehidupan modern). Seperti terlihat dari namanya, kurun waktu ini dibatasi oleh perubahan kehidupan global yang ada di bumi ini. Setiap kurun dibagi lagi menjadi unit waktu yang disebut zaman (period). Paleozoikum dibagi menjadi 6 zaman, Mesozoikum dibagi menjadi 3 zaman dan Kenozoikum dibagi menjadi 2 zaman. Tiap zaman dicirikan oleh adanya perubahan kehidupan yang lebih kecil dibandingkan dengan perubahan kehidupan untuk tiap kurun. Kemudian setiap zaman dibagi lagi menjadi urut yang lebih kecil yang disebut kala (epoch). Kecuali unit kala yang telah diberi nama untuk Kenozoikum, untuk kurun waktu yang lain bagian ini tidak diberi nama yang spesifik. Pembagian kala untuk kurun waktu Mesozoikum dan Paleozoikum hanya disebutkan awal, tengah dan akhir.

Pembagian sekala waktu geologi tidak dimulai sampai 600 juta tahun lalu, yaitu awal dari zaman Kambrium. Sekitar lebih dari 4 milyar tahun sebelum Kambrium disebut Prakambrium. Didasarkan pada bentuk kehidupan yang ada, Prakambrium sering juga disebut Kriptozoikum (Crytozoic), yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kehidupan yang tersembunyi. Hal ini disebabkan karena pada rentang waktu yang panjang ini tidak dijumpai adanya fosil. Sebaliknya zaman Kambrium sampai sekarang disebut Fanerozoikum (Phanerozoic). Nama ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti kehidupan yang dapat dilihat. Jadi Fanerozoik dicirikan dengan adanya kehidupan yang sangat melimpah (phaneros = evident, peristiwa; dan zoon = life, kehidupan).

Sekarang timbul pertanyaan mengapa pada Prakambrium dengan rentang waktu yang sangat panjang tidak dibagi menjadi kurun, zaman dan kala ? Hal ini lebih disebabkan karena pada sejarah waktu itu kurang diketahui dengan jelas. Fosil sebagai jejak atau sisa kehidupan yang pernah ada hampir tidak dijumpai pada batuan-batuan yang berumur Prakambrium, sehingga para ahli geologi tidak dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pada waktu itu.

Beberapa kesulitan sering dijumpai dalam penentuan umur dari sekala waktu geologi tersebut. Penentuan umur absolut dengan menggunakan unsur radioaktif hanya dapat dilakukan pada batuan beku. Meskipun pada batuan sedimen atau rombakan batuan lain sering juga dijumpai mineral-mineral radioaktif, batuan tersebut tidak dapat ditentukan umur absolutnya. Material penyusun batuan sedimen umurnya tidak sama dengan umur dari batuan sedimennya karena material penyusun batuan sedimen tersebut berasal dari batuan yang lebih tua. Jadi umur batuan sedimen hanya dapat ditentukan tidak lebih tua dari umur material penyusunnya. Sebaliknya mineral-mineral penyusun batuan beku terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan bekunya sendiri. Jadi mineral yang mengandung isotop radioaktif mempunyai umur sama dengan umur batuannya. Untuk menentukan umur batuan sedimen para ahli geologi kadang harus menghubungkannya dengan massa batuan beku yang dijumpai didekatnya.

 

Kurun Waktu Prakambrium

Urut-urut waktu geologi pada prinsipnya dibagi berdasarkan kandungan fosil yang dijumpai pada kurun Hadean (dari bahasa Yunani yang berarti di bawah bumi). Kurun waktu ini merupakan tahun permulaan dari sejarah bumi. Bahwa bumi telah terbentuk pada kurun Hadean ini didasarkan pada penanggalan radiometrik dari batuan yang sedikir yang dijumpai di bumi dan batuan yang berasal dari planet lain dari tata surya matahari. Tidak ada fosil yang dijumpai pada batuan yang berumur Hadean ini. Kemungkinan fosil atau jejak kehidupan yang terdapat di batuan ini sudah hancur oleh proses erosi atau oleh proses metamorfisme, atau memang pada masa ini belum ada kehidupan sama sekali.

Kurun waktu Archean (bahasa Yunani yang berarti ancient = kuno) merupakan waktu pembentukan batuan penyusun bumi yang tertua. Kebanyakan batuan yang dijumpai pada kurun waktu ini adalah batuan beku dan metamorf, meskipun dijumpai juga batuan sedimen dalam jumlah yang relatif sedikit. Pada batuan sedimen di bawah mikroskop, mengandung sisa-sisa bakteri seperti organisme dan sedikit fosil algae. Kemungkinan awal kehidupan di bumi ini dimulai pada masa Archean ini, meskipun fosil yang dijumpai tidak begitu banyak dan tidak terawetkan dengan baik untuk dapat menentukan adanya kehidupan pada kurun waktu ini.

Batuan yang dijumpai pada kurun waktu Proterozoikum (bahasa Ynani berarti earlier life = kehidupan awal) mengandung banyak fosil sisa-sisa tumbuhan, terutama algae dan tumbuhan lain yang sederhana. Fosil hewan yang cukup banyak dan beragam telah dijumpai pada batuan sedimen yang berumur Proterozoikum Akhir di Australia. Binatang ini sangat sedikit atau hampir tidak mempunyai bagian yang keras seperti tulang maupun cangkangnya. Jadi fosil yang dijumpai hanya merupakan jejak dari tubuhnya yang lunak saja yang tercetak pada batuan yang berbutir halus yang terlithifikasi membentuk batu lempung.

Pada umumnya kurun waktu Hadean, Archean dan Proterozoikum digabung bersama-sama dan dikenal dengan nama kurun Prekambrium, karena terletak sebelum zaman Kambrium, dimana jejak-jejak kehidupan atau fosil yang pertama dijumpai dalam jumlah yang melimpah.

 

Kurun Waktu Phanerozoikum

Berasal dari bahasa Yunani, Phnerozoikum berarti kehidupan nyata (visible life) dan batuan sedimen yang berumur fanerozoikum mengandung fosil dan mudah sekali dikenali. Pada awal kurun Fanerozoik, ditandai dengan peningkatan yang sangat dramatis dari fosil-fosil yang terawetkan. Ada tiga perubahan yang terjadi pada awal Fanerozoik yang menyebabkan meningkatnya jumlah fosil secara dramatis, yaitu :

1.     Spesies-spesies binatang banyak meninggalkan cangkang, tulang atau bagian yang keras lainnya.

2.     Jumlah individu-individu organisme yang terawetkan meningkat dengan pesat.

3.     Jumlah total spesies yang terawetkan sebagai fosil juga meningkat dengan sangat besar.

Kelimpahan fosil yang lebih tua terdiri dari sisa-sisa tumbuhan yang sederhana, bakteri dan cetakan bagian lunak dari binatang yang sangat jarang. Pada awal waktu Fanerozoik, sebaliknya fosil yang sangat melimpah terdiri dari cangkang, tulang dan bagian keras binatang lainnya, yang merupakan bagian yang mudah terawetkan sebagai fosil.

Kemungkinan sesuatu telah terjadi pada awal Fanerozoikum, sekitar 570 juta tahun lalu, yang menyebabkan terjadinya evolusi kehidupan yang sangat cepat pada binatang yang bercangkang dan bagian keras lainnya. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak diketahui dengan pasti bagaimana bagian yang keras dari binatang ini terbentuk. Tetapi sesuatu hal yang pasti adalah dengan bagian yang keras ini, memungkinkan binatang untuk dapat tetap terlindungi untuk hidup pada suatu tempat dimana binatang dengan bagian yang lunak saja tidak dapat bertahan hidup.

Kurun waktu Fanerozoik dapat dibagi manjadi tiga era yang didasarkan pada macam kehidupan yang mendominasi tiap waktu tersebut, yaitu Era Paleozoikum, Mesozoikum dan Kenozoikum. Batuan sedimen yang terbentuk selama era Paleozoikum (dari bahasa Yunani berarti kehidupan purba atau tua) mengandung fosil-fosil dari kehidupan yang berevolusi awal seperti invertebrata, ikan, amfibi, reptilia dan tumbuhan yang berbentuk kerucut. Batuan sedimen yang berumur Mesozoikum (kehidupan menengah) juga mengandung fosil dari sisa-sisa dinosaurus dan tumbuhan berbunga, bentuk-bentuk kehidupan yang merupakan kelanjutan dari kehidupan pada era Paleozoikum. Selama era Kenozoikum (kehidupan modern atau masa kini) fosil-fosil mamalia dan tumbuhan rerumputan merupakan hasil yang sangat mendominasi kelimpahannya.

Era Fanerozoikum dibagi lagi menjadi beberapa perioda atau zaman yang merupakan pembagian waktu yang sering digunakan oleh para ahli geologi. Penamaan dari zaman atau perioda tersebut berdasarkan pada beberapa hal yang berbeda. Seperti Zaman Kapur (Cretaceous Period), berdasarkan pada kata crea (bahasa Latin berarti kapur), merupakan batuan yang dominan terbentuk pada zaman tersebut di Eropa. Zaman Karbon (Carboniferous Period) merupakan zaman dimana pembentukan batubara sangat dominan di seluruh dunia pada waktu tersebut. Beberapa zaman lainnya dinamakan sesuai dengan nama geografi dimana batuna yang terbentuk pada zaman itu pertama kali dikenali. Contohnya zaman Jura berasal dari pegunungan Jura yang terletak di Perancis dan Swis, zaman Kambrium berasal dari nama Cambria, yaitu sebutan orang Romawi untuk Wales, dimana batuan yang berumur Kambrium pertama kali diketahui.

Kehadiran fosil yang melimpah juga merupakan salah satu alasan sejarah geologi pada era Fanerozoikum dapat dipelajari lebih baik dan lebih detil daripada batuan yang lebih tua dari era ini. Batuan yang lebih tua dari Fanerozoikum pada umumnya telah mengalami proses metamorfisme, deformasi dan tererosi dengan kuat. Hal ini merupakan salah satu kemungkinan bahwa batuan yang tua akan mengalami proses-proses yang lebih lanjut daripada batuan yang lebih muda, seperti proses metamorfisme dan erosi, yang merupakan proses-proses yang telah ada sejak awal sejarah bumi. Batuan yang lebih muda dari Fanerozoikum pada umumnya banyak terawetkan sehingga memungkinkan untuk dipelajari lebih detail.

 

 

FOSIL

           Kira-kira 550 juta tahun yang lalu longsoran lumpur terjadi di dasar laut purba. Tumbuhan dan binatang terangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih dalam dan terjebak dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian mengalami litifikasi menjadi serpih. Selanjutnya serpih mengalami pengangkatan membentuk pegunungan yang tinggi pada batuan tersebut ditemukan sejumlah sisa-sisa organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya masih tetap hidup sampai sekarang sedang lainnya telah musnah.

           Sisa-sisa kehidupan dimasa lampau dan telah mengalami pembatuan disebut fosil. Sampai saat ini telah dijumpai banyak jenis fosil dari unsur yang berbeda-beda. Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang menyerupai bakteri yang pernah hidup 3000 juta tahun lalu. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang kehidupan yang pernah ada dimasa lampau disebut paleontologi. Paleontologi sangat membantu ahli geologi dalam melakukan interpretasi mengenai sejarah bumi.

 

1.     Proses Pembentukan Fosil

           Untuk mengetahui bagaimana fosil terbentuk, tergantung apa yang terjadi setelah organisme tersebut mati. Kebanyakan organisme yang telah mati dimakan oleh binatang atau hancur karena organisme lainnya. Selain itu proses dekomposisi dapat juga menghancurkan organisme tersebut. Proses tersebut kadang sangat aktif, sehingga dapat menghilangkan sama sekali jejak-jejak dari organisme yang telah mati. Tetapi pada kondisi tertentu sisa dan atau jejak dari organisme yang mati tersebut dapat terawetkan dan menjadi fosil.

 

a.            Fosil yang terbentuk oleh proses pengawetan

           Proses pengawetan adalah proses yang menyebabkan suatu organisme baik seluruh atau sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit perubahan sifat kimia maupun fisikanya.

           Di Siberia pernah ditemukan bayi mammoth (gajah purba) yang berumur sekitar 44.000 tahun terawetkan pada tanah yang membeku. Tubuh mammoth tersebut ditemukan lengkap dengan kulit dan bulunya. Daging mammoth yang telah terawetkan tersebut ternyata masih tetap segar dan merupakan salah satu hidangan yang disajikan pada pertemuan para ahli geologi dan ahli biologi telah mempelajari informasi genetik dari sel yang mengalami pembekuan. Organisme kecil semacam insekta dapat pula membentuk fosil. Organisme kecil tersebut dapat terjebak dalam lapisan-lapisan kayu, dan apabila kayu tersebut mengalami fosilisasi dan membentuk material yang sebut amber, organisme tersebut dapat terawetkan didalamnya.

           Pada lingkungan gurun, sisa-sisa binatang dapat mengalami proses dehidrasi yang disebut proses mummifikasi. Salah satu contoh dari fosil yang mengalami mummifikasi pernah dijumpai di New Meksiko. Kulit dari organisme tersebut masih tetap ada dan tulang-tulangnya masih terikat satu dengan lainnya oleh ligament.

           Bagian organisme yang keras seperti tulang, gigi atau cangkang pada umumnya tahan terhadap proses dekomposisi, dan apabila lingkungan fisika dan kimia memungkinkan, bagian-bagian tersebut terawetkan untuk jangka waktu yang cukup lama.

 

b.       Mineralisasi

           Pengawetan tanpa perubahan sifat fisika dan kimia sangat jarang terjadi dan fosil dengan tipe ini sangat jarang terjadi. Pada kondisi lain, seluruh atau sebagian dari tubuh organisme mengalami penggantian oleh mineral yang disebut proses mineralisasi. Meski material yang menyusun organisme tersebut telah digantikan oleh mineral, struktur sel organisme tersebut masih dapat terlihat jelas dengan menggunakan mikroskop. Proses mineralisasi dapat terjadi dengan bermacam cara, yaitu rekristalisasi, permineralisasi dan penggantian (replacement).

Rekristalisasi. Kebanyakan cangkang dari organisme invertebrata laut seperti koral, kerang dan oyster terutama disusun  oleh Kalsium karbonat. Kebanyakan invertebrata yang masih hidup menyerap kalsium karbonat untuk membuat rangkanya dengan menghasilkan mineral aragonit. Setelah organisme tersebut mati, struktur kristal aragonit akan berubah menjadi mineral kalsit yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-atom penyusun mineral aragonit akan menyesuaikan diri dan membentuk kristal yang lebih solid. Fosil yang telah mengalami proses rekristalisasi akan mempunyai bentuk dan struktur dalam yang tetap hanya komposisi mineralnya yang berubah.

Permineralisasi. Pada tulang dan cangkang binatang kadang dijumpai rongga arau lubang yang saluran darah, syaraf dan bagian lunak organisme lainnya. Ketika organisme tersebut mati, air dapat mengalir melalui rongga-rongga tersebut. Jika air masuk ke dalam rongga tersebut mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau oksida besi, ion-ion tersebut akan mengalami presipitasi dan mengisi rongga-rongga tersebut dengan mineral. Proses tersebut disebut proses permineralisasi. Selama proses tersebut, tulang dan cangkang asli dari organisme tidak mengalami perubahan. Tetapi karena adanya mineralisasi di dalam rongga dan pori-porinya, maka fosil organisme tersebut lebih berat dan lebih tahan. Proses permineralisasi dapat juga terjadi pada bagian lunak dari tumbuhan. Air yang membawa larutan silika masuk ke dalam jaringan tumbuhan yang tumbang dan mengkristal membentuk mineral kuarsa. Fosil yang dihasilkan dari proses tersebut disebut fosil kayu atau petrified wood. Lingkaran tahun dan jaringan pada fosil kayu ini sama dengan yang terdapat pada pohon yang hidup jutaan tahun yang lalu.

Replacement. Material yang menyusun organisme dapat mengalami pelarutan dan digantikan oleh mineral lainnya. Proses ini disebut dengan replacement atau penggantian. Selama proses tersebut volume dan bentuk organisme yang asli tetap tetapi material penyusunnya mengalami perubahan. Sebagai contoh cangkang binatang yang tadinya tersusun oleh kalsium karbonat, pada waktu menjadi fosil cangkang tersebut sudah mengalami perubahan disusun oleh silika atau pirit.

 

c.          Mold dan Cast

           Bayangkan cangkang binatang yang tertinggal di dasar laut dan tertutupi oleh sedimen. Kemudian sedimen tersebut mengalami kompaksi dan membentuk batuan sedimen, dan cangkang tersebut mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan sedimen tersebut yang disebut mold. Apabila yang tercetak adalah bagian luar dari cangkang tersebut di sebut eksternal mold, sedangkan bila yang tercetak bagian dalamnya disebut internal mold. Bila cetakan tersebut terisi oleh material lain maka akan terbentuk cast.

 

d.          Carbonisasi

           Fosil dapat juga terbentuk oleh proses karbonisasi. Pada proses ini bagian-bagian lunak dari organisme seperti daun, ubur-ubur dan cacing, pada waktu mati dengan cepat mengalami penimbunan oleh sedimen. Karena penimbunan tersebut material mengalami kompresi sehingga komponen yang berupa gas akan menghilang, meninggalkan unsur karbon yang tercetak pada batuan sedimen yang terbentuk.

 

e.          Fosil Jejak

           Beberapa fosil tidak terdiri dari sisa tubuh organismenya, tetapi organisme tersebut meninggalkan jejak, lubang atau sarang atau tanda-tanda lain yang dibuatnya. Apabila jejak-jejak tersebut terawetkan, maka disebut fosil ejak (trace fossils). Jejak-jejak binatang telah banyak dijumpai pada batuan sedimen. Fosil jejak tersebut dapat memberikan informasi kepada kita bagaimana organisme tersebut bergerak semasa hidupnya, apakah organisme tersebut berjalan dengan dua kaki atau empat kaki dan memberikan petunjuk bagaimana kebiasaan hidup dari organisme tersebut.

 

 

2. Kegunaan Fosil Dalam Geologi

           Para ahli geologi selalu tertarik terhadap bagaimana batuan, mineral dan bentang alam mengalami perubahan dengan berubahnya waktu. Ukuran waktu dalam skala waktu geologi akan di uraikan pada bab lain, tetapi di sini akan diuraikan bagaimana para ahli geologi menggunakan fosil.

 

A.    Fosil dan pengukuran umur.

           Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif dari batuan sedimen. Lapisan sedimen yang mengandung fosil tertentu dapat dikatakan bahwa batuan sedimen berbentuk pada waktu binatang-binatang yang membentuk fosil tersebut hidup. Jadi batuan sedimen tersebut terbentuk bersamaan rentang waktu kehidupan binatang tersebut. Setiap organisme mengalami perubahan dengan perubahan waktu, sehingga setiap organisme mempunyai rentang waktu yang berbeda-beda. Jadi fosil tertentu akan dapat menunjukkan batuan sediman yang mengandung fosil tersebut terbentuk pada waktu tertentu. Jadi umur relatif dari batuan sedimen dapat ditentukan dengan mempelajari fosil-fosil yang terkandung didalamnya.

 

B.    Fosil dan Korelasi

           Korelasi adalah menghubungkan antara dua alam atau lebih unit batuan yang berada pada tempat yang berbeda dan mempunyai kesamaan umur. Korelasi merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam geologi, karena pada kenyataannya batuan-batuan yang menyusun kerak bumi isi tersingkap setempat-setempat dan kadang mempunyai jarak yang berjauhan.

          Jika proses evolusi terjadi sangat cepat pada suatu organisme tersebut mempunyai jangka waktu hidup yang pendek. Fosil dan organisme tersebut dapat menunjukkan umur batuan dengan rentang waktu yang sangat pendek. Fosil dengan rentang waktu hidup yang sangat pendek tersebut di sebut fosil indeks atau fosil penunjuk, karena fosil tersebut dapat digunakan untuk menentukan umur batuannya. Fosil indeks yang sangat baik adalah yang berevolusi dengan cepat, sangat melimpah pada jangka waktu yang pendek, mempunyai penyebaran yang luas dan dengan cepat mengalami pemusnahan dan terawetkan dengan baik pada batuan. Bahan-bahan yang mengandung fosil yang sama dikatakan mempunyai umur yang sama jadi batuan yang mengandung fosil dengan umum yang sama dan berasal dari tempat yang berbeda dapat diselesaikan

 

C.    Penyusunan skala waktu Geologi

           Tidak hanya individu spesies tertentu yang dapat mengalami perubahan yang sangat cepat, tetapi kadang-kadang, seluruh karakter kehidupan pada planet ini dapat mengalami perubahan dengan sangat cepat pula. Sebagai contoh, meskipun kehidupan dipercaya telah mengalami evolusi mulai sekitar 4 milyar tahun lalu. Kehidupan awal ini sangat kecil dan tidak mempunyai bagian yang keras seperti tulang dan cangkang, Sehingga sisa kehidupan organisme ini sebagai fosil sangat jarang sekali. Kemudian dengan tiba-tiba, seperti ledakan, spesies yang bercangkang terbentuk sekitar 570 juta tahun lalu. Evolusi yang cepat dari binatang bercangkang keras ini menandakan awal dari Era Paleozoik dan merupakan batas utama dari skala waktu geologi. Pembagian utama pada skala waktu geologi di dasarkan pada perubahan flora dan fauna di planet ini yang terawetkan sebagai fosil.  

 

D.    Interpretasi lingkungan pengendapan

           Leonardo da vinci (1452-1519) salah seorang filosof, kira-kira 400 tahun yang lalu menemukan fosil pada batuan di tepi pegunungan dekat dengan laut Adriatik Italia. Fosil-fosil tersebut mirip dengan organisme yang telah diketahui hidup di laut yang berdekatan. Ia melihat batuan yang mengandung fosil tersebut adalah pasir hasil proses pelapukan dari batuan yang ada di pegunungan mengalami pengangkutan oleh sungai hingga di kawasan pantai dimana pasir tersebut mengalami pengendapan. Penumpukan pasir tersebut mengubur sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang hidup di kawasan tersebut. Selanjutnya pasir tersebut mengalami litifikasi menjadi batupasir. Ia juga menyatakan bahwa daerah tersebut tadinya merupakan laut dimana pasir terendapkan dan mengubur kehidupan yang pernah ada di tempat tersebut. Kemudian daerah tersebut mengalami pengangkatan menjadi pegunungan. Jadi fosil yang dijumpai di daerah tersebut dapat membantu untuk melakukan interpretasi mekanisme pembentukan batupasir, dan dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa pegunungan dapat dibangun oleh batuan sedimen yang terbentuk di laut.

           Ahli geologi modern kemudian mencontoh yang diberikan oleh Leonardo da Vinci dalam menggunakan fosil untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan sedimen. Sebagai contoh dengan ditemukannya suatu pegunungan yang tingginya sampai beribu meter dan disusun oleh sekuen batuan sedimen. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana suatu perlapisan batuan  sedimen yang sangat tebal tersebut terbentuk. Kemungkinan pertama adalah pada waktu itu ada cekungan yang sangat dalam (palung) yang terus menerus terisi oleh sedimen, hingga mencapai ketebalan beribu meter. Tetapi pada batuan sedimen tersebut ternyata dijumpai fosil dari binatang yang umumnya hidup pada lingkungan laut dangkal. Jadi sedimen tersebut tentunya diendapkan pada kondisi lingkungan laut dangkal. Dari keadaan tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu sedimen tersebut terakumulasi, cekungan terus mengalami penurunan bersamaan dengan terendapkannya sedimen.

 

3.  Proses Evolusi

           Proses evolusi adalah proses perubahan karakteristik fisik dan genetik dari suatu spesies karena perubahan waktu. Proses ini dapat dipelajari dengan mempelajari fosil.

           Teori evolusi pertama kali diperkenalkan kepada umum oleh Charles Darwin pada tahun 1858. Darwin mengatakan bahwa proses evolusi terjadi secara bertahap dengan perlahan-lahan. Setiap tahap terdiri dari perubahan yang sangat kecil dari karakteristik suatu organisme untuk keuntungan dari organisme tersebut ketika menyesuaikan dirinya dengan keadaan di sekitarnya. Perubahan tersebut dimaksudkan agar organisme tersebut tetap hidup dengan adanya perubahan lingkungannya.

           Dengan Teorinya Darwin menunjukkan bahwa evolusi kehidupan terjadi secara bertahap. Setiap tahap terdiri dari perubahan kecil pada karakteristik suatu organisme yang sedikit memberikan keuntungan pada organisme lainnya yang tidak mengalami perubahan. Perubahan tersebut memberikan keuntungan pada individu organisme untuk dapat mempertahankan kehidupannya. Perubahan tersebut akan menjadi lebih umum pada generasi berikutnya. Pada umumnya individu yang mengalami perubahan tersebut akan mendominasi spesies individu tersebut dan pada akhirnya spesies pun akan mengalami perubahan. Konsep mengenai perubahan ini disebut dengan konsep gradualisme, karena perubahan yang terjadi secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Berdasarkan teori ini perubahan akan berlanjut terus dari satu tahap ke tahap berikutnya dan setiap spesies baru akan menggantikan fasies yang lebih tua. Dalam beberapa hal teori evolusi cukup memuaskan, tetapi teori gradualisme ini tetap memberikan pertanyaan yang tidak terjawabkan.

           Problem lainnya dari teori yang diusulkan oleh Darwin ini adalah sangat sedikit fosil yang dijumpai yang menunjukkan secara langsung adanya perubahan pada kehidupan yang pernah ada. Sebaliknya studi mengenai fosil menunjukkan bahwa banyak spesies tetap menunjukkan tidak adanya perubahan fisik untuk jangka waktu yang panjang meskipun ada perubahan kondisi lingkungan dan iklim. Selanjutnya dalam periode waktu geologi yang pendek, mungkin sekitar ribuan atau ratusan tahun, spesies baru muncul. Kejadian ini memberikan kesan bahwa perubahan bertahap pada spesies kurang umum daripada seperti yang telah dijelaskan oleh Darwin. Selain itu proses evolusi mungkin terjadi pada suatu seri yang hancur oleh satu periode panjang dengan sedikit atau tanpa perubahan. Konsep ini disebut dengan punctuated evolution.

           Untuk memahami bagaimana pertanda evolusi terjadi dengan membayangkan suatu populasi kecil diisolasi dari anggota spesies lainnya. Selanjutnya dibayangkan perubahan yang jarang tetapi sangat radikal terjadi di dalam kelompok yang diisolasi ini. Jika perubahan ini sangat baik, maka akan mendominasi populasi kecil ini dan akan membentuk spesies yang baru. Spesies baru ini akan hidup bersama dengan spesies yang lama, khususnya bila populasi keduanya tetap terisolasi satu dan lainnya. Kemungkinannya spesies baru akan bermigrasi ke dalam wilayah kehidupan spesies yang lama dan akhirnya akan menggantikannya.

 

UMUR BUMI DAN

 TATASURYA MATAHARI

 

Batuan Kerak Bumi Yang Tertua

Batuan tertua penyusun kerak bumi berdasarkan penanggalan radometri berumur antara 4,1 sampai 4,2 milyar tahun. Penanggalan tersebut dilakukan pada butiran mineral zirkon yang berasal dari batupasir di Australia Barat. Zirkon penyusun batupasir tersebut kemungkinan berasal dari batuan beku granit yang terdapat dekat dengan terbentuknya batupasir. Granit tersebut mengalami erosi dan hasil erosinya tertransportasi oleh sungai dan terendapkan dalam lapisan pasir dan mengalami sementasi membentuk batupasir. Jadi umur 4,2 milyar tahun adalah umur dari proses pembentukan magma yang membentuk granit, bukan proses pembentukan batupasir. Batuan penyusun kerak bumi lainnya yang mempunyai umur yang sangat tua berdasarkan penanggalan radiometri adalah batuan beku granit dari Baratdaya Greeland yang berumur 3,7 sampai 3,8 milyar tahun, batuan metamorf genes granitan yang berumur sama dari Minnesota, granit yang berumur 3,4 milyar tahun dari Pegunungan Barberton di Afrika Selatan.

Jika batuan tertua penyusun kerak bumi adalah 4,1 sampai 4,2 milyar tahun, maka apa yang terjadi pada bumi selama 400 hingga 500 juta tahun sebelumnya.

 

Umur Batuan Bulan dan Meterorit

Bumi merupakan salah satu planet dalam tatasurya yang cukup besar untuk menyimpan panas di dalamnya, sehingga memungkinkan proses-proses geologi tetap aktif sepanjang sejarah bumi itu sendiri. Dengan kondisi yang demikian, maka batuan awal yang menyusun kerak bumi telah mengalami pemanasan kembali, sehingga penanggalann radiometri yang dilakukan pada batuan penyusun kerak bumi harus dikoreksi ulang karena batuan tersebut terbentuk jauh setelah pembentukan bumi. Jadi suatu hak yang tidak mungkin menentukan awal pembentuan bumi dengan menggunakan penanggalan radiometri batuan penyusun kerak bumi. Penelitian mengenai meteorit dan bulan sebagai satelit bumi memungkinkan untuk mengetahui awal sejarah dari planet bumi ini. Kebanyakan ahli astronomi mengatakan bahwa meteorit, bulan dan planet-planet dalam tatasurya matahari ini terbentuk serentak bersama-sama.

Meteorit merupakan fragmen-fragmen batuan yang dihasilkan dari pecahan planet dalam tatasurya matahari. Meteorit merupakan fragmen yang relatif kecil, sehingga fragmen tersebut akan membeku dengan cepat begitu terlepas dari planet. Hal ini mengakibatkan bahwa proses penanggalan radiometri dari meteorit dapat mengetahui dengan pasti proses pembentukan meteorit tersebut. Karena meteorit, bulan dan semua planet dalam tatasurya matahari dianggap terbentuk bersamaan, maka penentuan umur batuan meteorit dianggap sebagai awal proses pembentukan bumi, bulan dan planet-planet lainnya. Penanggalan rediometri dari batuan meteorit menghasilkan umur 4,6 milyar tahun, sangat dekat dengan umur batuan penyusun kerak bumi yang tertua.

Bulan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari bumi dan mengalami pendinginan yang relatif lebih cepat. Meskipun bulan mengalami proses tektonik yang sangat aktif pada awal sejarahnya, tetapi hal tersebut merupakan kejadian yang cukup lama setelah pembentukannya. Jadi penentuan umur dari batuan tersebut dapat dianggap sebagai awal proses pembentukan bulan.

Batuan bulan yang dibawa ke bumi oleh para astronot pada ekspedisi Apollo ke bulan telah dipelajari dan dianalisa dengan berbagai macam prosedur analisa yang telah diketahui selama ini. Penanggalan radiometri lelehan lava di bulan menunjukkan umur antara 3,8 hingga 3,1 milyar tahun. Hal ini menunjukkan aktivitas tektonik awal menghasilkan panas yang cukup untuk dapat membentuk magma yang mengalir ke permukaan bulan. Contoh batuan yang diambil dari dataran tinggi di bulan menghasilkan umur 4,6 milyar tahun. Batuan ini diketahui sebagai batuan awal (genesis rock). Dengan membandingkan penentuan umur batuan meteorit yang menghasilkan umur yang sama dengan batuan bulan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembentukan bumi terjadi pada 4,6 milyar tahun yang lalu.

 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel