GEOLOGI DASAR 01 BATUAN BEKU
BATUAN BEKU
Batuan beku merupakan batuan yang
berasal dari hasil proses pembekuan magma. Igneous berasal dari kata ignis yang
berarti api atau pijar, karena magma merupakan material silikat yang panas dan
pijar yang terdapat di dalam bumi.
Proses pembentukan kerak bumi berawal
dari proton, elekron, neotron → unsur → mineral → batuan → batuan beku, batuan
sediment, batuan metamorf → hingga terdapat di kerak bumi. Dari sumber
Principly of geochemistry oleh Jhon wills and sons (1966) terdapat 8 unsur penyusun
utama kerak bumi yaitu : oksigen, silikon, almunium, besi, kalsium, sodium,
potassium, dan magnesium.
Unsur |
Berat (%) |
Volume (%) |
O Si Al Fe Ca Na K Mg |
46,6 27,72 8,13 8,06 3,36 2,89 2,59 2,09 |
93,77 0,86 0,47 0,43 1,03 1,32 1,83 0,29 |
Magma merupakan material
silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi dengan temperatur
berkisar antara 600oC sampai 1500oC. Magma disusun oleh
bahan yang berupa gas (volatil) seperti H2O dan CO2, dan
bukan gas yang umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na dan minor
element seperti V, Sr, Rb, dll. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang
disebut dapur magam (magma chamber). Karena magma relatif lebih ringan dari
batuan yang ada disekitarnya, maka magma akan bergerak naik ke atas. Gerakan
dari magma ke atas ini kadang-kadang disertai oleh tekanan yang besar dari
magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma, yang menyebabkan
terjadi erupsi gunung api. Erupsi gunung api ini kadang-kadang hanya
menghasilkan lelehan lava atau disertai dengan letusan yang hebat (eksplosif).
Lava merupakan magma
yang telah mencapai permukaan bumi, dan mempunyai komposisi yang sama dengan
magma, hanya kandungan gasnya relatif lebih kecil. Lava yang membeku akan
menghasilkan batuan beku luar (ekstrusif) atau batuan volkanik. Magma yang
tidak berhasil mencapai permukaan bumi dan membeku di dalam bumi akan membentuk
batuan beku dalam (instrusif) atau batuan beku plutonik.
Proses Kristalisasi Magma
Karena
magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan
bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan,
pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan
mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Pada proses ini yang
merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu
dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut
akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material
yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.
Kecepatan pendinginan
magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada
ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan
bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion
tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan
membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cepat maka
tidak ada kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil
pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang
dinamakan dengan mineral gelas (glass).
Pada
saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling
mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian
tetrahedra- tetrahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan
dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral
silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang
tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang
bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada
temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma
mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih
cair.
Komposisi
dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses
kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka
kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal
tersebut, maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada
faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat
diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut
sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur
dan komposisi mineralnya.
Tekstur Batuan Beku
Tekstur
pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan kenampakan batuan yang
didasarkan pada ukuran (sifat) dan susunan kristal-kristal penyusun batuan
beku. Tekstur merupakan ciri yang sangat penting, karena tekstur dapat
menggambarkan kondisi proses pembentukan batuan beku. Kenampakan ini
memungkinkan ahli geologi untuk mengetahui kejadian batuan beku di lapangan.
Tekstur
terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkat kecepatan
pembekuan magma. Pembekuan magma yang lambat akan menghasilkan butir-butir
kristal yang besar. Proses ini terjadi pada magma yang terdapat jauh di bawah
permukaan bumi atau material yang disemburkan oleh gunung api pada saat
erupsinya, akan mengalami pembekuaan yang sangat cepat.
Batuan
beku yang terbentuk pada atau dekat dengan permukaan bumi akan menunjukkan
tekstur yang berbutir halus yang disebut afanitik.
Butiran mineral pada batuan beku afanitik sangat kecil, sehingga sangat sulit
dibedakan jenis mineralnya dengan mata biasa. Meskipun jenis mineralnya sulit
ditentukan karena ukurannya yang sangat halus, tetapi batuan ini dapat
dicirikan oleh warnanya yang sangat terang, menengah atau gelap. Batuan beku
afanitik yang berwarna terang terutama disusun oleh mineral non ferromagnesian
silicate. Sedang batuan beku afanitik yang berwarna gelap disusun oleh
mineral-mineral feromagnesian silikat.
Kenampakan
yang umum pada batuan beku afanitik adalah adanya lubang-lubang bekas keluarnya
gas yang bentuknya membundar atau memanjang yang disebut vesikuler, dan umumnya terdapat pada bagian luar dari aliran lava.
Batuan
beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan akan menghasilkan tekstur butiran
yang kasar, yang disebut faneritik.
Tekstur ini menunjukkan butiran yang kasar dan relatif sama besar, serta
mineral-mineralnya dapat dibedakan dengan mata biasa tanpa bantuan alat
pembesar. Batuan beku faneritik ini karena terbentuk jauh di bawah permukaan,
maka batuan ini akan muncul ke permukaan setelah batuan yang menutupinya
mengalami proses erosi.
Massa
magma yang besar yang terletak jauh di kedalaman bumi, membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk proses pembekuannya, puluhan ribu tahun atau bahkan jutaan
tahun. Karena semua mineral dalam magma tidak mengkristal pada waktu yang
bersamaan, maka akan memungkinkan untuk beberapa mineral membentuk kristal-kristal
yang cukup besar. Jika magma yang mengandung beberapa kristal besar mengalami
perubahan kondisi lingkungannya, maka sisa dari magma akan mengalami pembekuan
yang sangat cepat sehingga menghasilkan butiran kristal yang halus. Batuan yang
dihasilkan akan menunjukkan kristal-kristal kasar dikelilingi atau tertanam
pada matrik dari kristal-kristal yang berbutir halus. Kristal-kristal yang
besar disebut fenokris, sedang
matrik kristal-kristal yang kecil disebut masa dasar. Batuan beku yang
mempunyai tekstur semacam ini disebut batuan beku porfir (porphyry).
Pada
beberapa aktivitas gunung api, magma yang setengah padat akan dilemparkan ke
atmosfera dan akan mengalami pembekuan yang sangat cepat. Pembekuan yang sangat
cepat ini akan menghasilkan tekstur gelas (glass). Batuan yang mempunyai
tekstur semacam ini adalah obsidian.
Meskipun
kecepatan pembekuan magma merupakan faktor yang utama pembentuk tekstur batuan
beku, faktor lain yang juga penting pengaruhnya terhadap pembekuan tekstur
adalah komposisi magma. Magma basaltik yang bersifat encer, umumnya akan
membentuk batuan kristalin apabila mengalami pembekuan yang cepat pada aliran
tipis lava. Pada kondisi yang sama, magma granitik, yang umumnya lebih kental,
akan lebih memungkinkan untuk membentuk batuan dengan tekstur gelas. Akibatnya
batuan lelehan lava yang banyak disusun oleh gelas volkanik mempunyai komposisi
granitik. Sebaliknya lelehan lava basaltik yang mengalir di laut, bagian
permukaannya akan mengalami pembekuan yang sangat cepat sehingga menghasilkan
lapisan tipis mineral gelas.
Beberapa
batuan beku dibentuk dari konsolidasi fragmen batuan yang berasal dari erupsi
gunung api. Material yang dikeluarkan biasanya berupa debu volkanik yang sangat
halus, lapili atau bongkah besar yang berbentuk menyudut yang memungkinkan
berasal dari batuan dinding sekitar kawah yang dilemparkan pada saat erupsinya.
Batuan beku yang disusun oleh fragmen batuan semacam ini disebut bertekstur piroklastik.
Kenampakan
yang umum dari batuan piroklastik adalah disusun oleh glass shard. Batuan
piroklastik lainnya disusun oleh fragmen-fragmen batuan yang tersemen
bersama-sama beberapa waktu kemudian. Karena batuan piroklastik ini dibentuk
dari individual fragmen, maka teksturnya kadang-kadang sama dengan tekstur batuan
sedimen daripada batuan beku.
Komposisi Mineral
Mineral-mineral
yang membentuk batuan beku dideterminasi oleh komposisi kimia magma darimana
mineral-mineral tersebut mengkristal. Seperti halnya batuan beku yang telah
diketahui mempunyai variasi yang sangat besar, maka dapat pula diasumsikan
bahwa macam magma pun mempunyai variasi yang besar pula. Pada ahli geologi
telah mendapatkan bahwa satu gunung api mempunyai tingkat erupsi yang
bervariasi kadang-kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda,
terutama pada gunung api yang mempunyai periode letusannya cukup lama. Dari hal
tersebut dapat dikatakan bahwa magam yang sama kemungkinan dapat menghasilkan
kandungan mineral yang bervariasi.
N.L.Bowen merupakan seorang ahli yang
pertama kali melakukan penyelidikan terhadap proses kristalisasi magma pada
awal abad ke 20 ini. Hasil penyelidikan Bowen di laboratorium menunjukkan bahwa
mineral tertentu akan mengkristal pertama kali. Dengan penurunan temperatur,
mineral lain akan mulai mengkristal. Sejalan dengan proses pengkristalan dari
magma, komposisi dari magma yang tersisa selalu mengalami perubahan juga.
Sebagai contoh, pada saat magma telah mengalami pembekuan kira-kira 50 %, magma
yang tersisa akan mengalami penurunan kandungan unsur-unsur besi, magnesium dan
kalsium, karena unsur-unsur ini dijumpai pada mineral-mineral yang terbentuk
pertama kali. Tetapi pada saat yang bersamaan, komposisi magma lebih diperkaya
oleh kandungan unsur-unsur yang banyak terkandung dalam mineral-mineral yang
terbentuk kemudian, seperti unsur-unsur sodium dan potasium. Demikian juga
kandungan silikon dalam larutan magma semakin bertambah pada proses
kristalisasi berikutnya.
Bowen
juga menunjukkan bahwa mineral-mineral yang telah mengkristal dan masih terdapat
dalam lingkungan magma yang masih cair, akan bereaksi dengan sisa cairan magma
dan menghasilkan mineral berikutnya. Oleh sebab itu susunan atau urutan proses
kristalisasi mineral dikenal dengan nama Bowen’s
reaction series. Pada bagian kiri dari susunan ini olivin yang merupakan
mineral pertama yang terbentuk, akan bereaksi dengan cairan magma dan membentuk
piroksin. Reaksi ini akan terus berlangsung sampai mineral yang terakhir dalam
seri ini yaitu biotit, terbentuk. Susunan sebelah kiri ini disebut sebagai discontinuous reaction series, karena
tiap mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal yang berbeda. Olivin
disusun oleh tetrahera tunggal, dan mineral lain pada seri ini disusun oleh
rangkaian rantai tunggal, rantai ganda dan struktur lembaran. Pada umumnya
reaksi yang terjadi tidak sempurna, sehingga mineral-mineral yang bervariasi
ini akan hadir pada saat yang bersamaan.
Pada
susunan bagian kanan reaksi berlangsung terus menerus. Mineral yang pertama
kali terbentuk adalah mineral feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar)
bereaksi dengan ion-ion sodium (Na) yang semakin meningkat persentasenya di
dalam magma. Kadangkala kecepatan pendinginan berlangsung sangat cepat sehingga
menghambat perubahan yang sempurna dari kalsium feldspar menjadi sodium
feldspar. Bila hal ini terjadi zoning pada mineral feldspar, dimana kalsium
feldspar di bagian intinya dikelilingi oleh sodium feldspar.
Pada
proses kristalisasi, setelah magma mengalami pembekuan, sisa magma akan
membentuk mineral kuarsa, muskovit dan potas feldspar (ortoklas). Meskipun
mineral-mineral yang terakhir disebutkan terdapat dalam urutan Bowen’s reaction
series, tetapi bagian ini tidak benar-benar merupakan reaction series.
Walaupun
Bowen menunjukkan proses kristalisasi mineral dari magma dengan sistematik,
tetapi bagaimana Bowen’s reaction series dapat menceritakan keanekaragaman dari
batuan beku ? Pada suatu tingkat proses kristalisasi magma, bagian yang telah
mengkristal lebih dulu (padat) akan selalu memisahkan diri dari bagian yang
cair. Hal semacam ini dapat terjadi, karena mineral-mineral yang mengkristal
lebih dahulu akan lebih berat daripada bagian magma yang masih cair, sehingga
mineral-mineral tersebut akan turun ke bawah dan terkonsentrasi pada dapur
magma. Proses pengendapan ini terjadi secara bertahap mulai dari
mineral-mineral gelap seperti olivin. Bilamana sisa dari magma kemudian
mengkristal, baik di tempat tersebut ataupun di tempatnya yang baru karena
mengalami migrasi dari dapur magma, maka akan terbentuk batuan beku dengan
komposisi yang berbeda dengan komposisi magma asal.
Proses
segregasi mineral oleh pemisahan dan diferensiasi kristalisasi disebut fractional crystallization
(kristalisasi fraksional). Pada tiap tingkatan dari proses kristalisasi, cairan
magma terpisah dari bagian magma yang telah padat. Akibatnya kristalisasi
fraksional akan menghasilkan batuan beku dengan rentang komposisi yang cukup
lebar.
Bowen
berhasil menunjukkan bahwa melalui proses kristalisasi fraktional, satu jenis
magma dapat menghasilkan beberapa macam batuan beku. Tetapi penelitian yang
baru lebih menunjukkan bahwa proses kristalisasi fraksional saja tidak cukup
untuk menjelaskan keanekaragaman batuan beku yang telah banyak diketahui.
Meskipun lebih dari satu macam batuan beku dapat terbentuk dari satu jenis
magma, tetapi masih ada mekanisme lain yang dapat menghasilkan magma dengan
komposisi yang sangat beragam.
Penamaan Batuan Beku
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, batuan beku diklasifikasikan atau
dikelompokkan berdasarkan tekstur dan komposisi mineralnya. Tekstur batuan beku
dihasilkan oleh perbedaan proses pembekuannya, sedangkan komposisi mineral
batuan beku sangat tergantung pada komposisi kimia magma dan kondisi lingkungan
proses kristalisasinya. Dari hasil penyelidikan Bowen, mineral yang mengkristal
pada kondisi yang sama akan menyusun batuan beku yang sama pula. Sehingga dapat
dikatakan bahwa klasifikasi batuan beku sangat tergantung pada Bowen’s reaction
series.
Mineral-mineral
yang pertama mengkristal, Ca feldspar, piroksin dan olivin, merupakan mineral
yang kandungan Fe, Mg dan Ca-nya tinggi dan kandungan Si rendah. Basalt
merupakan batuan beku ekstrusif dengan komposisi mineral-mineral tersebut,
tetapi istilah basaltik (basalan) digunakan untuk batuan beku dengan tipe
seperti basalt. Mengacu pada kandungan besinya, batuan beku basaltik dicirikan
oleh warnanya yang gelap dan sedikit lebih berat dibandingkan dengan batuan
beku lainnya yang dijumpai di permukaan.
Diantara
mineral-mineral yang terakhir mengkristal adalah mineral potas feldspar dan
kuarsa. Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral didominasi oleh
mineral-mineral tersebut disebut dengan tipe granitik. Batuan beku menengah (intermediate) disusun oleh
mineral-mineral yang terdapat di bagian tengah dari Bowen’s reaction series.
Amfibol bersama dengan plagioklas menengah merupakan mineral-mineral utama yang
menyusun batuan beku tipe ini. Batuan beku yang mempunyai komposisi diantara
granit dan basalt disebut sebagai tipe andestik.
Tabel. Batuan beku yang umum dijumpai
|
Granitik |
Andesitik |
Basaltik |
Intrusif Ekstrusif |
Granit Riolit |
Diorit Andesit |
Gabro Basalt |
Komposisi Mineral Utama |
Kuarsa K-Feldspar Na-Feldspar |
Amfibol Plagioklas menengah Biotit |
Ca-Feldspar Piroksin |
Komposisi Mineral Tambahan |
Muskovit Biotit Amfifol |
Piroksin |
Olivin Amfibol |
Meskipun
tiap kelompok batuan beku disusun oleh mineral utama yang terletak pada daerah
tertentu dari Bowen’s reaction series, tetapi terdapat juga mineral tambahan
yang jumlahnya tidak begitu banyak. Sebagai contoh, batuan beku granitik
terutama disusun oleh mineral kuarsa dan potas feldspar (K-feldspar), tetapi
kadang-kadang juga dijumpai mineral-mineral muskovit, biotit, amfibol dan
sodium feldspar (Na-feldspar) dalam jumlah yang sedikit sebagai mineral
tambahan.
Selain
tiga kelompok batuan beku seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat juga
batuan beku yang mempunyai komposisi diantara ketiga kelompok batuan beku
tersebut. Sebagai contoh, batuan beku instrusif yang disebut granodiorit,
disusun oleh mineral-mineral yang menyusun batuan beku granitik dan batuan beku
andesitik. Batuan beku lain yang cukup penting adalah peridotit, yang komposisi
mineralnya terutama terdiri dari olivin. Batuan ini termasuk batuan beku ultra
basa dan merupakan penyusun utama dari mantel bumi bagian atas.
Faktor yang penting pada
komposisi mineral batuan beku adalah kandungan silika (SIO2).
Persentase silika dalam batuan beku sangat bervariasi, dan sebanding dengan
kelimpahan mineral lainnya. Contohnya, batuan yang mengandung silika rendah,
kandungan kalsium, besi dan magnesiumnya tinggi. Kandungan silika dalam batuan
beku tergantung pada tipe dari batuan bekunya. Batuan beku granitik (asam)
mempunyai kandungan silika lebih besar dari 66%, batuan beku andesitik
(menengah) berkisar antara 55%-66%, batuan beku basaltik (basa) berkisar antara
45%-55%, dan batuan beku ultra basa kurang dari 45%. Kandungan silika dalam
magma juga akan mempengaruhi sifat dari magma tersebut. Magma granitik yang
kandungan silikanya tinggi bersifat kental (vicous) dan mempunyai titik beku
(lebur) sekitar 800oC. Sedangkan magma basaltik bersifat encer dan
titik bekunya (lebur) sekitar 1200oC atau lebih tinggi.
Batuan
beku yang mempunyai komposisi mineral yang sama tidak selalu mempunyai nama
yang sama. Jadi kenampakan sifat fisik (tekstur) merupakan dasar utama dalam
pemberian nama daripada komposisi mineral. Granit merupakan batuan beku
instrusif yang bertekstur kasar, sedang batuan beku dengan komposisi mineral
yang sama dengan granit tetapi bertekstur halus mempunyai nama riolit.
MINERAL
Bagian terluar dari
bumi yang disebut kerak bumi dan disusun oleh batuan dan mineral, merupakan
bagian yang sangat tipis dibandingkan dengan bagian bumi lainnya. Tetapi bagian
ini merupakan bagian bumi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia
sangat membutuhkan segala sesuatu dari bagian bumi ini seperti minyak bumi,
bahan baku industri dan juga bahan perhiasan seperti emas.
Kebanyakan
orang menganggap batuan adalah segala sesuatu yang keras, sedangkan mineral
adalah segala bahan galian atau batu mulia yang ditambang dan mempunyai nilai
ekonomis. Tetapi anggapan tersebut sangat jauh dari keadaan yang sebenarnya.
Batuan
dengan sederhana didefinisikan sebagai agregasi dari satu atau beberapa jenis
mineral yang bercampur menjadi satu, tetapi sifat dasar dari tiap mineral
tersebut masih tetap terlihat. Meskipun kebanyakan batuan tersusun dari
bermacam mineral, tetapi hanya mineral tertentu saja yang umumnya dijumpai
dalam jumlah yang dominan, sehingga materi tersebut dapat bertindak sebagai
batuan atau mineral.
Mineral merupakan bahan padat bentukan alam, umumnya
tersusun oleh material anorganik, mempunyai struktur atom tertentu dan sifat
kimia yang spesifik. Meskipun definisi tersebut dikatakan tepat tetapi masih
ada juga beberapa pengecualian. Batubara dan minyak bumi yang tersusun oleh
material organik, oleh beberapa ahli geologi dikategorikan sebagai mineral. Ada
juga beberapa mineral yang mempunyai komposisi yang bervariasi.
Pada
bagian ini terutama akan dibahas tentang mineral, meskipun tetap diingat bahwa
batuan merupakan agregat dari mineral.
Sifat Fisik Mineral
Mineral merupakan benda
padat yang terbentuk oleh proses anorganik. Tiap mineral memiliki susunan atom
yang teratur dan komposisi kimia tertentu, yang memberikan sifat fisik yang
spesifik. Untuk menentukan struktur atom dan komposisi kimia suatu mineral
diperlukan test dan peralatan yang sopistikated. Oleh sebab itu sifat fisik
mineral sering digunakan untuk mendeterminasi suatu mineral. Sifat fisik
mineral yang sering digunakan untuk mendeterminasi suatu mineral antara lain :
Bentuk kristal (form)
Bentuk kristal merupakan kenampakan luar mineral yang
mencerminkan susunan atom yang teratur dari mineral tersebut. Kadangkala suatu
mineral memiliki lingkungan yang memungkinkan mineral tersebut dapat membentuk
individu kristal dengan teratur. Beberapa kristal seperti mineral kuarsa, dapat
mengkristal dengan bentuk yang teratur, sehingga sangat memudahkan dalam
mendeterminasi kristal tersebut. Sebaliknya kebanyakan mineral mengkristal
dengan bentuk yang tidak beraturan, karena masing-masing membutuhkan ruangan
yang cukup untuk membentuk kristal yang teratur. Akibatnya kristal-kristal akan
saling tumbuh sehingga tidak membentuk kristal yang sempurna.
Kilap (Luster)
Kilap merupakan kenampakan
refleksi cahaya pada bidang kristal. Mineral dengan kenampakan seperti logam
disebut memiliki kilap logam (metalik), mineral dengan kilap non metalik mempunyai
kilap yang bervariasi, antara lain vitreous (kilap seperti kaca), pearly, silky, erathy, dll.
Beberapa mineral mempunyai kilap antara logam dan non logam disebut kilap
submetalik.
Warna (colour)
Meskipun warna merupakan sifat
fisik yang paling mudah dikenali, tetapi sifat fisik ini tidak dapat dijadikan
dasar untuk menentukan jenis mineral. Warna mineral kadang-kadang sudah
mengalami pengotoran, sehingga mineral yang sama dapat memiliki warna yang
berbeda.
Cerat
(Streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk
(diketahui dengan menggoreskan pada keping porselen). Meskipun warna suatu
mineral dapat bermacam-macam, tetapi ceratnya selalu sama. Jadi warna cerat
lebih merupakan warna asli dari mineral. Cerat dapat juga membantu untuk
membedakan mineral metalik dan non metalik. Mineral dengan kilap metalik
biasanya mempunyai cerat lebih gelap daripada cerat mineral dengan kilap non
metalik.
Kekerasan (Hardness)
Salah satu sifat fisik mineral yang sangat berguna
adalah kekerasan, yaitu daya tahan mineral terhadap abrasi atau goresan.
Kekerasan suatu mineral yang belum diketahui dapat diukur dengan menggoreskan
pada mineral lain yang telah diketahui kekerasannya, atau sebaliknya. Nilai
kekerasan dapat disebandingkan dengan skala Mohs, yaitu urutan dari kekerasan
mineral yang terdiri dari 10 mineral dengan kekerasan mulai dari 1 sampai 10.
1 |
Talk |
2 |
Gipsum |
3 |
Kalsit |
4 |
Fluorit |
5 |
Apanitit |
6 |
Ortoklas |
7 |
Kuarsa |
8 |
Topaz |
9 |
Korondum |
10 |
Intan |
Mineral yang tidak diketahui
kekerasannya dapat juga dibandingkan dengan benda lain yang diketahui
kekerasannya. Beberapa benda yang diketahui kekerasannya antara lain kuku
manusia mempunyai kekerasan 2,5, kaca 5,5 dan logam tembaga 3. Mineral gipsum
dapat dengan mudah digores dengan kuku, sedangkan kalsit dapat menggores kuku
manusia. Mineral Intan merupakan mineral yang paling keras yang sangat umum,
dan dapat digunakan untuk memotong kaca dengan mudah.
Belahan
(Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan mineral untuk pecah
melalui bidang yang rata. Mineral yang mempunyai bidang belah dapat diketahui
dengan menunjukkan adanya bidang yang rata apabila mineral tersebut dipecahkan.
Contoh mineral dengan belahan yang baik adalah mika. Karena mika mempunyai
belahan satu arah, maka bila mineral tersebut dihancurkan akan membentuk
lembaran-lembaran yang tipis. Mineral dapat mempunyai belahan beberapa arah,
tetapi ada pula mineral yang tidak mempunyai bidang belahan. Mineral yang
mempunyai belahan lebih dari satu arah dikenal dengan jumlah bidang rata yang
ditunjukkan dan sudut yang dibentuk oleh bidang belahannya.
Pecahan (Fracture)
Pecahan merupakan kenampakan
pecahan dari mineral. Kenampakan ini kebanyakan ditunjukkan oleh mineral yang
tidak mempunyai bidang belahan. Mineral kuarsa menunjukkan kenampakan seperti
pecahan kaca yang disebut konkoidal. Kebanyakan mineral menunjukkan pecahan
tidak rata.
Berat jenis (specifik gravity)
Berat jenis merupakan angka yang
menunjukkan perbandingan antara berat mineral dengan berat dari volume air.
Jika mineral mempunyai berat 3 kali dari berat air dengan volume yang sama,
maka mineral tersebut mempunyai berat jenis 3. Secara praktis berat jenis
mineral dapat diperkirakan dengan menimbang di tangan. Bila mineral tersebut
terasa berat, seperti beratnya satu contoh batuan, maka berat jenisnya sekitar
2,5 sampai 3. Mineral logam umumnya memiliki 3 kali lipatnya. Galena mempunyai
berat jenis 7,5 sedangkan berat jenis emas 24 karat adalah 20.
Mineral dengan berat jenis lebih besar dari 2,89
disebut dengan mineral berat. Mineral berat ini diperoleh dengan memisahkannya
dari mineral ringan dengan menggunakan cairan berat biasanya dipakai cairan
bromoform. Asosiasi kumpulan mineral berat dapat digunakan untuk mengetahui
sumber material dari sedimen atau batuan sedimen.
Penggolongan
Mineral
Lebih dari 2000 mineral telah
diketahui sampai sekarang ini, dan usaha-usaha untuk mendapatkan
mineral-mineral baru terus dilakukan. Dari jumlah tersebut hanya beberapa yang
umum atau sering dijumpai. Mineral-mineral yang dominan sebagai pembentuk batuan
penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan (Rock Forming Minerals).
Selain itu hanya sekitar 8 unsur yang dominan menyusun mineral-mineral
tersebut. Dua unsur yang paling dominan adalah oksigen dan silikon yang
bergabung untuk menyusun kelompok mineral yang sangat umum yaitu mineral
silikat. Setiap mineral silikat disusun oleh oksigen dan silikon, kecuali
kuarsa, ditambah dengan satu atau lebih unsur lainnya untuk membentuk sifat
kelistrikan yang netral. Setelah mineral silikat, group mineral yang umum
adalah mineral karbonat dengan mineral kalsit merupakan mineral yang paling
umum. Mineral yang umum sebagai pembentuk batuan adalah gipsum dan halit.
Beberapa mineral pembentuk batuan merupakan
mineral-mineral yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Mineral-mineral
tersebut biasanya merupakan mineral bijih dari logam seperti hematit (besi),
sfalerit (seng) dan galena (timbal). Selain itu group mineral hanya disusun
oleh satu unsur saja yang disebut native mineral seperti emas, platina dan karbon
(intan). Perlu juga dicatat, mineral pembentuk batuan lainnya juga banyak
mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti mineral kuarsa dapat digunakan untuk
industri kaca, mineral kalsit sebagai mineral utama dalam industri semen.
Tabel. Kelimpahan dari unsur-unsur
dalam kerak bumi
Oxygen (O) |
46,6 % |
Silicon (Si)
|
27,7 %
|
Aluminium (Al)
|
8,1 %
|
Iron (Fe)
|
5,0 %
|
Calcium (Ca)
|
3,6 %
|
Sodium (Na)
|
2,8 %
|
Potassium (K)
|
2,6 %
|
Magnesium (Mg)
|
2,1 %
|
Lainnya
|
1,5 %
|
Mineral-mineral
Silikat
Mineral
feldspar merupakan kelompok mineral yang sangat dominan. Mineral ini menyusun
lebih dari 50% kerak bumi. Kuarsa merupakan mineral yang umum kedua pada kerak
benua, hanya disusun oleh unsur silikon dan oksigen.
Setiap
group dari mineral silikat mempunyai struktur silikat yang karakteristik.
Struktur dalam dari mineral berhubungan erat dengan sifat belahan dari
mineralnya. Karena ikatan antara silikon dan oksigen sangat kuat, maka
mineral-mineral silikat cenderung untuk membelah melalui struktur silikon-oksigen
daripada memotong struktur tersebut. Contohnya mika mempunyai struktur
lembarang dan cenderung untuk membelah melalui bidang lembaran yang tipis.
Kuarsa yang mempunyai ikatan silikon-oksigen sangat kuat pada semua arahnya,
tidak mempunyai bidang belahan.
Tabel. Mineral-mineral silikat yang umum
Mineral |
Komposisi Kimia |
Belahan |
Struktur Silikat |
Olivin |
(Mg,Fe)SiO4 |
Tidak ada |
Tetrahedron tunggal |
Group Piroksin |
(Mg,Fe)SiO3 |
Dua arah saling tegaklurus |
Struktur rantai |
Group Amfibol |
(Ca2Mg5)Si8O22(OH)2
|
Dua arah 60o dan 120o |
Rantai ganda |
Mika (Muskovit) (Biotit) |
KAl3Si3O10(OH)2
K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2
|
Satu arah |
Lembaran |
Feldspar (Ortoklas) Plagioklas) |
KalSi3O8 |
Dua arah saling tegaklurus |
Lembaran |
Kuarsa |
SiO2 |
Tidak ada |
Rangkaian tiga dimensi |
Kebanyakan
mineral-mineral silikat terbentuk ketika cairan magma mulai mendingin. Proses
pendinginan ini dapat terjadi dekat permukaan bumi atau jauh di bawah permukaan
bukit dimana tekanan dan temperatur lingkungannya sangat tinggi. Lingkungan
pengkristalan dan komposisi kimia dari magma sangat mempengaruhi macam mineral
yang terbentuk. Contoh, mineral olivin mengkristal pada temperatur tinggi.
Sebaliknya kuarsa mengkristal pada temperatur yang rendah. Beberapa mineral
silikat sangat stabil pada permukaan bumi dan tetap menunjukkan sifat fisiknya
pada hasil pelapukan dari batuan. Mineral silikat lainnya terbentuk pada
kondisi tekanan yang ekstrim yang berasosiasi dengan proses metamorfisme. Setiap
mineral silikat akan mempunyai struktur dan komposisi kimia yang dapat
menunjukkan kondisi pada waktu pembentukkannya.
Macam
mineral silikat dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya. Mineral
silikat ferromagnesian adalah mineral silikat yang mengandung ion besi dan atau
magnesium di dalam struktur mineralnya. Mineral-mineral silikat yang tidak
mengandung ion-ion besi dan magnesium disebut mineral silikat non
ferromagnesian. Mineral-mineral silikat ferromagnesian dicirikan oleh warnanya
yang gelap dan mempunyai berat jenis antara 3,2 sampai 3,6. Sebaliknya
mineral-mineral silikat non ferromagnesian pada umumnya mempunyai warna terang
dan berat jenis rata-rata 2,7. Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh ada
tidaknya unsur besi di dalam mineral tersebut.
Mineral Silikat Ferromagnesian
Olivin
adalah mineral silikat ferromagnesian yang terbentuk pada temperatur
tinggi, berwarna hitam sampai hijau kehitaman, mempunyai kilap gelas dan
pecahan konkoidal. Mineral olivin pada umumnya menunjukkan kenampakan butiran
bentuknya relatif kecil dan bundar. Olivin disusun oleh tetrahedra tunggal yang
diikat bersama oleh campuran ion besi dan magnesium yang merangkai atom oksigen
bersama-sama. Mineral ini tidak mempunyai bidang belahan karena struktur
atomnya membentuk aringan tiga dimensi sehingga tidak membentuk bidang yang
lemah.
Piroksin, berwarna hitam, opak, dengan bidang belahan dua arah
membentuk sudut 90o. Struktur kristalnya disusun oleh rantai tunggal
tertrahedra yang diikat bersama-sama dengan ion-ion besi dan magnesium. Karena ikatan
silikon-oksigen lebih kuat daripada ikatan antara struktur silikat, maka
piroksin mudah terbelah sejajar dengan rantai silikat. Piroksin merupakan salah
satu mineral yang dominan dalam batuan beku basalt yang merupakan batuan yang
umum pada kerak samudera.
Hornblende
merupakan mineral yang umum dari kelompok amfibol. Mineral ini umumnya berwarna hijau gelap sampai hitam.
Belahannya dua arah membentuk sudut 60o dan 120o. Di
dalam batuan, hornblende berbentuk prismatik panjang. Bentuk inilah yang
umumnya membedakan dengan piroksin yang umumnya berbentuk prismatik pendek.
Hornblende umumnya dijumpai pada batuan yang menyusun kerak benua.
Biotit
merupakan anggota dari mika yang berwarna gelap karena kaya akan besi. Seperti
mineral mika lainnya, biotit disusun oleh struktur lembaran yang memberikan
belahan satu arah. Biotit mempunyai warna hitam mengkilap yang membedakan dari
mineral ferromagnesian lainnya. Seperti hornblende, biotit juga banyak dijumpai
pada batuan penyusun kerak benua, termasuk batuan beku granit.
Garnet
merupakan mineral yang strukturnya mirip olivin yaitu disusun oleh tetrahedra
tunggal yang dirangkai oleh ion-ion logam. Garnet juga mempunyai kilap kaca,
tidak mempunyai bidang belahan dan pecahan konkoidal. Warna mineral garnet
sangat bervariasi, tetapi yang paling umum adalah coklat sampai merah tua.
Garnet umumnya berbentuk kristal yang prismatik dan umumnya pada batuan
metamorf. Garnet yang transparant sering dijadikan batu mulia.
Mineral
Silikat Non Ferromagnesian
Muskovit
adalah jenis mineral mika yang sangat umum. Berwarna terang dengan kilap
seperti mutiara (pearly) dan seperti mineral mika lainnya belahannya satu arah.
Di dalam bataun muskovit sangat mudah dikenali karena sangat bercahaya
Feldspar
merupakan group mineral yang sangat umum, dapat terbentuk pada rentang
temperatur dan tekanan yang besar. Group mineral feldspar mempunyai sifat fisik
yang sama. Mineral ini mempunyai bidang belahan dua arah dan membentuk sudut
hampir 90o, relatif keras dan kilap bervariasi antara kilap kaca
sampai mutiara. Di dalam batuan mineral ini dikenali dengan bentuknya yang
rektangular dan permukaan yang licin.
Struktur
mineral feldspar adalah rangkaian tiga dimensi dari atom oksigen bergabung
dengan atom silikon. Seperempat sampai setengah dari atom silikon tergantikan oleh aton
aluminium. Perbedaan valensi antara aluminium (+3) dan silikon (+4),
menyebabkan terjadinya inklusi satu atau lebih oleh ion-ion seperti potasium
(-1), sodium (-1) dan kalsium (+2). Karena adanya perbedaan inklusi didalam
strukturnya, mineral feldspar dapat dibedakan menjadi 2 macam. Mineral ortoklas merupakan mineral feldspar
dengan ion potasium di dalam struktur kristalnya. Plagioklas feldspar adalah
mineral feldspar dengan ion kalsium dan atau sodium di dalam struktur
kristalnya.
Mineral
ortoklas berwarna krem terang sampai merah jambu, sedangkan plagioklas berwarna
putih sampai abu-abu terang. Meskipun keduanya mempunyai warna yang berbeda,
tetapi warna tersebut tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk membedakannya.
Salah satu sifat fisik yang dapat membedakannya adalah adanya striasi yang
sejajar pada mineral plagioklas yang tidak dijumpai pada mineral ortoklas.
Kuarsa merupakan mineral
silikat yang hanya disusun oleh silikon dan oksigen. Mineral kuarsa juga sering
disebut silika karena komposisinya SiO2. Karena struktur kuarsa
mengandung dua atom oksigen untuk tiap atom silikon, maka tidak dibutuhkan lagi
ion positif untuk menjadikan mineral kuarsa ini netral. Struktur kristal kuarsa
membentuk jaringan tiga dimenasi yang lengkap antara ion oksigen disekitar ion silikon, sehingga membentuk
suatu ikatan yang kuat antara keduanya. Akibatnya kuarsa tidak mempunyai bidang
belahan, sangat keras dan resisten terhadap proses pelapukan. Kuarsa mempunyai
belahan konkoidal. Pada bentuknya yang sempurna kuarsa sangat jernih, membentuk
kristal heksagonal dengan bentuknya piramidal. Warna mineral kuarsa sangat
bervariasi tergantung pada proses pengotoran pada waktu pembentukannya. Variasi
warna ini menyebabkan adanya bermacam mineral kuarsa. Mineral kuarsa yang umum
adalah kuarsa susu (putih), kuarsa asap (abu-abu), kuarsa ros (pink), ametis
(purple) dan kristal batuan (clear).
Lempung adalah terminologi untuk kompleks mineral yang
seperti mika mempunyai struktur lembaran. Mineral lempung pada umumnya berbutir
sangat halus dan hanya dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop. Mineral
lempung merupakan hasil dari pelapukan kimia mineral silikat, sehingga mineral
ini sangat dominan menyusun soil yang terdapat pada permukaan bumi. Salah satu
mineral lempung yang sangat umum adalah kaolinit yang sering dimanfaatkan dalam
bermacam-macam industri seperti keramik.
Mineral
Non Silikat
Meskipun
macam kelompok mineral ini sangat bernilai ekonomis, tetapi ada juga yang
sangat jarang dijumpai bila dibandingkan dengan mineral silikat.
Group |
Mineral |
Formula |
Kegunaan |
Oksida |
Hematit Magnetit Korondum |
Fe2O3 Fe3O4 Al2O3 |
Bijih besi Bijih besi Abrasive |
Sulfida |
Galena Sfalerit Firit Kalkofirit |
PbS ZnS FeS2 CuFeS2 |
Bijih umbal Bijih seng Bijih tembaga |
Sulfat |
Gipsum Anhidrit |
CaSO4.2H2O CaSO4 |
Untuk perekat Untuk perekat |
Halida |
Halit Fluorit |
NaCl CaF2 |
Garam manapun Industri logam |
Karbonat |
Kalsit Dolomit Malasit |
CaCO3 CaMg(CO3)2 Cu(OH)2CO3 |
Semen portland Semen portland Bijih tembaga. |
Unsur native |
Emas Tembaga Intan Sulfur Grafit |
Au Cu C S C |
|
Mineral
karbonat mempunyai struktur yang lebih sederhana dibandingkan dengan mineral
silikat. Group mineral ini disusun oleh ion karbonat kompleks (CO32-),
dan satu atau lebih ion positif. Dua macam mineral karbonat yang sangat umum adalah kalsit CaCO3
dan dolomit (CaMgCO3)2. Kedua mineral tersebut sangat
sulit dibedakan karena keduanya mempunyai sifat fisik dan kimia yang relatif
sama. Keduanya mempunyai kilap vetrous, kekerasan 3 – 4, dan mempunyai belahan
rombik. Tetapi eduanya dapat dibedakan dengan larutan asam klorida, tetapi
dolomit hanya dapat bereaksi dalam keadaan bubuk. Kalsit dan dolomit dapat
dijumpai bersama-sama sebagai penyusun batugamping dan doloston. Bila mineral
kalsit yang dominan batuannya disebut batugamping, sedang bila dolomit yang dominan
disebut doloston. Batugamping sangat banyak kegunaannya seperti sebagai bahan
bangunan, dan bahan pokok dalam industri semen. Sedangkan dolomit disebut juga
batukapur pertanian, karena sering digunakan untuk menyuburkan tanah.
Dua macam mineral non silikat lainnya
yang sering dijumpai dalam batuan sedimen adalah halit dan gipsum. Halit adalah
nama mineral untuk garam dapur, sedang gipsum adalah mineral yang sering
digunakan sebagai bahan perekat dan sebagai material bahan bangunan.