GEOLOGI DASAR 07 GEOHIDROLOGI AIR TANAH DAN SIKLUS HIDROLOGI
GEOHIDROLOGI
Hidrogeologi
dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila kita merujuk dari struktur
bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth,
1990) :
Hydro à merupakan kata sifat
(adjective) yang berarti ‘mengenai air’
Geology
à kata benda
Sehingga
dapat diartikan menjadi geologi air (the geology of water). Secara definitif dapat
dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja kerangka batuan dan
air tanah. Dalam prosesnya, studi ini menyangkut aspek-aspek fisika dan kimia
yang terjadi di dekat atau di bawah permukaan tanah. Termasuk di dalamnya
adalah transportasi massa, material, reaksi kimia, perubahan temperatur,
perubahan topographi dan lainnya. Proses ini terjadi dalam skala waktu harian (daily time scale). Sedangkan
gerakan air di dalam tanah melalui sela-sela dari kerangka batuan dikenal juga
dengan istilah aliran air tanah (groundwater flow). Definisi air tanah
ialah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan
sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase. Dapat juga disebut aliran yang
secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan
(Bouwer, 1978).
Air tanah mengalir dari daerah yang
lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih rendah dan dengan akhir perjalanannya
menuju ke laut. Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (recharge
area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan (discharge
area), yang merupakan daerah pantai maupun lembah dengan suatu sistem
aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai
bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) dimana aliran
air tanah (yang saturated) menjauhi muka air tanah.
Sedangkan daerah buangan didefinisikan
sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area)
dimana aliran air tanah (yang saturated) menuju muka air tanah (Freeze
dan Cherry, 1979). Biasanya di daerah tangkapan, muka air tanahnya terletak
pada suatu kedalaman tertentu sedangkan muka air tanah daerah buangan umumnya
mendekati permukaan tanah, salah satu contohnya adalah pantai.
Sistem
Akuifer dan Geologi Air Tanah
Beberapa istilah penting yang
merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu :
a. Akuifer
Definisi
akuifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang
permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak
terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil)
dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis.
b. Aquiclude
(impermeable layer)
Definisinya
ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang impermable
dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan
air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah
suatu confined aquifer.
c. Aquitard
(semi impervious layer)
Definisinya
ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang permable
dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan air
melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga
merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer.
d. Confined
Aquifer
Merupakan
akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan aquiclude
dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya
tidak ada air yang mengalir (no flux).
e. Semi
Confined (leaky) Aquifer
Merupakan
akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard
dan lapisan bawahnya merupakan aquiclude. Pada lapisan pembatas di
bagian atasnya karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer
tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil
dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih
besar dari tekanan atmosfir.
f. Unconfined Aquifer
Merupakan
akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya, yang merupakan aquitard,
hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard dilapisan
atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan
akuifer yang mempunyai muka air tanah.
g. Semi Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air (satured) yang dibatasi
hanya lapisan bawahnya yang merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada
pembatas yang mempunyai hidraulik konduktivitas lebih kecil daripada hidraulik
konduktivitas dari akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang
terletak pada lapisan pembatas tersebut.
h. Artesian Aquifer
Merupakan confined aquifer dimana ketinggian
hidrauliknya (potentiometric surface) lebih tinggi daripada muka tanah.
Oleh karena itu apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran maka akan timbul
pancaran air (spring), karena air yang keluar dari pengeboran ini
berusaha mencapai ketinggian hidraulik tersebut.
Lithologi, Stratigrafi dan Struktur
Kondisi
alami dan distribusi akuifer, aquiclude dan aquitard dalam sistem
geologi dikendalikan oleh lithologi, stratigrafi dan struktur dari material
simpanan geologi dan formasi (Freeze dan Cherry, 1979). Selanjutnya dijelaskan lithologi merupakan susunan fisik
dari simpanan geologi. Susunan ini termasuk komposisi mineral, ukuran butir dan
kumpulan butiran (grain pcking) yang terbentuk dari sedimentasi atau
batuan yang menampilkan sistem geologi. Stratigrafi menjelaskan hubungan
geometris dan umur antara macam-macam lensa, dasar dan formasi dalam geologi
sistem dari asal terjadinya sedimentasi. Bentuk struktur seperti pecahan (cleavages),
retakan (fracture), lipatan (folds), dan patahan (faults),
merupakan sifat-sifat geometrik dari sistem geologi yang dihasilkan oleh
perubahan bentuk (deformation) akibat adanya proses penyimpanan (deposition)
dan proses kristalisasi (crystallization) dari batuan. Pada simpanan
yang belum terkonsolidasi (unconsolidated deposits) lithologi dan
stratigrafi merupakan pengendali yang paling penting.
Beberapa Macam Unconfined Aquifer
Unconfined
aquifer merupakan akuifer dengan hanya satu lapisan pembatas yang kedap air
(dibagian bawahnya). Ketinggian hidraulik sama dengan ketinggian muka airnya.
Dari sistem terbentuknya dan lokasinya jenis akuifer ini ada beberapa macam,
yaitu :
a. Akuifer Lembah (Valley Aquifers)
Merupakan akuifer yang ada pada suatu lembah dengan
sungai sebagai batas (inlet atau outletnya). Jenis ini dapat
dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu di daerah yang banyak curah hujannya (humid
zone), seperti di Indonesia. Pengisian air terjadi pada seluruh areal dari
akuifer melalui transfiltrasi. Sungai-sungai yang ada di akuifer ini diisi
airnya (recharge) melalui daerah-daerah yang mempunyai ketinggian yang
sama dengan ketinggian sungai. Pada ilmu hidrologi pengisian yang menimbulkan
aliran ini dikenal dengan sebutan aliran dasar (base flow). Hal ini merupakan indikator bahwa
walaupun dalam keadaan tidak ada hujan (musim kemarau), pada sungai-sungai
tertentu masih ada aliran airnya. Disamping itu akibat adanya recharge
juga merupakan salah satu faktor penyebab suatu sungai berkembang dari
penampang yang kecil disebelah hulunya menjadi penampang yang besar di sebelah
hilirnya (mendekati laut).
Pada daerah gersang (arid zone) dimana curah
hujannya sedikit, kurang dari 500 mm per tahun, dan lebih kecil dari
penguapan/evapotranspirasi phenomenanya merupakan kebalikan dari daerah humid.
Karena pengisian (infiltrasi) ke akuifer tidak ada akibat sedikitnya curah
hujan, maka pengisian adalah dari sungai ke akuifer. Pada umumnya aliran pada
akuifer adalah pada arah yang sama dengan aliran sungai. Masalah yang terjadi umumnya :
-
Permeabilitas
besar dari sungai terutama pada bagian dasarnya, semakin besar permeabilitasnya
aliran sungai semakin kecil karena aliran akan meresap ke dalam tanah.
-
Pada
daerah rendah timbul masalah salinitas yang cukup besar, karena aliran air
tanah (Chebatarev, 1955 dan Toth, 1963) mengubah komposisi kimia makin ke hilir
mendekati unsur kimia air laut (misalnya NaCl).
b. Perched
Aquifers
Merupakan
akuifer yang terletak di atas suatu lapisan formasi geologi kedap air. Biasanya
terletak bebas di suatu struktur tanah dan tidak berhubungan dengan sungai.
Kadang-kadang bilamana lapisan di bawahnya tidak murni kedap air namun berupa aquitards
bisa memberikan distribusi air pada akuifer di bawahnya. Kapasitasnya tergantung
dari pengisian air dari sekitarnya dan juga luasnya lapisan geologi yang kedap
air tersebut.
c. Alluvial Aquifers
Alluvial Aquifers
merupakan material yang terjadi akibat proses fisik di sepanjang daerah aliran
sungai atau daerah genangan (flood plains). Akibat pergeseran sungai dan
perubahan kecepatan penyimpanan yang sebelumnya pernah terjadi maka simpanan
berisi material tanah yang beragam dan heterogen dalam distribusi sifat-sifat
hidaruliknya. Dalam klasifikasi tanah sering disebut welll graded.
Akibatnya kapasitas air di akuifer ini menjadi besar dan umumnya volume air
tanahnya seimbang (equillibrium) dengan air yang ada di sungai. Akuifer
ini membantu pengaturan rezim aliran sungai. Sehingga boleh dikatakan setiap
daerah dengan akuifer jenis ini, akuifer ini merupakan sumber yang penting
untuk suplai air. Di daerah hulu aliran sungai umumnya air sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan
mengisi akuifer ini (recharge). Hal ini terjadi karena ketinggian dasar
sungai relatif di atas ketinggian muka air tanah pada akuifer. Namun semakin ke
hilir aliran sungai terjadi sebaliknya, akuifer memberikan pengisian ke aliran
sungai (recharge), karena muka air tanah di akuifer relatif lebih tinggi
di bandingkan dengan dasar sungai. Pengisian ini menimbulkan aliran dasar (base
flow) di sungai sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau tidak terjadi
hujan di daerah pengaliran sungai (DPS). Ditinjau dari kuantitas kandungan air
yang dimilikinya, maka akuifer ini merupakan akuifer yang paling baik
dibandingkan dengan akuifer jenis lain.
AIRTANAH
Walaupun jumlah air tanah hanya sekitar satu persen dari
jumlah air yang menyusun bumi kita ini, tetapi jumlahnya sangat besar.
Diperkirakan jumlah air tanah pada kerak bumi sampai kedalamam 899 meter
sekitar 3000 kali lebih besar dari jumlah volume air yang berada pada semua
sungai, dan sekitar 20 kali dari jumlah volume air yang terdapat pada semua
danau dan sungai.
Di beberapa bagian di dunia ini
air yang berasal dari tanah tidak hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan
hidup manusia, tetapi juga digunakan untuk pertanian dan indutri. Di Indonesia
pemanfaatan airtanah ini dikelola oleh instansi dibawah Departemen Pekerjaan
Umum. Instansi tersebut adalah Proyek Pengembangan Air Tanah (P2AT). Instansi
inilah yang berusaha mengembangkan pemanfaatan air tanah untuk pertanian
terutama pada lahan pertanian yang belum dicapai atau dialiri oleh air dari
segi irigasi teknik.
Selain itu airtanah juga
merupakan media yang sangat penting dari proses erosi seperti aliran air permukaan.
Proses erosi yang dilakukan airtanahlah yang membentuk gua-gua di dalam tanah
dan kenampakan lain yang berhubungan dengan gua tersebut.
Penyebaran Airtanah
Air hujan sebagian akan menjadi
air permukaan, sebagian akan menguap, dan sebagian lagi akan meresap ke dalam
tanah menjadi airtanah. Sumber
airtanah yang berasal dari peresapan air hujan ini disebut air meteorik. Jumlah
air hujan yang meresap ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
kemiringan topografi, sifat batuan, intensitas hujan dan tipe serta jumlah
vegetasi yang terdapat pada daerah tersebut. Air hujan yang turun pada daerah
kemiringan lereng yang terjal dan disusun oleh batuan yang kedap air (impermeable), sebagian besar airnya
menjadi air permukaan (run off).
Sedangkan air hujan yang turun pada daerah yang landai dengan batuan yang tidak
kedap air (permeable), sebagian
besar airnya akan meresap kedalam tanah menjadi airtanah.
Air yang meresap kedalam tanah sebagian akan tertahan
oleh partikel-partikel tanah dan akan menguap kembali ke atmosfer, sebagian
akan diserap oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan terus meresap ke bawah sampai
pada suatu zona dimana pori-pori dari tanah seluruhnya terisi oleh air. Zona
tersebut disebut zona yang jenuh air
atau zona saturasi (zone of saturation). Air yang terdapat
dalam zona ini disebut airtanah. Batas teratas dari zona yang jenuh air ini
disebut muka airtanah (water table). Daerah di atas muka
airtanah, dimana tanah, sedimen atau batuannya tidak jenuh air disebut zone of aeration. Pada zona ini rongga antar
butiran terisi oleh udara.
Sumber Airtanah
Airtanah berasal dari bermacam sumber. Airtanah yang
berasal dari peresapan air permukaan disebut air meteorik (meteroic water).
Selain berasal dari air permukaan, airtanah dapat juga berasal dari air yang
terjebak pada waktu pembentukan batuan sedimen. Airtanah jenis ini disebut air konat (connate water). Aktivitas magma di dalam bumi dapat membentuk
airtanah, karena adanya unsur hidrogen dan oksigen yang menyusun magma.
Airtanah yang berasal dari aktivitas magma ini disebut dengan air juvenil (juvenile water). Dari ketiga sumber airtanah tersebut air meteorik
merupakan sumber airtanah yang terbesar.
Muka Airtanah (Water Table)
Muka airtanah merupakan kenampakan yang sangat penting bagi airtanah, terutama
untuk memperkirakan produktivitas dari suatu sumur, menerangkan tentang aliran
sungai dan mata air, dan menentukan fluktuasi dari air di danau dan sungai.
Meskipun muka airtanah tidak dapat diketahui secara
langsung tetapi kedudukannya dapat dipelajari dan dipetakan pada daerah yang
mempunyai banyak sumur, karena muka airtanah di sumur merupakan batas paling
atas dari zona yang jenuh air. Muka air tanah biasanya merupakan pencerminan
dari keadaan topografinya. Di daerah rawa muka airtanah akan tinggi, dan akan
turun ke bawah pada daerah yang rendah (gambar 1). Di daerah rawa muka airtanah
tepat berada di permukaan. Sedangkan muka airtanah yang berada di atas
permukaan akan membentuk danau atau sungai. Kedudukan muka airtanah sangat
bervariasi tergantung pada jumlah curah hujan dan permeabilitas dari tanah dan
batuan penyusunnya.
Hubungan antara muka airtanah dengan sungai yang
mengalir pada daerah yang basah (humid)
digambarkan pada gambar 2. Sungai yang airnya disuplai oleh airtanah, sehingga
sungai tersebut tetap berair pada musim kemarau, disebut sungai effuent. Sebaliknya di daerah kering (arid) dimana muka airtanah sangat
dalam, airtanah tidak dapat mensuplai aliran air sungai. Hanya sungai permanen
di daerah ini yang berasal dari daerah bawah yang kemudian mengalir ke daerah
kering. Pada kondisi yang demikian, zona saturasi yang berada di bawah lembah
sungai akan disuplai oleh air sungai, sehingga muka airtanah di bawah lembah
ini akan cembung ke atas. Sungai demikian disebut dengan sungai influen.
Pergerakan
Airtanah
Aliran airtanah sangat dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. Airtanah mengalir dari muka airtanah yang tinggi ke muka airtanah
yang rendah, yaitu menuju lembah sungai, danau atau mata air. Meskipun kebanyakan
airtanah mengalir ke tempat yang rendah sesuai dengan kemiringan muka airtanah,
tetapi sebagian airtanah mengalir melalui jalur yang melengkung ke daerah
tersebut di atas. Pada gambar 3, terlihat sebagian airtanah meresap ke sungai
dari segala arah. Ada juga aliran yang melengkung ke atas berlawanan arah
dengan gaya gravitasi. Aliran tersebut disebabkan oleh perbedaan ketinggian
muka airtanah yang menyebabkan perbedaan tekanan pada airtanah tersebut. Hal
ini dapat dikatakan bahwa airtanah di daerah perbukitan berada pada tekanan
yang lebih tinggi daripada airtanah yang berada di lembah sungai, sehingga
airtanah bergerak ke daerah yang bertekanan rendah. Jadi aliran yang berbentuk
garis melengkung di zona saturasi merupakan perpaduan antara gaya gravitasi dan
kecenderungan air untuk mengalir ke tempat yang tekanannya lebih rendah.
Keadaan material bawah tanah sangat mempengaruhi aliran
dan jumlah airtanah. Jumlah airtanah yang dapat disimpan dalam batuan dasar,
sedimen dan tanah, sangat tergantung pada porositas bahan tersebut. Porositas merupakan jumlah atau
persentase pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen. Selain pori
atau rongga antar butiran, rongga di dalam batuan dapat juga terbentuk karena
adanya kekar dan sesar, atau karena pelarutan batuan seperti yang sering
terbentuk pada batugamping.
Porositas suatu material sangat
bervariasi, sedimen pada umumnya mempunyai porositas antara 10% sampai 50%.
Besarnya porositas sangat tergantung pada bentuk dan ukuran butir, susunan
butiran, derajat sortasi dan derajat batuan sedimen. Sebagai contoh, lempung
dapat mempunyai porositas samapi 50%, sedang material yang disusun oleh gravel
mempunyai porositas 20%. Pada batuan yang disusun oleh ukuran butir yang sangat
bervariasi (sortasinya jelek), porositasnya akan turun, sebab butiran yang
halus akan mengisi rongga diantara butiran yang kasar. Batuan beku dan
metamorf, dan juga sebagian batuan sedimen yang disusun oleh mineral yang
saling tumbuh dan mengikat, porositasnya sangat kecil. Porositas yang besar
pada batuan semacam ini disebabkan oleh adanya rekahan-rekahan pada batuan
tersebut.
Selain porositas, sifat fisik
batuan lainnya yang mempengaruhi jumlah airtanah adalah permeabilitas. Permeabilitas merupakan kemampuan
batuan atau tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Airtanah mengalir
melalui rongga-rongga yang kecil. Semakin kecil rongganya, semakin lambat
alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akibatnya molekul air tersebut akan
tetap tinggal. Kejadian semacam ini terjadi pada lempung. Meskipun lempung
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyimpan air, tetapi karena porinya
sangat kecil, maka air tidak dapat bergerak atau mengalir. Lapisan atau batuan
yang disusun oleh material lempung yang tidak dapat melewatkan air disebut
lapisan kedap air (impermeable) dan disebut lapisan aquiclude. Sebaliknya batuan
yang disusun oleh material kasar seperti batupasir atau kerakal yang mempunyai
pori yang besar, airtanah akan mengalir dengan mudah. Batuan permeabel semacam
ini yang dapat mengalirkan airtanah dengan mudah disebut aquifer.
Mataair (Spring)
Mataair (spring) merupakan airtanah yang muncul
kepermukaan. Munculnya airtanah kepermukaan dapat disebabkan oleh bermacam
faktor, diantaranya adalah terpotongnya muka airtanah oleh topografi atau
sesar, atau karena adanya perbedaan sifat fisik batuan. Oleh karena itulah masa
air banyak dijumpai pada daerah pegunungan, karena pada daerah dengan topografi
tinggi banyak yang muka airtanah yang terpotong oleh topografi. Pada gambar 1,
terlihat bagaimana suatu mataair terbentuk oleh perbedaan sifat batuan. Lapisan
kedap air yang terdapat di atas muka airtanah, akan menghalangi aliran air yang
meresap ke dalam tanah, sehingga akan terbentuk suatu zona saturasi diatas
lapisan kedap air tersebut. Pada zona saturasi tersebut akan terbentuk muka
airtanah yang terjebak (perched water
table). Karena airtanah tersebut tidak dapat mengalir secara vertikal, maka
aliran airtanah tersebut akan mendatar, dan akan membentuk mataair bila
alirannya terpotong oleh topografi.
Sumur Bor (Well)
Salah satu pemanfaatan airtanah oleh manusia dilakukan dengan cara melakukan
pemboran sampai ke zona saturasi yang biasanya disingkat dengan sumur bor
(well). Kegiatan semacam ini sudah dilakukan sejak berabad lalu dan sampai
sekarang masih merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan airtanah. Sekarang ini pemanfaatan
airtanah bukan saja untuk kebutuhan manusia sehari-hari, tetapi juga untuk
pengairan atau irigasi.
Muka air laut selalu mengalami
fluktuasi tergantung musim. Pada musim kering muka airtanah turun, sedangkan
pada musim hujan muka airtanah akan naik. Untuk menjaga agar sumur bor dapat
selalu mensuplai air, maka pemboran harus dilakukan beberapa meter di bawah
muka airtanah. Pada waktu dilakukan pemompaan akan terjadi penurunan muka
airtanah disekitar sumur yang berbentuk kerucut yang disebut cone of depression. Bila pemompaan
dilakukan dalam jumlah yang sangat berlebihan, maka akan terjadi penurunan muka
airtanah yang meliputi daerah yang sangat luas. Kejadian ini dapat mempengaruhi
sumur-sumur bor launnya yang lebih dangkal. Untuk menghindari hal tersebut,
maka pemompaan airtanah harus disesuaikan dengan debit dan suplai airtanahnya.
Sumur Artesis
Istilah artesis digunakan untuk airtanah yang muncul kepermukaan dengan
tekanannya sendiri. Kondisi demikian dapat terjadi apabila lapisan aquifer yang
miring terletak diantara dua lapisan kedap air, sehingga salah satu sisinya
muncuk dipermukaan dan suplai airtanah dapat terjadi. Airtanah yang terdapat di
dalam aquifer semacam ini disebut airtanah
tertekan (confined grounwater).
Karena tekanan airtanah yang terdapat diatasnya, maka air akan naik. Bila tidak
ada hambatan, maka airtanah tersebut akan memancarkan sampai ketinggian airtanah
pada puncak aquifer. Adanya hambatan menyebabkan turunnya permukaan tekanan.
Semakin jauh dari daerah suplai air (discharge
area), hambatan semakin besar, dan kenaikan air semakin kecil. Pada gambar
4, sumur 1 merupakan sumur artesis negatif, karena ditempat ini permukaan
tekanan dibawah permukaan tanah. Jika permukaan tekanan berada diatas permukaan
tanah, maka sumur yang di bor sampai aquifer (sumur 2), merupakan sumur artesis
positif.
Mata Air Panas (Hot Spring)
Mata air panas adalah mata air yang temperatur
airnya sekitar 6o – 9o C diatas temperatur rata-rata disekitar mata air
tersebut. Pada umumnya mata air panas muncul di daerah gunung api. Airtanah
yang mempunyai sirkulasi pada tempat yang sangat dalam akan menjadi panas
karena adanya gradient geotermal,
yaitu perubahan temperatur bumi karena bertambahnya kedalaman. Tiap daerah
mempunyai gradient geotermal yang berbeda-beda. Pada umumnya di Indonesia
besarnya gradien geotermal adalah 3o per 100 meter. Artinya setiap masuk sampai
kedalaman seratus meter temperatur akan naik sekitar 3oC. Di daerah volkanik
angka ini akan bertambah besar, karena besar aktivitas magma di daerah ini.
Bila airtanah pada daerah semacam ini muncul dipermukaan, maka akan terbentuk
juga mata air panas.
Geyser
Geyser merupakan mata air panas yang pada waktu-waktu tertentu memuncratkan
airnya dengan tekanan yang besar. Semburan airnya sangat bervariasi, kadang
sampai 30 – 60 meter. Setelah air kemudian disemburkan udara panas yang
disertai dengan suara yang bergemuruh.
Geyser terjadi karena airtanah dipanaskan di dalam
suatu rongga di bawah tanah. Pada dasar rongga tersebut air berada pada tekanan
yang besar karena berat dari air yang berada diatasnya. Akibatnya titik
didihnya naik menjadi lebih dari 100oC. Karena pemanasan ini air mengembang,
dan sebagian mengalir keatas. Penurunan tekanan ini menyebabkan air dengan
cepat berubah menjadi uap air, dan menyebabkan terjadinya erupsi air panas.
Airtanah dari mata air panas dan geyser biasanya
mengandung banyak material terlarut daripada airtanah biasa, karena air panas
mempunyai sifat lebih mudah melarutkan. Apabila airnya banyak mengandung
silika, maka akan terbentuk endapan geyser disekitar mata air. Bila banyak
mengandung karbonat, maka akan terbentuk travertin, yang merupakan
karakteristik mata air panas di daerah batugamping. Beberapa mata air panas
banyak mengandung sulfur, yang menyebabkan rasa dan baunya tidak enak.
Energi Panas Bumi (Geotermal)
Beberapa geyser merupakan tempat yang potensial
untuk terkumpulnya energi geotermal, yaitu tiap air alam yang digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik. Beberapa negara seperti Selandia Baru, Italia,
Rusia, Meksiko, Amerika Serikat dan juga Indonesia, telah memanfaatkan energi
tersebut sebagai tenaga listrik. Beberapa faktor geologis yang menyebabkan
resevoir geotermal mempunyai nilai ekonomis antara lain :
1.
Ada
sumber panas yang potensial, seperti dapur magma yang besar. Dapur magma ini
harus cukup dalam sehingga mempunyai tekanan yang cukup besar dan pembekuan
magma relatif lambat, tetapi tidak terlalu dalam untuk sirkulasi airtanah.
Dapur magma semacam ini umumnya terdapat di daerah sekitar aktivitas gunung
api.
2.
Ada
batuan reservoir yang besar dan porous tempat tersimpannya uap air hasil dari pemanasan
sirkulasi airtanah oleh panas dari magma.
3.
Ada
lapisan penutup (cap rock) yang disusun oleh batuan kedap air supaya uap air
yang tersimpan tidak lepas kemana-mana.
Indonesia juga merupakan daerah dengan aktifitas
gunung api sangat besar, mempunyai potensi energi geotermal sangat besar.
Beberapa diantaranya telah dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang
disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, yaitu di Kamojang dan
Gunung Salak (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Lahendong (Sulawesi Utara),
sedang di daerah lainnya masih taraf eksplorasi. Beberapa kesulitan pemanfaatan
energi panas bumi ini adalah kebanyakan tempat-tempat dengan aktifitas magma
yang besar juga merupakan tempat-tempat dengan kegempaan yang besar juga.
Proses Geologi Oleh Airtanah
Proses erosi atau pengikisan batuan penyusun kerak bumi selain dilakukan oleh
air permukaan juga dapat dilakukan oleh airtanah. Proses erosi yang terutama
dilakukan oleh airtanah adalah pelarutan batuan. Karena proses pelarutan inilah
mengakibatkan komposisi kimia airtanah sangat tergantung pada unsur-unsur yang
terlarut didalamnya.
Batuan yang mudah larut seperti seperti batugamping mempunyai penyebaran yang
luas pada permukaan bumi. Pada daerah inilah airtanah memegang peranan penting
sebagai media erosi. Batugamping merupakan batuan yang mudah larut dalam air
yang mengandung asam karbonat. Kebanyakan air di alam mengandung asam tersebut,
karena air hujan melarutkan karbon dioksida yang terdapat di atmosfer dan dari
pembusukan tumbuhan. Bila airtanah bersentuhan dengan batugamping, akan terjadi
reaksi antara kalsit dengan asam karbonat yang membentuk kalsium bikarbonat,
yang mudah larut dan ditransport oleh airtanah.
SIKLUS HIDROLOGI
Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36
milyar km3. Dari jumlah tersebut sekitar 97,2% merupakan air yang berada di
laut, 2,15% berupa es dan salju, sedang sisanya yang 0,65% merupakan air yang
terdapat di danau, sungai, atmosfer dan air tanah. Meskipun persentase dari
bagian yang terakhir ini sangat kecil, tetapi jumlahnya sangat besar.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi
kehidupan di muka bumi. Dengan meningkatnya
kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut dan daratan. Sirkulasi
suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus hidrologi. Siklus ini
merupakan pancaran sistem energi matahari atmosfer merupakan rantai yang
menghubungkan lautan dan daratan. Air dari laut, secara tetap mengalami
evaporasi menjadi uap air yang berada di atmosfer. Angin akan mengangkut uap
air ini. Kadang pada jarak yang sangat jauh. Uap air ini akan berkumpul
membentuk awan. Apabila awan sudah jenuh, maka akan berubah menjadi hujan.
Hujan yang jatuh di laut mengakhiri siklus ini dan akan mulai dengan siklus
yang baru. Hujan yang jatuh di daratan akan melalui jalan yang lebih panjang
untuk mencapai laut.
Apa yang terjadi apabila hujan jatuh di daratan ?
Sebagian air hujan akan meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir
di permukaan ke darah yang lebih rendah, dan kemudian akan berkumpul di danau
atau sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Bila curah hujan lebih besar
daripada kemampuan tanah untuk menyerap air, maka kelebihan air tersebut akan
mengalir dipermukaan menuju ke danau atau sungai. Air yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) atau yang mengalir di permukaan (run off) akan menemukan jalannya untuk kembali ke atmosfer, karena
adanya evaporasi dari tanah, danau dan sungai. Air yang meresap ke dalam tanah
juga akan diserap oleh tumbuhan dan akan kembali menguap melalui daunnya
kembali ke atmosfer. Proses ini disebut transpirasi.
Apabila hujan jatuh di daerah beriklim dingin,
airnya tidak langsung meresap ke dalam tanah atau mengalir sebagai run off,
atau menguap. Air tersebut akan menjadi salju atau es, yang merupakan cadangan
air yang cukup besar di daratan. Apabila salju atau es ini mencair, dapat
menyebabkan naiknya muka air laut dan menggenangi daerah pantai.
Meskipun jumlah uap air di bumi waktu tertentu
sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total suplai air di bumi, tetapi
jumlah absolut dalam siklus yang melalui atmosfer setiap tahunnya sangat besar,
kira-kira 380.000 km3, jumlah yang cukup untuk menutupi permukaan bumi sampai
kedalaman sekitar satu meter. Karena jumlah total dari uap air di atmosfer
kira-kira tetap sama, maka curah hujan tahunan rata-rata di permukaan bumi
harus sama dengan jumlah air yang menguap. Tetapi untuk semua daratan, jumlah
curah hujan lebih banyak daripada penguapan, sebaliknya di laut, jumlah
penguapan lebih banyak daripada curah hujannya. Karena muka air laut tidak
mengalami penurunan, maka curah hujan di daratan sebanding dengan penguapan di
laut.
Siklus hidrologi menggambarkan gerakan air yang
terus menerus dari laut ke atmosfer, dari atmosfer ke daratan, dan dari daratan
kembali ke laut.
Air Yang Mengalir Di Permukaan
Diantara
proses geologi, air yang mengalir merupakan proses yang sangat penting bagi
manusia. Manusia tergantung pada sungai sebagai sumber energi, transportasi dan
irigasi; dan dataran sungai yang subur merupakan tempat yang paling baik untuk
tempat tinggal manusia sejak dulu kala. Sebagai agen yang dominan untuk merubah bentang alam,
aliran air telah membentuk lingkungan fisik manusia.
Meskipun manusia sangat tergantung pada air yang mengalir, tetapi tidak
pernah mengetahui sumber air tersebut. Hal ini berlangsung sampai pada abad ke
16 ketika manusia menyadari bahwa air berasal dari aliran permukaan dan
airtanah, yang keduanya bersumber dari air hujan dan salju. Air permukaan yang
mengalir akan terkumpul pada torehan-torehan kecil, yang akhirnya sampai ke
sungai. Ada dua istilah yang sering digunakan untuk aliran air permukaan yang
terkumpul ini, yaitu stream dan river. Walaupun keduanya mempunyai
pengertian yang sama, stream digunakan untuk sungai dalam segala ukuran, dari
torehan kecil sampai yang berukuran seperti Amazone, sedangkan river digunakan
untuk sungai utama yang mempunyai banyak cabang.
Aliran Air Sungai (streamflow)
Air yang mengalir menuju ke laut sangat dipengaruhi oleh gravitasi.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laut tergantung pada kecepatan aliran,
yang merupakan jarak yang ditempuh oleh aliran air dalam satuan waktu tertentu.
Ada sungai yang mempunyai kecepatan aliran hanya 0,8 km/jam dan adapula yang
sangat cepat sampai 30 km/jam. Kecepatan biasanya diukur pada beberapa lokasi
memotong saluran sungai yang kemudian dirata-ratakan. Pada saluran yang tegak
lurus, kecepatan terbesar terdapat di tengah saluran sedikit dibawah permukaan,
dimana terdapat tahanan yang terkecil. Tetapi pada sungai yang berkelok,
kecepatan maksimum terdapat pada bagian luar kelokan.
Kemampuan sungai untuk mengerosi dan mentransport material berhubungan
langsung dengan kecepatan aliran, jadi kecepatan merupakan ciri yang paling
penting. Variasi kecepatan aliran akan berhubungan langsung dengan perubahan
material sedimen yang ditransport oleh air. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan aliran yang tentunya juga mengontrol jumlah erosi oleh
sungai. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.
Kemiringan Sungai
2.
Bentuk, ukuran dan kekasaran dari dasar saluran
3.
Debit sungai
Faktor yang terutama mengontrol kecepatan aliran sungai adalah gradient
atau kemiringan lereng sungai. Gradien sungai dinyatakan dengan perbandingan
beda tinggi dengan jarak atau panjang mendatar dari sungai. Gradien sungai sangat
bervariasi antara satu sungai dengan yang lainnya. Semakin besar gradien antar
satu sungai semakin besar kecepatan alirannya. Jika kedua sungai yang mempunyai
karakteristik sama kecuali gradiennya, maka sungai yang mempunyai gradien lebih
besar akan mempunyai kecepatan aliran yang lebih besar pula.
Bentuk penampang melintang saluran menentukan
jumlah air yang bersentuhan dengan saluran dan ini akan mempengaruhi tahanan
gesernya. Saluran yang paling
efisien adalah yang mempunyai perimeter yang paling kecil. Meskipun luas
penampang dari ketiga saluran tersebut sama, tetapi bentuk saluran yang
setengah lingkaran mempunyai persentuhan air dengan saluran paling kecil,
sehingga mempunyai tahanan geser yang paling kecil. Jadi apabila faktor lain
dari ketiga saluran tersebut sama, maka air akan mengalir lebih cepat dalam
saluran setengah lingkaran.
Ukuran dan kekasaran dasar saluran berpengaruh juga terhadap besarnya
tahanan saluran. Bila ukuran saluarn bertambah, maka perbandingan perimeter
dengan penampang melintang saluran akan berkurang, sehingga efisiensi aliran
bertambah besar. Efek dari kekasaran dasar saluran berpengaruh terhadap macam
aliran dalam saluran. Bila salurannya halus akan menghasilkan aliran seragam (uniform flows), sedang bila dasar
saluran kasar, seperti misalnya banyak bolder, akan menghasilkan aliran turbulen.
Debit (discharge) sungai
adalah jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan waktu tertentu,
biasanya diukur dengan meter kubik per detik. Debit sungai biasanya diperoleh
dari perkalian antara luas penampang melintang saluran dengan kecepatan
alirannya.
Debit sungai selalu berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh curah hujan
dan pencairan salju yang tidak selalu tetap. Jika debit sungai berubah, maka
faktor-faktor yang berpengaruhpun akan mengalami perubahan. Bila debit
bertambah, maka lebar dan kedalaman dari saluran akan bertambah besar atau air
mengalir lebih cepat. Dari penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa
dengan bertambahnya jumlah air yang mengalir, maka lebar, kedalaman dan
kecepatan akan meningkat pula. Jadi untuk mengimbangi peningkatan debitnya,
sungai akan mengalami proses pelebaran dan pendalaman saluran sungai.
Perubahan Sungai Ke Arah Hilir (downstream)
Salah satu jalan untuk
mempelajari suatu sungai adalah penampang memanjang sungai (longitudinal profile). Profil ini
menggambarkan penampang sungai mulai dari bagian hulu (head atau headwater)
sampai ke muara sungai. Kenampakan utama dari tipe profil memanjang sungai
adalah penurunan gradien sungai dari hulu ke muara. Secara umum bentuk
penampang tersebut adalah busur yang cekung ke atas.
Ada hubungan terbalik antara gradien dan debit sungai. Bial kemiringan
sungai besar, maka debitnya kecil, dan bila debit besar maka gradien sungai
kecil. Atau bisa dikatakan bahwa di bagian hulu sungai dapat mempunyai
kecepatan yang besar walaupun kemiringannya kecil, karena debit yang besar,
saluran yang lebar dan dasar sungai yang relatif halus.
Bidang Datum (Base Level) dan
Keseimbangan Sungai (Graded Stream)
Satu hal yang penting yang
mengontrol aliran sungai adalah bidang datum (base level), yang merupakan titik
terendah dimana aliran air dapat melakukan erosi (pengikisan). Dua tipe umum
dari base level, muka air laut (sea level) yang disebut ultimata base level,
yang merupakan batas terendah dari proses erosi oleh sungai, dan temporary atau
lokal base level, yang ditunjukkan oleh danau. Batuan yang resisten, dan sungai
utama, yang merupakan base level bagi cabang-cabang sungainya.
Sungai selalu akan menyesuaikan dirinya dengan
perubahan yang terjadi. Pada suatu kondisi tertentu sungai akan berada pada
suatu keadaan dimana sungai tidak melakukan proses erosi ataupun deposisi.
Sungai pada kondisi demikian disebut dalam kondisi kesetimbangan atau graded stream.
Proses Yang Dilakukan Oleh Aliran
Air Di Sungai
Proses yang dilakukan oleh sungai adalah erosi,
transportasi dan pengendapan. Proses tersebut berjalan bersama-sama pada setiap
sungai, walaupun di bawah ini akan dibahas satu persatu.
1. Proses Pengikisan (erosi)
Meskipun sebagian besar material yang diangkut
oleh sungai berasal dari material yang diangkut oleh air tanah, aliran air
permukaan dan mass wasting, sungai juga menambah jumlah angkutannya dengan
mengerosi batuan yang dilaluinya. Bila batuan yang dilalui sangat kompak
(bedrock), maka proses erosi dilakukan dengan cara abrasi yang dilakukan oleh
material sedimen yang diangkut oleh air. Material yang berukuran kasar biasanya
dilepas dari batuannya dengan melakukan pengeboran oleh air pada dasar saluran
yang disebut potholes. Tetapi bila
batuannya tidak kompak (lepas), maka pengikisan dilakukan oleh air sendiri.
2. Proses Pengangkutan (transportasi)
Sungai akan mengangkut material hasil erosinya
dengan cara pelarutan (dissolved load),
suspensi (suspended load) dan sepanjang dasar saluran (bed load).
Material terlarut diangkut ke sungai oleh air
tanah dan sebagian kecil berasal dari batuan yang mudah larut sepanjang sungai.
Jumlah material yang terlarut sangat bervariasi dan sangat tergantung pada
iklim dan kondisi geologinya.
Kebanyakan sungai mengankut material hasil
erosinya dengan suspensi. Material yang diangkut dengan cara suspensi ini
umumnya berukuran pasir halus, lanau dan lempung. Pada waktu banjir, material
yang ukurannya besar dapat juga diangkut dengan cara suspensi. Juga pada waktu
banjir material suspensi akan meningkat jumlahnya.
Banyak juga material sungai yang ukurannya
terlalu besar untuk diangkut dengan cara
suspensi. Material kasar ini
akan bergerak pada dasar sungai sebagai bedload. Material ini mengerosi dasar
sungai, sehingga sungai menjadi bertambah dalam.
Material bedload bergerak sepanjang dasar sungai dengan cara
menggelinding (rolling), meluncur (sliding) dan meloncat (saltasi). Sedimen yang bergerak dengan
saltasi akan meloncat sepanjang dasar sungai. Hal ini terjadi karena material tersebut
ditabrak oleh sedimen yang diangkut sehingga akan terangkat dan akan turun
kembali ke dasar karena gaya beratnya. Sedimen yang terlalu besar untuk
bergerak.
Tidak seperti sedimen suspensi dan terlarut yang bergerak tetap pada
sungai, sedimen bedload hanya bergerak apabila kekuatan air cukup besar untuk
menggerakannnya. Sedimen bedload sangat sulit diukur, karena terjadi pada waktu
banjir.
Kemampuan sungai untuk mengangkut material hasil
erosinya diukur dengan dua kriteria. Yang pertama, kompetensi sungai, yaitu ukuran maksimum dari sedimen yang dapat
diangkut. Kompetensi sungai sangat tergantung pada kecepatan aliran sungai.
Jika kecepatan aliran sungai meningkat dua kali lipat, maka gaya impak yang
dilakukan oleh air akan meningkat sampai empat kali. Jika kecepatan meningkat
sampai tiga kali lipat, maka gaya impak dari air akan meningkat sampai sembilan
kali. Jadi pada kecepatan yang rendah, bolder akan tetap diam, dan akan
bergerak pada waktu banjir ketika kecepatan aliran meningkat. Yang kedua, kapasitas sungai, yaitu jumlah maksimum
sedimen yang mampu diangkut oleh aliran sungai. Kapasitas sungai sangat
berhubungan dengan debit sungai. Semakin besar debit sungai, semakin besar juga jumlah sedimen yang dapat diangkut.
3. Proses Pengendapan
Ketika kecepatan sungai menurun, maka kompetensi
sungai juga menurun. Akibatnya, sedimen suspensi akan mulai mengendap. Endapan
sedimen ini disebut dengan aluvial. Meskipun sebagian sedimen terendapkan
sementara di sungai, sebagian lainnya akan mencapai laut. Bila sungai mencapai
tubuh air yang tetap seperti laut atau danau, kecepatannya menurun dengan
cepat, dan akan mengendapkan sedimen yang diangkutnya di mulut sungai yang
disebut delta. Sedimen halus yang berukuran lanau dan lempung akan terendapkan
agak jauh dari muara sungai dengan membentuk lapisan yang hampir mendatar yang
disebut lapisan bottomset.
Kelanjutan dari lapisan bottomset, mulai terendapkan lapisan foreset. Lapisan
ini disusun oleh sedimen kasar, yang diendapkan begitu aliran mancapai laut
atau danau, membentuk lapisan yang miring. Lapisan foreset biasanya ditutupi
oleh lapisan mendatar yang tipis yang terbentuk pada waktu banjir yang disebut topset. Pertumbuhan dari delta
menyebabkan gradien sungai akan mengalami penurunan, sehingga sungai mencari
jalan yang lebih pendek untuk mencapai base level. Akibatnya delta akan
berkembang membentuk segitiga seperti huruf Yunani delta. Itulah sebabnya
endapan di muara sungai ini disebut delta.
Sungai-sungai besar seperti Nil, Mississippi dan
Mahakam membentuk delta yang telah berkembang mulai jutaan tahun yang lalu
sehingga membentuk delta yang sangat luas. Selain itu sungai utama membaginya
menjadi beberapa saluran yang disebut distributaries, kenampakan yang terlihat
pada delta yang besar.
Meskipun delta sering terbentuk pada sungai besar,
tidak semua sungai besar dapat membentuk delta. Sedimen yang besar jumlahnya,
oleh kekuatan arus dan ombak disekitar muara sungai akan disebarkan kembali
begitu diendapkan di muara. Kadang-kadang sungai besar juga tidak mengangkut
sedimen dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk delta.
Kipas
aluvial (aluvial fan) adalah endapan sungai yang bentuknya seperti delta yang
terbentuk di daratan. Sungai-sungai yang mengalir di gunung, setelah mencapai
dataran, gradien sungai akan turun dengan drastis, sehingga akan mengendapkan
material yang diangkutnya. Biasanya material kasar diendapkan dekat kemiringan
lereng, sementara yang halus terendapkan lebih jauh pada pedataran.
Sungai yang lebar dengan lembah yang datar, kadang-kadang membentuk tanggul
alam (natural level), merupakan
endapan yang sejajar lembah. Tangggul alam ini dibentuk oleh endapan banjir
yang terjadi secara periodik selama bertahun-tahun. Ketika banjir, air sungai
akan melewati tebing sungai dan kecepatan menurun drastis, sehingga akan
meninggalkan endapan sedimen kasar pada tepi sungai. Ketika air melimpah,
sedimen halus terendapkan di dasar lembah. Penyebaran sedimen yang tidak merata
ini akan membentuk kemiringan yang landai dari tanggul alam. Daerah di belakang
tanggul alam dicirikan oleh drainase yang jelek dan air tidak dapat mengalir
kembali ke sungai, sehingga terbentuk rawa-rawa yang disebut back swamp. Cabang-cabang sungai yang
terbentuk sejajar dengan sungai utama dan memotong tanggul alam disebut dengan yazzo tributaries.