GEOLOGI DASAR 10 POLA PENGALIRAN


POLA PENGALIRAN

Di dalam proses geologi maupun geomorfologi, air memegang peranan penting karena mempunyai kemampuan sebagai pengantar proses pelapukan, erosi yang dapat mengukir permukaan bumi, media transportasi dan proses sedimentasi. Kegiatan dari air akan teralurkan dalam lembah-lembah pengaliran dan pembentukannya selain ada sumber air (hujan, mencairnya es, munculnya mataair) juga dipengaruhi oleh litologi, proses-proses diatrophisma dengan struktur-struktur geologi yang dihasilkan, dan lereng-lereng yang menentukan arah alirannya (adanya relief dari permukaan bumi). air hujan setelah jatuh ke permukaan bumi dapat mengalami evaporasi, merembas ke dalam tanah dan dapat muncul sebagai mata air, diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan binatang, transpirasi dan sisanya mengalir sebagai aliran permukaan (surface run off).

 

 BACA JUGA YA SERI   1  2  3  4  5  6  7  8  9


Bentuk-Bentuk Erosi Oleh Air

Aliran air di permukaan bumi dapat menyebabkan terjadinya erosi, yang berkembang dari bentuk Splash erosion, Rill erosion, Gulley erosion, Valley erosion dan Sheet erosion.

 

Splash erosion, erosi ini umumya terdapat pada daerah yang beriklim sedang atau tropis. Ini terjadi pada waktu hujan sampai di permukaan bumi dan mampu mengadakan benturan atau pukulan-pukulan dalam bentuk relief berupa lubang-lubang.

 

Rill erosion, yaitu perluasan dari splash erosion, dimana satu dan lainnya saling berhubungan tetapi cekungan yang dibentuknya relatif menjadi linier, sedikit sekali mengalami pembelahan atau pengembangan. Lembahnya mengalami pendalaman (deepen of valley). Rill erosion inilah yang merupakan awal mula sungai (initial river) dan masih belum membentuk alur atau gulley, erosi ini umumnya terdapat pada suatu daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 18o.

 

Gully erosion, suatu pengembangan rill erosion yang bukan lagi merupakan erosi-erosi selektif tetapi sudah berkembang ke arah erosi samping, atas dasar ini terjadilah perkembangan lembah yang bersifat melebar ke arah samping (widen of valley). Morfologi berubah secara cepat karena material-material yang diangkut oleh erosi ini lebih besar, terlebih lagi batuan penyusun tanah itu mempunyai resistensi rendah, misalnya pada batulempung atau batugamping klastik. Pada umumnya gulley erosion terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng antara 10o – 18o. Sebagai akibat lanjut dari erosi ini dapat terbentuk hanging cliff sehingga dapat terjadi rock fall pada daerah tersebut.

 

Valley erosion, suatu kegiatan erosi hasil pertemuan gulley erosion, proses ini terdapat pada kemiringan 5o - 15o dengan gradien verhang yang kecil. Proses meander berjalan sangat kompleks bahkan sedimentasi berjalan dengan sangat hebat, yaitu berasal dari rill dan gulley erosion. Perkembangan lembahnya banyak terjadi dimana pemanjangan lembah (lenghten of valley) sudah berjalan intensif disamping pelebaran lembah (widen of valley). Untuk pendalaman lembah tidak begitu besar pengaruhnya kalau dibandingkan dengan kedua macam perkembangan lembah tersebut (widen & lenghten of valley) karena pada saat akan berubah menjadi deepen of valley sudah diimbangi oleh sedimentasi.

 

Sheet erosion, terjadi pada daerah dengan kemiringan lebih kecil dari 5o (oblique). Sheet erosion ini berkembang atau terjadi karena pertemuan valley erosion sedangkan proses deepen of valley terpengaruh oleh sedimentasi yang secara efektif diangkut oleh aliran.

Keseluruhan proses tersebut berkembang pada suatu tempat mengalirnya air secara alamiah dengan membentuk pola tertentu yang disebut sungai.

 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Erosi

Faktor-faktor cepatnya erosi dipengaruhi oleh faktor setempat, yaitu :

a.     Kuantitas atau volume air yang mengalir di permukaan

b.     Jenis batuan atau tanah

c.      Topografi (kemiringan lereng)

d.     Kuantitas vegetasi penutup (covered vegetation)

e.      Peranan manusia (artefac)

 

Pembagian Jenis Sungai 


Sifat aliran terbagi menjadi :


a.  Eksternal

Aliran air dipermukaan yang membentuk sungai, danau dan rawa-rawa.

b.       Internal

Aliran air bahwa permukaan, terdapat pada daerah karst, endapan eolian (loess), gurun pasir.

 

 

Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai :


a.  Sungai normal/permanen/perenial

Sungai yang debit airnya tetap.

b.  Sungai periodis/intermittenr

Kandungan airnya tergantung pada musim, pada musim hujan debit airnya besar, sedangkan pada musim kemarau debit airnya kecil sampai kering.

c.  Sungai episodis

Umumnya terdapat di daerah gurun yang hanya berair setelah turun hujan lebat.


Berdasarkan genesanya :


a.  Sungai konsekuen

Mengalir searah dengan kemiringan awal kubah, pegunungan blok yang baru terangkat, dataran pantai yang terangkat.

b.  Sungai subsekuen

Mengalir sepanjang jurus perlapisan batuan dan membentuk lembah sepanjang daerah lunak.

c.  Sungai obsekuen

Mengalir berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan dan berlawanan arah dengan sungai konsekuen. Biasanya pendek dengan gradien tajam dan merupakan sungai musiman yang mengalir pada gawir. Umumnya merupakan cabang dari sungai sebsekuen.

d.  Sungai resekuen

Mengalir searah kemiringan lapisan batuan dan searah sungai konsekuen, tetapi cenderung baru/terbentuk kemudian (resequent = resent – consequent).

e.  Sungai insekuen

Merupakan sungai yang tidak jelas pengendaliannya. Tidak mengikuti struktur batuan dan tidak jelas mengikuti kemiringan batuan. Pola aliran umumnya dentritik dan banyak menyangkut sungai-sungai kecil.

 

Berdasarkan atas struktur-struktur asing (foreign structure) atau lembah-lembah yang memotong struktur geologi (transversal) :

a.  Sungai superimpos (superimposed/superposed)

Sungai mula-mula mengalir diatas endapan alluvial atau dataran peneplain, dengan lapisan tipis yang menutupinya sehingga lapisan bawahnya tersembunyi. Jika terjadi rejuvinasi, sungai tersebut mengikis endapan alluvial atau lapisan penutup tersebut dan menyingkap lapisan dibawahnya tanpa banyak mengubah pola aliran semula.

b.  Sungai anteseden

Sungai yang mengalir tetap pada pola alirannya meskipun selama itu terjadi perubahan-perubahan struktur, misalnya sesar dan lipatan. Ini dapat terjadi jika struktur terbentuk secara perlahan. Jika sungai anteseden di daerah yang mengalami pengangkatan yang sedemikian rupa sehingga kemiringan berlawanan arah aliran sungai disebut Anaklinal.

c.  Sungai compound (Compound stream)

Adalah sungai yang mengairi daerah dengan umur geomorfik yang berbeda-beda. Composite mengaliri daerah dengan struktur-struktur geologi yang berlainan, misalnya Bengawan Solo, Citarum, Asahan dan sebagainya (termasuk dalam compound dan composite stream).

 

Berdasarkan atas hubungan-hubungan terhadap perubahan batas erosi vertikal (base level) :

a.  Lembah tenggelam

Yaitu lembah yang tertutup air laut (drowned) akibat naiknya permukaan air laut.

b.  Lembah rejuvinated

Yaitu lembah yang terlihat kembali akibat turunnya permukaan air laut.

 

Menurut struktur pengontrol

Struktur pengontrol pada pola aliran misal adanya lembah antiklin, lembah sinklin, lembah monoklin, lembah sesar dll.

 

Sistem Dan Pola Pengaliran


Sistem Pengaliran (Drainage System)

Menurut J.R. Desaunettes : Sistem pengaliran suatu sungai beserta cabang-cabangnya yang membentuk suatu kesatuan sistem sungai yang mengalir melalui suatu lembah yang merupakan drainage basin dan terpisah dari cekungan lainnya yang bersebelahan oleh suatu batas air (water shed).

 

Pola Pengaliran (Drainage Pattern)

Arthur Davis Howard (1966) : Kumpulan jalur-jalur pengaliran hingga bagian terkecilnya yang mengalami pelapukan atau tidak ditempati oleh sungai secara permanen.

J.r. Desaunetts : Susunan garis-garis aliran alamiah yang mempunyai pola tertentu pada suatu daerah yang dikaitkan dengan kondisi geologi lokal dan sejarah geologinya.

William D. Thornbury (1954) : Merupakan penggabungan dari beberapa individu sungai yang saling berhubungan membentuk suatu pola dalam kesatuan ruang. Istilah yang lebih baik digunakan dalam hal ini adalah Tata Pengaliran (drainage arrangements). Disebut tata pengaliran karena mencerminkan hubungan yang lebih erat dari masing-masing individu sungai dibandingkan garis-garis aliran yang terbentuk pada pola dasar pengaliran yang umum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pola aliran :

a.          Kemiringan lereng.

b.         Perbedaan resistensi batuan.

c.          Kontrol struktur.

d.         Pembentukan pegunungan.

e.          Proses geologi kuarter.

f.           Sejarah dan stadia geomorfik dari cekungan pola pengaliran (drainage basin).

 

Klasifikasi Pola Pengaliran dan Makna Geologinya

Menurut Arthur Davis Howard, terjadi dua, yaitu :

a.     Pola Dasar (basic pattern) : Sebuah pola aliran yang mempunyai karakteristik yang khas yang dapat secara jelas dibedakan dengan bentuk pola dasar lainnya.

b.     Pola Ubahan (modified basic pattern) : Sebuah bentuk pola aliran yang berbeda dari pola dasar dalam beberapa aspek regional.

   

Klasifikasi Pola Aliran menurut William D. Thornbury :


1.  Dendritik

Ditunjukkan oleh percabangan-percabangan sungai yang tidak teratur dengan berbagai arah dan sudut, terbentuk pada batuan dengan resistensi yang seragam tanpa adanya kontrol struktur, dijumpai pada batuan sedimen horizontal atau dalam daerah batuan beku yang massif tetapi kemungkinan terdapat pula pada lipatan atau batuan metamorf kompleks. Pola ubahan yang teristimewa adalah Pinnate, dimana cabang sungai subparalel terhadap sungai induk dan membentuk sudut yang lancip.

 

2.  Paralel

Selalu dijumpai pada permukaan lereng, dipengaruhi struktur, ditandai dengan jarak yang teratur antara cabang-cabang sungai yang mengalir sejajar.

 

3.  Trellis

Memperlihatkan suatu system sungai yang subparalel, dimana terdapat sungai-sungai besar yang mengalir sepanjang jurus formasi batuan atau sejajar dengan kenampakan topografi yang parallel yang terbentuk dari endapan oleh tenaga angin dan es. Ranting-ranting sungai (sungai primer) mengalir tegak lurus terhadap sungai cabangnya (main stream) dan kadangkala memotong tegaklurus diantara pungungan-punggungan, cabang-cabang sungai mengalir searah dengan sungai utama (master stream). Pola trellis mencerminkan adanya pengaruh struktur pada sebagian besar sungai, kecuali pada sungai utama. Pola pengaliran Fault Trellis dijumpai pada sesar-sesar yang parallel, dimana sungai-sungai mengalir berselingan dengan daerah batuan lunak diantara daerah batuan keras.

 

4.  Barbed

Umumnya pola ini terdapat secara local/ setempat dan dijumpai pada bagian hulu atau sekitarnya dari suatu system pengaliran. Cabang-cabang sungai bergabung dalam sungai induk pada permulaan aliran. Pola ini ditunjukkan oleh arah aliran cabang-cabang sungai yang berlawanan dengan arah aliran kemungkinan disebabkan oleh pengangkatan dan defirmasi, kemungkinan lain akibat perubahan aliran karena adanya glasial

 

5.  Rectangular

Pola pengaliran dimana sungai induk dan cabang-cabangnya membentuk sudut siku-siku. Mencerminkan pengaruh struktur oleh system sesar dan kekar. Salah satu pola ubahannya adalah Angulate yang terbentuk oleh kekar dan sesar dimana antara cabang sungai dan sungai utama membentuk sudut lebih lancip dan siku-siku.

 

6.  Deranged

Ditandai oleh aliran sungai-sungai yang tidak teratur yang mengalir menuju dan keluar danau, serta hanya terdiri dari cabang-cabang sungai pendek. Umumnya antara sungai satu dengan lainnya dibatasi oleh rawa-rawa dan seringkali sungai-sungai tersebut menghubungkan rawa yang satu dengan rawa yang lainnya.

 

7.  Radial

Memiliki garis-garis pola aliran yang memusat menuju pusat suatu titik ketinggian, terbentuk pada kubah, tubuh gunungapi dan pada tipe-tipe bukit kerucut (conical hills) yang terisolasi.

8.  Centripetal

Memperlihatkan garis-garis pola aliran yang memusat menuju pusat depresi. Dijumpai pada sinkholes, kawah, kaldera dan cekungan depresi lainnya.

 

9.  Annular

Dijumpai pada kubah tua yang telah tererosi dengan lapisan batuan yang melingkar selang-seling antara batuan resisten dan nonresisten.

 

10.     Braided

Ditandai oleh sungai-sungai yang membelah beberapa saluran pengairan yang masing-masing terpisah satu dengan lainnya oleh gosong (Island) atau bar.

 

11.     Distributary

Pola ini ditandai kenampakan aliran sungai-sungai yang membelah saluran-saluran pengaliran yang berdiri sendiri pada daerah sepanjang delta.

 

Pola Dasar (Basic Pattern)


1.     Dendritik

Ø Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon

Ø Mencerminkan kekerasan batuan yang sama (homogenitas batuan) atau soil seragam

Ø Lapisan sedimen horizontal atau miring landai

Ø Kontrol struktur tidak begitu nampak jelas

 

2.  Paralel

Ø Dibentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau parallel pada bentang alam yang memanjang

Ø Mencerminkan kemiringan lereng yang cukup besar dan hampir seragam

 

3.  Trellis

Ø Dibentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang berukuran sama, dengan aliran tegak lurus sepanjang sungai-sungai induk subsekuen yang paralel

Ø Terdapat pada daerah lipatan, patahan yang parallel, daerah blok punggungan pantai hasil pengangkatan dasar laut, daerah vulkanik atau metasedimen derajat rendah dengan pelapukan yang berbeda-beda.

 

4.  Rectangular

Ø Aliran cabang sungai tegak lurus terhadap sungai induk

Ø Aliran memotong daerah secara kontinyu

Ø Mencerminkan kekar atau sesar yang saling tegak lurus dan tidak serumit pola trellis (kerapatan lebih kecil dari trellis)

 

5.  Radial

Ø Bentuk aliran memancar dari satu titik pusat, berasosiasi dengan tubuh gunung api atau kubah bertahap muda

Ø Dalam konsep Davis pola radial ini adalah menyebar dari satu titik pusat (sentafugal) sedangkan klasifikasi lainnya menyatakan pola radial mencakup dua system pola aliran yaitu sentafugal dan sentripetal

 

6.  Annular

Ø Cabang sungai mengalir tegak lurus sungai induk subsekuen yang melingkar

Ø Pada struktur kubah dan cekungan, diatrema dan kemungkinan pada instrusi stock yang tererosi

Ø Sungai dikontrol oleh kekar atau sesar pada bedrock

 

7.  Multibasinal

Ø Pada daerah endapan antar bukit, batuan dasar/bedrock yang tererosi

Ø Ditandai adanya cekungan-cekungan yang kering atau terisi air yang saling terpisah dan aliran yang terputus dan arah aliran yang berbeda-beda

Ø Pada daerah aktif gerakan tanah dan vulkanik, batugamping yang mengalami pelarutan

Ø Definisi diatas digunakan untuk semua bentuk depresi yang belum diketahui polanya

 

8.  Contorted

Dibentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap sungai induk subsekuen yang melengkung

Ø Dibedakan dari recurted trellis dengan cirri daerahnya yang tidak teratur

Ø Kontrol struktur sesar atau daerah tersebut labil

Ø Adanya lipatan yang menunjam

 

Pola Ubahan (Modified Basic Pattern)


1.  Ubahan dari Dendritik


Subdendritik

Ø Ubahan dari pola dendritik, karena pengaruh topografi dan struktur,  adanya pengaruh struktu kekar secara perlahan pola ini berkembang menjadi pola trellis, pada pola ini topografi sudah miring, struktur sudah berperan tetapi masih sangat kecil

 

Pinnate

Ø Tekstur rapat, pada daerah yang sudah tererosi lanjut

Ø Tidak ada kontrol struktur

Ø Terdapat pada daerah landai dengan litologi yang bertekstur halus (lanau, lempung, tuff, dll)

 

Anastomatic

Ø Jaringan saluran saling mengikat

Ø Terdapat di daerah dataran banjir, delta dan rawa-rawa pasang surut

 

Distributary

Ø Bentuk menyerupai kipas

Ø Terdapat pada kipas alluvial dan delta

 

2.  Ubahan Paralel


Subparalel

Ø Kemiringan lereng sedang atau dikontrol oleh bentang alam subparalel

Ø Dikontrol oleh lereng, litologi dan struktur

Ø Lapisan batuan relatif seragam resistensinya

 

Cohniar

Ø Dicirikan oleh kelurusan sungai dan aliran yang selang-seling antara muncul dan tidak memanjang diantara punggungan bukit pasir pada daerah gurun pasir landai

 

3.  Ubahan Trellis


Subtrellis

Ø Dibedakan dengan pola trellis pada derajat kemenerusan dan kelurusannya yang dominan

Ø Searah dengan bentang alam yang memanjang atau parallel

Ø Kontrol struktur lipatan maupun sesar atau kekar

 

Directional Trellis

Ø Anak sungai lebih panjang dari sungai utama

Ø Dijumpai pada daerah homoklin dengan kemiringan landai

 

Recurved Trellis

Ø Merupakan daerah lipatan yang menunjam

Ø Dibedakan dari pola contorted yang biasanya terdapat di daerah batuan metamorf

 

Fault Trellis

Ø Kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan sesar

Ø Berkembang pada sesar-sesar yang parallel

Ø Menunjukkan graben dan horst secara bergantian

 

Joint Trellis

Ø Kontrol strukturnya adalah kekar

Ø Ditandai oleh aliran sungai yang pendek-pendek, lurus dan sejajar

 

4.    Ubahan Rectangular

Angulate

Ø Kelokan tajam dari sungai kemungkinan akibat sesar

Ø Kelurusan anak sungai diakibatkan kekar

Ø Pada litologi yang berbutir kasar dengan kedudukan horizontal

Ø Biasanya angulate dan rectangular terdapat bersama pada satu daerah

 

5.    Ubahan Radial

Centripetal

Ø Pola ini berhubungan dengan kawah, kaldera, dolina besar atau uvala

Ø Beberapa pola centripetal yang bergabung menjadi multicentripetal 

6.       Penggabungan dari beberapa pola dasar

Complex

Ø Ada lebih dari satu pola dasar yang bergabung dalam suatu daerah

Ø Kontrol struktur, topografi dan litologi sangat dominan

Ø Terdapat di daerah melange

 

Compound

Ø Terdiri dari dua pola kostemporer

Ø Kombinasi pola radial dan annular yang merupakan sifat kubah

 

7.  Prerkembangan pola baru

Palimpsest

Ø Sungai tua atau pola tua yang sudah ditinggalkan dan membentuk pola baru

Merupakan daerah pengangkatan baru

 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel